Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 103 - Aku Mencintaimu

Chapter 103 - Aku Mencintaimu

Assalamu'alaikum readres...

Alhamdulillah kalian masih setia membaca karyaku

Tapi yang comment kok hanya 5-6 orang saja, padahal yang ngasih PS banyak

Tolong dong commentnya, aku suka aja baca apresiasi kalian pada novel ini

Kan aku sudah gak teken kontrak sama WEBNOVEL hanya karena pengen kalian baca dengan bebas

Reviews juga malah gak ada sama sekali

Tolong ya readers...selalu sehat ya...

Wassalamu'alaikum

__________________________________________________________________

" Saya tidak apa...apa!" kata Fatma, masih dengan mata berlinang.

" Apa ada yang Nyonya Muda mau?" tanya Marsa.

" Tidak! Aku mau tidur saja!" kata Fatma lalu berjalan ke kamar tidurnya dan berbaring di ranjang.

" Hik...hik...hik! Aku kangen kamu, habib!" kata Fatma lirih dengan airmata masih menetes.

Setelah 2 hari yang menyiksa bagi Brian dan Fatma, karena mereka saling berjauhan akibat keegoisan masing-masing, pagi itu Fatma bangun setelah shalat subuh dan berjalan-jalan ke sekitar komplek perumahan.

" Nyonya Muda! Seharusnya Nyonya Muda tidak usah berjalan kaki sejauh ini!" kata Marsa yang takut jika sesuatu akan terjadi pada majikan perempuannya itu.

" Tidak apa Marsa! Aku akan berhenti jika memang aku tidak kuat!" kata Fatma. Mereka berjalan selama beberapa menit lalu berhenti dan berjalan lagi hingga kembali ke rumah.

" Ini air jeruk hangatnya, Nyonya Muda!" kata Ani.

" Terima kasih, An!" jawab Fatma lalu meminum air tersebut hingga habis.

" Nyonya mau sarapan?" tanya Ani.

" Apa ada stick di kulkas?" tanya Fatma.

" Ada, Nyonya! Nyonya mau saya masakkan?" tanya Ani.

" Iya! Aku sangat menginginkannya!" kata Fatma semangat.

" Baik!" jawab Ani masuk ke dalam rumah dan pergi mengambil daging di kulkas.

" Aku akan membantumu, An!" kata Fatma mendekati Ani.

" Iya, Nyonya!" jawab Ani yang tidak bisa melarang Nyonya Mudanya yang sedikit keras kepala itu. Setelah berkutat di depan kompor selama kurang lebih 15 menit, stick yang diinginkan jadi juga. Fatma makan dengan lahapnya tidak lupa diiringi tetesan airmata seperti biasa. Sejak kemarin Fatma ingin makan makanan kesukaan suaminya dan setiap makan, dia akan meneteskan airmata. Akibat kekenyangan, Fatma tertidur di kursi malas di belakang.

Fatma terbangun saat terdengar suara adzan ditelinganya, eh! Kok deket sekali suaranya? Perasaan rumahnya agak jauh dari masjid. Fatma membuka matanya, saat akan bangun, nafasnya sedikit sesak akibat benda berat yang menimpa perutnya. Eh! Tangan siapa ini? batin Fatma kaget, segera dia memutar tubuhnya dan melihat wajah tampan dengan tampang bulenya yang sangat dirindukannya siang dan malam. Tak terasa airmatanya kembali menetes karena haru, dielusnya wajah tampan yang sedang memejamkan matanya itu.

" Hik! Hik! Aku kangen!" kata Fatma menangis.

" Kamu jahat ninggalin aku sendiri!" kata Fatma memukul dada suaminya.

" Sayanggg! Kenapa memukulku?" tanya Brian yang pura-pura tidak terjadi apa-apa, lalu merubah tidurnya yang tadinya miring menjadi terlentang.

" Dasar suami tidak romantis!" gerutu Fatma lalu memeluk suaminya dengan erat dan mencium-cium dada Brian.

" Jangan menciumku disitu, sayang! Nanti boo-boo meminta haknya!" kata Brian membuat Fatma langsung pindah dari dada suaminya naik keatas perut suaminya.

" Apa yang kau lakukan, Qolbi? Apa kamu sengaja membangunkan boo-boo?" tanya Brian dengan senyum smirknya.

" Kamu jahat! Kamu bilang akan selalu bersamaku apapun yang terjadi!" kata Fatma merajuk sambil memukul-mukul perut Brian yang tidak berpengaruh sama sekali karena kerasnya perut suaminya yang seksi itu.

" Sakit, sayang!" jawab Brian pura-pura meringis.

" Biar saja!" jawab Fatma merajuk dengan bibir manyun dan tangan bersedekap. Brian bangun dan memegang tangan Fatma agar tidak terjatuh, lalu dipeluknya wanita cantik di depannya itu.

