" Assalamu'alaikum, Ummi! !" sapa Brian yang tersenyum dengan cerah, secerah matahari dipagi hari.
" Wa'alaikumsalam, Abi!" jawab Fatma dengan tersenyum.
" Selamat Pagi, sayang!" kata Brian.
" Selamat Pagi, habib!" jawab Fatma memandang suaminya tanpa bosan.
" Apa aku sangat tampan, sayang?" tanya Brian menggoda Fatma, karena dia tahu jika istrinya itu pasti wajahnya akan berubah bersemu merah.
" Suamiku paling tampan di dunia! Aku sangat beruntung bisa melihat ciptaan Allah yang sempurna!" jawab Fatma dengan wajah memerah.
" Istriku juga sangat cantik!" jawab Brian tersenyum.
" Apalagi jika sedang polos atau saat boo sedang di dalam rumah!" kata Brian menggoda.
" Habibbbb! Pasti, deh! Itu mulut dikondisikan ya! Apa masih kurang 2 hari sekali kamu menyatukan bobo-bobomu itu?" kata Fatma kesal.
" Haha! Kanu tahu sendiri berapa kali boo-boo pulang ke rumah saat kamu belum hamil, sayang! Jangan salahkan boo-boo, sayang! Habis rumahmu itu, semakin besar perutmu semakin sempit saja dalamnya!" jawab Brian tertawa.
" Udah, ah! Badanku tiap pagi selalu pegal!" tanya Fatma masih kesal.
" Apa masih mau lagi? Aku yakin dibalik selimut itu ada sesuatu yang indah!" goda Brian lagi.
" Mesummmm!" teriak Fatma.
" Hahahahaha!" tawa Brian.
" Apa kamu memang berniat menyanderaku di atas ranjang?" tanya Fatma dengan lugunya.
" Ide yang bagus! Apa mulai sekarang saja?" goda Brian.
" Apa? Jangan aneh-aneh ya! Menyesal aku bicara begitu!" kata Fatma cemberut.
" Sudah pergi kerja sana!" kata Fatma lagi.
" Iya, sayang! Aku akan berangkat!" jawab Brian.
" Assalamu'alaikum Zabran!" sapa Brian sambil mendekatkan wajahnya ke perut buncit istrinya.
" Wa'alaikumsalam, Abi!" sahut Fatma menirukan suara anak kecil.
" Kalian berdua adalah segalanya bagiku!" ucap Brian.
" Abi kerja yang baik, ya! Cari uang yang banyak! Dan halal!" kata Fatma masih dengan suaranya yang seperti anak kecil.
" Iya, sayang!" jawab Brian mengecup kening dan perut istrinya dengan mesra.
" Habib!" panggil Fatma saat Brian akan keluar kamar.
" Ya?' jawab Brian.
" Abi bilang ada anak temannya dari desa yang baru saja lulus SMA! Dia mencari pekerjaan!" kata Fatma.
" Kenapa dia tidak kuliah?" tanya Brian.
" Mereka tidak memiliki biaya, Bib!" jawab Fatma.
" Sekolah apa dia?" tanya Brian.
" SMA!" kata Brian.
" Dikantorku tidak ada yang lulusan SMA selain cleaning service!" jawab Brian.
" Abi bilang tidak apa-apa! Yang penting dia bisa bekerja!" kata Fatma.
" Baiklah! Suruh dia bawa CVnya ke kantor, bilang saja aku yang suruh!" kata Brian.
" Kamu harus menerimanya, Habib! Karena dia teman kecil Abi saat di desa!" kata Fatma memaksa.
" Iya, sayang! Aku selalu patuh padamu!" jawab Brian.
" Rencananya Abi akan memberikan kamarku untuk ditempatinya.
" Barang-barang kamu sudah gak ada, kan?" tanya Brian.
" Iya! Semua sudah aku berikan panti asuhan!" kata Fatma.
" Baguslah!" kata Brian.
" Aku pergi dulu, Assalamu'alaikum!" kata Brian.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma. Brian keluar dari kamar dan turun ke lantai satu untuk sarapan. Usia kandungan Fatma sudah 7 bulan lebih, Brian tidak mengijinkan Fatma kemana-mana sejak itu. Acara 7 bulanan Fatma pada sebulan yang lalu saja dilakukan Brian dengan mendatangkan anak yatim dan lansia.
" Assalamu'alaikum!" sapa seseorang diluar pintu kamar Fatma.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma yang baru saja selesai mandi junub dan memakai pakaian.
" Fatma!"
" Ya Ummi! Masuk saja!" kata Fatma. Sebenarnya yang dibangun Brian bisa disebut dengan kamar bertingkat, karena ukurannya yang hanya 7x7m saja. Ada tangga datar selebar 1 m saja, diatas hanya terdapat kamar dan dibawah hanya dapur kecil dengan 3 kursi makan.
" Anak ummi!" kata Ummi melihat Fatma duduk di depan meja rias.
" Ummi!" sahut Fatma tersenyum.
" Bagaimana calon cucu ummi?" tanya Ummi duduk di atas renjang.
" Alhamdulillah, Mi! Sangat aktif dan sering banget nendang!" kata Fatma.
