Arman menatap lawan bicaranya dengan tajam. Amarahnya seperti ingin meledak saat orang yang ada di hadapannya ini tanpa sungkan menyatakan maksud kedatangannya ke rumah Arman. Tangan kanan Arman ingin sekali memukul ke arah wajah orang itu. Tak ingin dirinya terkena kasus hukum, akhirnya Arman hanya diam mendengarkan laki-laki itu sampai selesai.
"Sudah bicaranya?" tanya Arman ketus.
"Sudah Om. Saya harap Om mau datang untuk menjadi wali nikah bagi Aliya. Saya benar-benar serius ingin menikahinya."
"Saudara Vano yang terhormat, saya tegaskan lagi kalau saya tidak akan pernah mau menjadi wali nikah Aliya. Paham kamu? silakan tinggalkan rumah saya. Saya sedang tidak mau marah-marah. Jangan memancing keributan di sini." ucap Arman pada Vano. Ya yang datang adalah Vano.
"Apa sudah tidak ada maaf untuk Aliya dan saya, Om? lalu bagaimana nasib Alby? apa Om tidak kasihan pada Alby? dia butuh orangtua yang lengkap."