Zivana kembali sendiri setelah kedua orangtuanya masuk kembali ke dalam rumah. Dia bertanya-tanya pada hatinya sendiri. Kenapa semua yang terjadi begitu menyulitkan dirinya. Entah rencana indah apa yang sedang Allah siapkan untuknya. Semua terasa berat untuk dijalani.
'Ya Allah hamba mohon mudahkanlah segala urusan hamba.' doa Zivana dalam hati.
Zivana kembali membaca novel yang dipegangnya. Semenit kemudian dia menutup kembali novel itu. Hanya karena apa yang dia baca mirip seperti yang dialaminya. 'Apa ini sebuah kebetulan? atau petunjuk dari Allah bagaimana aku harus bersikap? ah entahlah. Hanya kebetulan saja.'
"Jangan menerima orang lain kalau hanya untuk pelarian, Zi." ucap seseorang di belakangnya. Bukan Ayah atau bundanya. Tapi seseorang yang harusnya bertanggung jawab atas kegetiran hidup yang saat ini dia alami.