" Alhamdulillah! Semoga Allah memberikan kelancaran dalam menghadapi persalinan, ya, nak!" kata Ummi dengan wajah bahagia.
" Apa kamu sudah memberitahu suamimu?" tanya Ummi.
" Sudah, Mi! Jam berapa rencana eneng kesini?" tanya Fatma.
" Alhamdulillah! Semoga dia betah dan bekerja dengan baik! Ini dia sudah perjalanan kesini!" jawab Ummi.
" Ummi masak apa?" tanya Fatma.
" Masak kesukaan suamimu!" kata Ummi.
" Bener, Mi?' tanya Fatma.
" Iya! Ajak suamimu makan siang!" kata Ummi.
" Ins Yaa Allah, Mi!" jawab Fatma senang.
" Apa kamu mau ke rumah?" tanya Ummi.
" Iya, Ummi!" jawab Fatma.
" Ayo!" ajak Ummi.
" Ayo!" jawab Fatma. Mereka kemudian turun bergantian dengan perlahan ke lantai 1 dan menuju ke rumah utama untuk memasak makanan kesukaan Brian.
" Apa kamu sudah memberitau suamimu, nak?" tanya Ummi pada Fatma saat sedang mempersiapkan bahan untuk dimasak.
" Astaghfirullah! Iya, Ummi! Fatma lupa!" kata Fatma lalu berjalan ke arah ruang tengah dan duduk di dekat meja telpon. Ditekannya nomor telpon Brian, tapi tidak diangkat. Dia melakukannya hingga beberapa kali, lalu dia menelpon ke kantornya.
" Assalamu'alaikum!"
- " Wa'alaikumsalam!" -
" Ini dengan Mbak Susi atau Debi?"
- " Dengan Debi! Ini siapa?" -
" Ini dengan Zahirah, mbak! Apa suamiku ada?"
- " Eh, Bu Bos! Kenapa nggak nelpon langsung?" -
" Nggak bisa!"
- " Saya hubungkan ke mbak Karin ya, Bu!" -
" Iya, mbak!"
...
- " Hallo, Bu?" -
" Hallo, Mbak Karin?"
- " Iya, Bu! Bapak sedang ada meeting! Apa ada yang perlu saya sampaikan?" -
" Bilang saja saya menunggunya makan siang di rumah!"
- " Oh, baik, Bu!" -
" Trima kasih, mbak! Assalamu'alaikum!"
- " Wa'alaiukmsalam!" -
" Sepertinya ada tamu, Sa!" kata Fatma saat mendengar bel rumahnya berbunyi.
" Saya akan melihatnya, Nyonya Muda!" kata Marsa. Brian membawa serta Marsa untuk menjaga istrinya dan Ani untuk membantu memasak di rumah itu. Fatma kembali ke dapur untuk membantu umminya.
" Sudah?" tanya Ummi.
" Sudah, Ummi!" jawab Fatma.
" Assalamu'alaikum!" ucap seseorang.
" Wa'alaikumsalam!" jawab semua yang ada di dapur menoleh ke arah datangnya suara.
" Eneng?" tanya Ummi.
" Iya, Cang!" jawab Eneng lalu mendekati ummi dan Fatma dan bersalaman.
" Kamu tambah cantik saja! Seger!" jawab Ummi.
" Alhamdulillah, Cang!" jawab Eneng.
" Mpok Fatma sudah hamil berapa bulan?" tanya Eneng.
" Sudah jalan 8 neng!" jawab Fatma.
" Bagaimana keadaan orang tua kamu?" tanya Ummi.
" Alhamdulillah baik, Cang!" jawab Eneng.
" Ayo, aku antar ke kamar kamu!" kata Fatma.
" Baik, mpok!" jawab Eneng. Setelah menata pakaiannya di lemari Fatma dan membersihkan tubuhnya, Eneng pergi ke dapur untuk membantu mempersiapkan makan siang.
" Kita shalat dulu!" kata Abi Fatma. Kemudian mereka semua pergi ke mushalla disamping rumah untuk shalat berjamaah dan mengaji.
" Assalamu'alaikum!" sapa Brian yang datang untuk makan siang.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma yang menyambutnya di depan pintu, mencium punggung tangan suaminya dan Brian mengecup kening istrinya.
" Sayang! Apa kamu tidak kelelahan?" tanya Brian lembut memeluk istrinya.
" Aku baik-baik saja, sayang!" jawab Fatma tersenyum.
" Aku sangat merindukanmu!" bisik Brian.
" Bersihkan dulu tubuhmu! Kondisikan pikiranmu, Habib!" kata Fatma memukul pelan lengan suaminya yang mesum itu.
" Habis kamu sangat seksi sejak hamil! Membuatku tidak mau kemana-mana selain dalam pelukanmu!" kata Brian.
" Gombal! Ayo, sudah saatnya makan siang!" kata Fatma. Mereka kemudian berjalan menuju ke ruang makan, sedangkan Brian pergi ke kamar mandi di dekat dapur.
" Tuan, Anda?" ucap Eneng saat berpapasan dengan Brian di depan kamar mandi. Brian sangat terkejut saat melihat Eneng du depannya.