" Maafkan aku! aku telah bersikap egois selama ini! Aku pergi untuk memberikanmu kejutan ini!" kata Brian dengan mata memutar pandangan ke seluruh ruangan. Fatma mengikuti arah mata Brian. Eh! Kok? Ini dimana? Kenapa aku baru sadar jika ini bukan kamar kami? batin Fatma. Brian menggeser duduknya dan berdiri dari ranjang sambil menggendong Fatma.

" Ehhh! Mau kemana, Habib?" tanya Fatma bergelayut manja ke leher suaminya. Brian membawa Fatma ke balkon kamar tersebut.

" Astaghfirullah! Itukan rumah Abi dan ummi! Apa ini...? Kamu...?" ucap Fatma dengan mata berkaca-kaca, Brian hanya menganggukkan kepalanya.

" Iya, sayang!" jawab Brian. Fatma menangis di dada suaminya karena terharu dengan semua yang dilakukan suaminya.

" Hik! Hik! Kamu pergi untuk semua ini?" tanya Fatma dengan airmata dipipi.

" Iya! Sudah jangan menangis lagi! Nanti anak kita jadi cengeng!" kata Brian lagi.

" Terima kasih, Habib! Aku mencintaimu!" bisik Fatma lembut ditelinga Brian dan membuat boo-boo Brian langsung meminta rumahnya untuk masuk ke dalam.

" Tanggung jawab, sayang!" bisik Brian. Fatma menganggukkan kepalanya, dia juga sangat menginginkan suaminya. Brian mencium lembut bibir istrinya sambil menutup pintu balkon dengan kakinya. Diletakkannya istrinya dengan perlahan di ranjang tanpa melepaskan ciumannya.

" Aku rindu desahanmu dan semua yang kau keluarkan dari bibirmu, sayang!" kata Brian melepas ciuman mereka akibat Fatma kehabisan oksigen lalu membuang kaosnya begitu saja.

" Apa tidak apa-apa?" tanya Fatma kuatir terdengar keluar rumah.

" Aku sudah mendesainnya sedemikian rupa, sayang!" jawab Brian sambil menjelajah wajah istrinya dan membuka kancing gamis istrinya hingga terlepas semua dan memperlihatkan tubuh putih dengan perut buncitnya yang selalu membuat Brian terpesona.

" Kamu nakal, habib!" kata Fatma. Brian menatap wajah dan tubuh istrinya.

" Aku tidak akan melupakan hal itu, sayang! Kamu sendiri yang janji jika boo-boo boleh datang kapan saja saat disini!" bisik Brian yang sontak membuat merah wajah istrinya.

" Apakah aku jelek karena perutku yang buncit? tanya Fatma yang merasa gugup dengan tatapan suaminya.

" Kamu selalu cantik, sayang! Apalagi jika kamu dalam keadaan seperti ini!" ucap Brian yang telah melepas seluruh kain yang menempel di tubuh istrinya.

" Indah! Sangat indah! Dan...sempit!" kata Brian dan sekali lagi membuat merah pipi istrinya.

" Habib! Kenapa hanya itu yang ada dikepalamu?" kata Fatma sambil memukul dada suaminya yang bidang dan keras itu.

" Karena aku tidak akan tahan dengan semua yang ada pada dirimu, sayang! Hanya kamu yang bisa membuatku jatuh dan bertekuk lutut dalam cintamu!" ucap Brian tulus kemudian menarik selimut dan menutupkannya kepunggungnya.

" Terima kasih, habib! Semoga Allah selalu melindungi keluarga kita! Aamiin!" kata Fatma yang di jawab suaminya juga.

" Sekarang biarkan aku menikmati ciptaan Allah ini!" kata Brian lalu mencumbu istrinya dengan penuh kelembutan.

Fatma merasa sangat kelelahan, karena dalam penyatuan mereka kali ini dia ingin sedikit berbeda sebagai bentuk terima kasihnya pada suaminya yang telah berbuat begitu banyak untuk hidupnya.

" Aku ingin kejutan seperti ini lagi, sayang! Kamu harus sering-sering melakukannya!" bisik Brian diatas tubuh Fatma.

" Aku capek, habib! kata Fatma lirih, matanya mengantuk.

" Maaf, sayang! Tidurlah!" jawab Brian tersenyum. Fatma memiringkan tubuhnya membelakangi suaminya saat Brian menjatuhkan tubuhnya ke samping. Lalu Brian memeluk tubuh istrinya dari belakang, dia sangat terkejut dan juga menyukai apa yang dilakukan Fatma padanya tadi saat bercumbu.

" Tidurlah! Lain kali lakukan lagi!" bisik Brian yang harus menahan hasratnya akibat istrinya yang merasa kelelahan.

" Hmm!" jawab Fatma dengan mata terpejam dan tidak lama terdengar suara dengkuran halus dari bibirnya. Brian melepaskan pelukannya dengan lembut dan turun dari ranjang, lalu dia membersihkan tubuhnya di kamar mandi. Setelah memakai kaos slim fit putih dan celana jeans biru laut dengan panjang selutut, dikecupnya kening istrinya lalu dia turun ke bawah untuk memasak.