Bima duduk mendengarkan curahan hati Laura. Sambil terkantuk-kantuk, telinganya harus tetap terjaga untuk mendengarkan apa yang dikatakan Laura. Bukan hanya Bima. Pak RT dan Bu RT juga berjaga di teras untuk menemani mereka.
"Aku sedih Bim. Masa cuma gara-gara itu Mas Rudi mutusin aku. Emang apa salahku, Bim? aku kan ga salah apa-apa. Hanya karena belum mengenalku jauh, dia mutusin aku. Terus kenapa kemarin dia nerima aku, Bim?" Laura memegang sapu tangan untuk mengelap airmata dan ingusnya.
"Ya kamu terlalu buru-buru nembak dia sih." ucap Bima sambil bertopang dagu. Dia sangat mengantuk. Tapi dia berusaha untuk menghargai Laura. Sambil berusaha terus untuk membelalakkan matanya, dia tetap mendengarkan Laura.