" Papa!" kata Brian sambil meringis karena wajahnya seperti hancur akibat pukulan demi pukulan yang diterimanya.
" Keluar kamu!" kata Fahmi sambil berjalan keluar kamar. Brian mengikuti papanya hingga keluar.
" Apa ini yang kamu bilang berubah?" tanya Fahmi marah.
" Pa, Aku bisa jelasin!" jawab Brian.
" Apa? Kamu mau bilang kalo kamu khilaf? Kalo kamu lupa?" cerca Fahmi.
" Nggak, pa! Aku nggak seperti itu!" jawab Brian tegas.
" Jika kamu tidak bisa menjaganya dengan baik, biarkan orang lain yang melakukan!" ancam Fahmi.
" Apa maksud papa? Apa papa ingin aku melepaskan Zahirah? Aku nggak akan melakukannya sampai kapanpun! Walau Zahirah yang meminta sekalipun! " tutur Brian marah.
" Lebih baik aku membunuh dia lalu aku akan bunuh diri jika kita berdua berpisah!" ujar Brian dengan penekanan.
" Buktikan ucapanmu! Jangan hanya bisa membuatnya kecewa dan menyakitinya!" sahut Fahmi geram.
" Aku...!"
" Maaf, Tuan! Nyonya sepertinya sudah siuman!" ucap Danis. Brian segera berlari masuk ke dalam kamar. Dilihatnya Fatma sedang minum dibantu oleh mbok yem.
" Sayang!" sapa Brian sambil berusaha menangkup wajahnya, tapi Fatma menjauhkan wajahnya.
" Sayang?" ucap Brian lirih dengan raut wajah kecewa dan menurunkan tangannya.
" Mbok! Temani saya tidur disini! Mbok Yem tidur diranjang sana saja!" kata Fatma pada mbok Yem yang menundukkan kepalanya karena merasa tidak enak pada Brian.
" Biar Tuan Muda saja yang menunggu Nyonya Muda!" jawab mbok Yem.
" Dia pasti capek! Dia akan tidur dirumah!" kata Fatma sontak membuat Brian kaget dan lemas, dia merasa dunia runtuh menimpa dirinya. Apa kamu segitu marahnya padaku, Za? Apa kamu sudah tidak percaya lagi padaku? batin Brian sedih.
" Zahirah bener, Mbok! Biar Brian pulang untuk beristirahat, karena sepertinya dia lelah akibat kejadian hari ini!" kata Fahmi. Semua melihat ke arah pintu dimana Fahmi telah berdiri disana.
" Papa!" sapa Fatma tersenyum.
" Assalamu'alaikum, Zahirah!" salam Fahmi.
" Wa'alaikumsalam, Pa!" jawab Fatma.
" Pulanglah!" perintah Fahmi pada Brian.
" Tapi, Pa...!"
" Apa perkataan istrimu kurang jelas?" tanya Fahmi dengan nada tinggi. Jika hanya papanya yang menyuruh, Brian tidak akan menghiraukan, tapi Fatma juga tidak menginginkan kehadirannya disitu. Dengan lemas dia melihat ke arah istrinya, Fatma telah membuang wajahnya ke arah berlawanan.
" Assalamu'alaikum!" salam Brian sambil terus menatap istrinya.
" Wa'alaikumsalam!" jawab mbok Yem dan Fahmi, sedangkan Fatma hanya menjawabnya dalam hati. Hati Brian terasa nyeri melihat istri yang sangat dicintainya bergeming padanya. Dengan langkah gontai, Brian berjalan ke arah pintu dan pergi meninggalkan rumah sakit.
" Bagaimana keadaanmu, nak?" tanya Fahmi.
" Alhamdulillah, Allah masih melindungi kami, Pa!" jawab Fatma.
" Kamua harus tetap baik-baik saja sampai dia lahir kedunia!" pesan Fahmi.
" Ins Yaa Allah, pa! Bantu do'a, ya, pa!" kata Fatma.
" Pasti, nak!" jawab Fahmi.
" Papa pamit dulu! Papa takut suamimu yang bodoh itu akan berbuat yang aneh-aneh!" kata Fahmi. Fatma menganggukkan kepalanya.
" Assalamu'alaikum!' salam Fahmi.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma. Lalu Fahmi berjalan keluar kamar meninggalkan rumah sakit.
" Nyonya Muda!" panggil mbok Yem.
" Ya. mbok?" tanya Fatma.
" Maaf kalo mbok lancang! Apa Nyonya Muda benar-benar marah sama Tuan Muda?" tanya mbok Yem.
" Saya hanya kecewa padanya, mbok!" jawab Fatma sedih.
" Apapun yang terjadi anatar Nyonya dan Tuan Muda, Mbok harap semua segera dapat di selesaikan dengan baik. Dan bisa bersama lagi!" ucap Mbok Yem.
" Ins Yaa Allah, mbok! Trima kasih!" balas Fatma.
