Bima memilih pergi. Padahal dia masih ingin makan. Perutnya masih terasa lapar. Banyak pikiran membuat dia cepat lapar. Dia ingat Aliya. Tapi dia tidak mau menjemput istrinya itu. Bima memohon petunjuk di setiap doanya. Tentang keputusan apa yang terbaik untuk dia dan Aliya.
"Hai Bim, Aliya mana?" panggil Gani saat melihat Bima memarkir motornya seorang diri.
"Dia jalan sendiri, Gan."
"Wah payah lo. Bini sendiri dibiarin jalan sendiri. Ga naik bis atau angkot. Jalan kaki. Tega amat lo Bim." ucap Gani.
"Ya bukan jalan kaki kali Gan. Naik angkotlah atau diantar Papanya." ucap Bima ketus.
"Kayaknya lo ada masalah sama bini lo ya? kayaknya koq ogah-ogahan ngomongin bini sendiri."
"Udah deh Gan. Ga usah sok tahu. Ayo kuliah. Kalo masih ngoceh aja, gue tinggal juga lo." Bima berjalan lebih dulu meninggalkan Gani.
"Hei tunggu lah Bro." Gani mengejar Bima hingga sejajar dengan langkah Bima.