Assalamu'alaikum ...
Maaf baru up!
Ada kegiatan Sensus, moga kalian masih setia ya...
Trima kasih atas dukungannya..
Wa'alaikumsalam...
__________________________________________________________________________
Fatma telah sampai dirumahnya dan langsung masuk ke dalam kamar setelah mengucapkan salam pada Marsa. Sementara Brian berjalan dengan langkah kaki lemah.
" Dimana istriku?" tanya Brian pada Marsa.
" Ada dikamar, Tuan!" jawab Marsa.
" Apa makan malam sudah siap?" tanya Brian.
" Sudah, Tuan! Bu Ani telah menyiapkan semuanya.
" Panggil istriku untuk makan! Aku tidak akan makan!" kata Brian. Lalu dia beranjak dari duduknya dan masuk ke kamar tamu. Dia tahu pasti jika Fatma akan mengunci pintu kamar mereka dan tidak akan mengijinkannya masuk ke dalam. Brian membaringkan tubuhnya di ranjang, dia merasa sangat lelah hari itu.
" Nyonya Muda!" panggil Marsa pelan tanpa mengetuk pintu..
" Makanan sudah siap!" kata Marsa. Fatma membuka pintu kamarnya, dia melihat ke sekeliling ruangan.
" Tuan Muda masuk ke kamar tamu, Nyonya!" kata Marsa seakan tahu siapa yang sedang dicari Fatma. Fatma menatap Marsa yang sedari tadi tertunduk.
" Trima kasih, Marsa! Panggil suamiku untuk makan bersama!" kata Fatma lalu menuju ke ruang makan keluarga. Dengan santai, Fatma duduk di kursi makan sebagaimana dia duduk biasanya.
" Maaf, Nyonya Muda! Tuan Muda bilang tidak akan makan malam!" kata Marsa.
" Apa? Kenapa?" tanya Fatma kaget, karena tidak biasanya Brian bersikap seperti itu.
" Saya kurang tahu, Nyonya Muda! Tapi jika sekilas saya melihat sepertinya Tuan Muda agak kurang sehat!" kata Marsa. Fatma mengerutkan dahinya, dia memang sangat lapar karena kehamilannya menuntut dirinya untuk makan makanan yang sehat dan bergizi. Tapi mendengar ucapan Marsa, hatinya terasa tersentil dan segera dia berdiri dari kursinya.
" Maaf, Nyonya Muda! Apa tidak lebih baik Nyonya Muda makan dulu? Karena jika Tuan Muda tahu, kami semua akan di marahi!" kata Marsa. Fatma terpaksa duduk kembali, karena dia tahu sendiri bagaimana sifat suaminya itu jika ada yang melalaikan tugasnya. Beberapa saat kemudian, Fatma selesai makan dan berdiri dari kursinya. Dia berjalan kearah kamar tamu, dia pasti berpikir aku mengunci pintu kamar karena aku sedang marah! batin Fatma. Dibukanya pintu kamar tamu perlahan, dilihatnya Brian sedang tergolek meringkuk di atas ranjang masih dalam keadaan berpakaian lengkap. Ada apa dengan dia? Kenapa tidurnya seperti bayi saja? Kenapa juga dia tidur tanpa membuka pakaiannya? batin Fatma. Didekatinya suaminya setelah menutup pintu kamar itu dan memandang wajah tampannya. Kenapa semakin hari dia terlihat semakin tampan saja! batin Fatma tersenyum. Mata Brian tertutup dengan rapat, nafasnya terdengar sedikit tak beraturan. Sesekali dahinya berkerut bersamaan dengan kedua kelopak matanya.
" Sayang! Habib!" panggil Fatma lembut sambil duduk di sebelah kepala Brian. Brian hanya terdiam tanpa bergerak.
" Abi!" bisik Fatma di telinga Brian. Eh! Kenapa telinganya agak panas? batin Fatma. Disentuhnya kening suaminya, Eh! Panas sekali! batin Fatma kaget. Fatma berjalan ke arah pintu kamar dan membukanya.
" Marsa! Tolong ambilkan baskom dan waslap! Suamiku sedikit demam!" kata Fatma.
" Siap, Nyonya Muda!" jawab Marsa. Fatma kembali ke ranjang dan duduk disamping Brian tanpa menutup pintu kamar.
" Sayang!" panggil Fatma. Brian bergeming. Fatma sedikit takut dan merasa sedih karena telah membuat suaminya seperti ini. Dipegangnya bahu suaminya dan sedikit di goyang untuk membangunkannya.
" Sayang!" panggil Fatma.
" Permisi, Nyonya Muda!" kata Marsa di pintu kamar.
" Letakkan saja di atas nakas, Sa!" kata Fatma. Marsa masuk dan meletakkan baskom tersebut diatas nakas.
" Apa perlu memanggil Dr. Bram, Nyonya Muda?" tanya Marsa.
" Tidak perlu, Sa! Jika besok demamnya masih tinggi, kita akan memanggilnya!" jawab Fatma.
" Baik, Nyonya Muda! Saya permisi! Jika Nyonya Muda membutuhkan apa-apa, saya ada di luar!" kata Marsa lagi lalu pergi keluar kamar dan menutup pintu kamar tersebut. Fatma membalik tubuh suaminya, Brian menggerakkan tubuhnya tanpa membuka matanya.