Sementara Brian yang telah sampai di rumah, langsung membersihkan tubuhnya dan pergi ke mushalla yang terletak disamping depan rumahnya. Dia mengambil Al Qur'an dan membacanya lalu dilanjutkan dengan shalat sunnah agar hati dan pikirannya tenang. Fahmi yang mendapatkan laporan dari Ani jika Brian telah pulang ke rumah dan tidak pergi minum-minum seperti saat dia ditinggal pergi Vero.
" Alhamdulillah jika dia telah benar-benar kembali dan membuktikan ucapannya!" kata Fahmi ambigu.
" Apa kita pulang, Bos?" tanya Danis.
" Iya, Dan! Kita pulang! Aku khawatir Iris akan mencariku jika dia terbangun!" kata Fahmi.
" Siap, Bos!" jawab Danis. Kemudian Danis memacu kendaraan itu dengan kecepatan sedikit kencang karena kuatir Nyonya Bosnya akan terbangun.
Keesokan harinya Brian mengunjungi Fatma pagi-pagi sekali setelah dia shalat subuh. Saat dia akan masuk ke dalam kamar istrinya, di lihatnya Fatma sedang shalat bersama dengan Mbok Yem. Brian mengurungkan niatnya lalu duduk di kursi tunggu.
" Maaf, Pak Brian?" tanya seorang satpam.
" Iya!" jawab Brian datar.
" Apa bapak mau masuk ke dalam?" tanya satpam itu lagi.
" Iya!" kata Brian lagi.
" Maaf, Pak! Bu Fatimah tidak mengizinkan bapak untuk masuk!" kata satpam tersebut.
" Apa maksudmu? Apa kamu mau dipecat dari sini?" kata Brian marah.
" Maaf, Pak! Saya hanya menjalankan tugas!" kata satpam itu lagi dengan ketakutan.
" Siapa yang menyuruhmu?" tanya Brian.
" Nyonya Muda, Tuan Muda!" kata mbok Yem yang berdiri di pintu kamar Fatma.
" Apa? Apa Mbok serius?" tanya Brian dengan wajah sedih.
" Iya, Tuan Muda! Nyonya Muda masih tidak ingin bertemu dengan Tuan Muda, maaf!" tutur Mbok Yem menundukkan kepalanya.
" Kenapa dia melakukan ini? Apa dia benar-benar telah melupakanku? Apa mereka telah berhasil membuatmu mempercayai mereka, Za?" tanya Brian ambigu. Kemudian sekali lagi dengan langkah gontai, Brian meninggalkan rumah sakit dengan hati hancur. Dia kembali ke rumahnya dan memandangi foto Fatma dengan airmata menggenang di pelupuk matanya.
" Apa dia pergi?" tanya Fatma saat melihat Mbok Yem masuk.
" Iya, Nyonya Muda! Tuan Muda sangat sedih sekali!" jawab Mbok Yem.
" Apa dia marah?" tanya Fatma lagi.
" Iya, Nyonya Muda! Dia hampir memecat satpam rumah sakit!" jawab Mbok Yem lagi.
" Jam berapa dokter akan datang, Mbok?" tanya Fatma bergeming dengan ucapan Mbok Yem.
" Jika tidak salah jam 9, Nyonya Muda!" jawab Mbok Yem.
" Mbok bisa pulang sebentar untuk memasakkan sarapan suamiku! Setelah itu kembali kesini!" kata Fatma.
" Tapi siapa yang akan menjaga Nyonya Muda disini?" tanya Mbok Yem.
" Aku tidak apa-apa, Mbok! Dokter sudah memberikanku obat! Dan aku cukup kuat untuk turun dari brankar ini!" jawab Fatma.
" Baiklah kalo Nyonya Muda memaksa, saya pulang dulu! Kalo Nyonya Muda membutuhkan apa-apa, tinggal telpon saja! Tolong Nyonya Muda jaga diri baik-baik! Saya tidak mau terjadi sesuatu saat saya tidak ada disini!" tutur Mbok Yem panjang lebar.
" Iya, Mbok! Terima kasih sudah mengkhawatirkan saya!" jawab Fatma tersenyum. Tidak lama kemudian Mbok Yem sudah keluar untuk kembali ke ruamh Brian dan Fatma.
" Apa kamu masih teguh dengan imanmu?" tanya Fatma ambigu sambil menatap foto Brian dalam ponselnya.
Brian kaget karena mencium bau harum steak kesukaannya, dengan cepat dia berdiri dari ranjangnya dan berjalan ke arah dapur.
" Sayang! Kamu telah mema...!" kata Brian terputus saat melihat hanya ada Mbok Yem disana.
" Assalamu'alaikum, Tuan muda! Maaf, Nyonya Muda masih di sana!" jawab Mbok Yem.
" Apa? Kenapa Mbok meninggalkannya? Jika terjadi sesuatu bagaimana?" tanya Brian panik. Dia marah karena tidak bisa berada dekat dengan Fatma.