" Jangan marah padaku, Za!" Brian mengigau. Hati Fatma mencelos mendengar suaminya mengigau tentang dirinya. Segera diperasnya waslap yang ada di dalam baskom yang berisikan air tersebut dan diletakkannya wasla tersebut setelah dilipat ke atas dahi Brian. Wajah Brian terlihat merah akibat suhu panas pada tubuhnya.
" Maafkan aku, Abi! Sebenarnya aku hanya sedikit kesal padamu!" ucap Fatma sambil menitikkan airmata. Dia tidak pernah menyangka jika kejadiannya akan berakhir seperti sekarang ini. Diraihnya ponsel Brian yang ada di dalam jasnya dan dinyalakannya ponsel tersebut, terlihat gambar pernikahan mereka menjadi wallpapernya. Fatma tersenyum melihat wajah bahagia suaminya.
" Assalamu'alaikum! Halo , Danis!"
- " Wa'alaikumsalam, Nyonya Bos! Apa ada yang bisa saya bantu?"
" Apa suamiku sudah makan?"
- " Seharian ini Bos tidak makan sama sekali, Nyonya Bos!"
" Astaghfirullahaladzim! Apa kalian tidak istirahat untuk makan siang?"
- " Bos maunya makan sama Nyonya Bos!"
" Masya Allah! Aku lupa! Trima kasih, Danis!"
- " Sama-sama, Nyonya Bos!"
" Assalamu'alaikum!"
- " Wa'alaikumsalam!"
Fatma mematikan panggilannya dan membuka galeri foto ponsel Brian.
" Astaghfirullah! Kenapa isinya fotoku semua?" gumam Fatma.
" Kapan dia ambil foto ini?" gerutu Fatma saat dilihatnya foto dirinya sedang tertawa bermain bersama muridnya dulu. Perasaan Fatma itu terjadi saat mereka belum menikah.
" Penguntit!" gerutu Fatma. Dilihatnya suaminya bergerak gelisah, diambilnya waslap tersebut dan dimasukkannya lagi ke dalam baskom. Diulangnya kegiatan tersebut sampai beberapa kali hingga Fatma tertidur tanpa disadarinya.
Keesokan harinya Fatma terbangun saat adzan subuh terdengar, dibukanya kedua matanya dan melihat ke sebelahnya, diraihnya thermometer diatas nakas dan dimasukkannya ke dalam ketiak Brian. Beberapa menit kemudian, terdengar bunyi alat tersebut dan diambilnya dari ketiak Brian.
" Alhamdulillah!" ucap Fatma lirih sambil melihat angka yang tertera di alat tersebut. Dikecupnya kening suaminya yang masih tertidur, suhu tubuhnya telah kembali normal. Fatma turun dari ranjangnya dan membersihkan dirinya di dalam kamar mandi.
" Habib!" panggil Fatma lembut sambil membelai rambut suaminya. Brian menggerak-gerakkan kelopak matanya.
" Sudah adzan subuh!" ucap Fatma lagi masih terus membelah surai rambut suaminya dengan lembut.
" Sayang!" jawab Brian parau. Ditatapnya istri tercintanya itu dengan tatapan haru, dia tidak menyangka jika istrinya saat ini ada dihadapannya.
" Kita shalat?" tanya Fatma. Brian menganggukkan kepalanya.
" Sayang, aku...!"
" Shalat dulu!" potong Fatma. Brian menganggukkan kepalanya dan bangun dari tidurnya. Brian tertahan sejenak karena merasa tubuhnya sedikit tidak sehat, kepalanya agak pusing dan badannya terasa pegal. Tapi dia berusaha untuk menahannya karena tidak mau istrinya khawatir akan keadaannya. Brian melangkahkan kakinya ke dalam kamar mandi dengan perlahan.
" Mandilah dengan air sedikit panas!" ucap Fatma, dia tahu jika suaminya mencoba menahan rasa sakitnya.
" Iya, sayang!" jawab Brian sambil tersenyum menatap Fatma. Fatma lalu menuju ke walk in closet, dia mengambil pakaian dalam, baju koko dan sarung untuk Brian. Fatma membaca buku tentang kehamilan yang dibelikan banyak sekali oleh suaminya di sofa kamar mereka.
" Habib! Apa kamu baik-baik saja?" tanya Fatma mengetuk pintu kamar mandi saat dipikirnya Brian terlalu lama di dalam kamar mandi. Brian memang sedikit pusing, dia bersandar di dinding kamar mandi showernya.
" Iya, sayang! ...Aku baik-baik saja!" jawab Brian lalu dia keluar dari shower dan mengeringkan tubuhnya dengan pelan.
" Sudah?" tanya Fatma saat melihat suaminya keluar dengan hanya memakai handuk dipinggangnya. Astaghfirullah! batin Fatma menelan salivanya. Bisa-bisanya dia sengaja keluar dalam keadaan seperti itu, apa dia sengaja melakukannya? batin Fatma kesal sambil mengalihkan pandangannya ke arah buku yang dibacanya. Brian tidak menyadari semua tingkah istrinya, karena dia merasa tubuhnya kurang sehat.
" Kita ke mushalla?" tanya Brian yang telah selesai dengan pakaiannya. Fatma masih melihat bukunya.
" Sayang!" panggil Brian.
" Heh? Eh! Iya! Ayo!" jawab Fatma kaget. Astaghfirullah! Dasar otak mesum! batin Fatma kesal pada dirinya sendiri.