Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 89 - Mimpi Yang Indah

Chapter 89 - Mimpi Yang Indah

" Nyonya Muda yang menyuruh saya, Tuan Muda!" kata Mbok Yem. Brian tidak lagi dapat berbicara jika urusan Fatma yang meminta. Dia hanya duduk di meja makan menunggu Mbok Yem menyiapkan sarapannya. Dia sangat menuruti apa yang diinginkan istri mungilnya itu, karena dia tidak mau nanti Mbok Yem akan bicara pada Fatma tentang sesuatu yang membuat Fatma marah lagi. Mbok Yem menyiapkan sarapan untuk Brian dan meninggalkan Brian yang makan dengan lahapnya.

" Aku ke kantor dulu, mbok! Tolong tanyakan pada istriku kapan aku boleh menjenguknya!" ucap Brian sedih.

" Iya, Tuan Muda! Semoga Nyonya Muda tidak salah paham lagi pada Tuan Muda!" jawab Mbok Yem. Brian melangkahkan kakinya keluar rumah karena Danis telah menunggunya sedari tadi. Dikantor Brian tidak dapat berkonsentrasi dengan baik, karena pikirannya selalu berada pada Fatma. Dia takut jika Fatma dan calon bayi mereka akan meninggalkannya. Dia masih ingat saat dia bangun dari sakitnya dia mencari-cari Fatma tapi tidak ada, lalu Dean menceritakan semuanya.

Flashback On

" Kak! Apa yang harus kita lakukan?" tanya Iris pada Dean.

" Aku punya ide, tapi kita harus melakukannya dengan sangat baik!" kata Dean.

" Apapun itu jika demi kebaikan mereka berdua, Ins Yaa Allah kami kana mendukung!" jawab Azzam. Semua yang ada di ruangan itu menganggukkan kepalanya.

" Kalau boleh tahu, Om! Apa ide om?" tanya Arkan. Dean menghela nafas panjang.

" Kita beritakan jika Fatma mengalami keguguran!" kata Dean.

" Apa?" jawab Iris terkejut.

" Dengar dulu!" kata Dean.

" Sebaiknya kita dengar sampai selesai!" kata Azzam.

" Kita semua ingin tahu siapa dalang dibalik semua ini? Danis sudah menyelidiki jika ada yang ingin mencelakakan Brian dan Zahirah! Aku mencurigai ada mata-mata di rumah sakit ini!" tutur Dean.

" Apa?" teriak Fahmi.

" Aku sudah mencurigai seseorang! Tapi aku belum yakin sebelum mendapatkan bukti!" kata Dean lagi.

" Kalau begitu semua urusan rumah sakit kita serahkan sama Kak Dean dan Soni! Sedangkan yang lainnya biar aku, Danis dan Arkan yang menghandle!" jabar Fahmi.

" Aku juga siap kalo dibutuhkan, Om!" ucap Daffa.

" Iya!" kata Fahmi.

Flashback Off

" Gimana kasus kecelakaan itu, Dan?" tanya Brian.

" Semua bukti sudah diserahkan ke polisi, Bos!" jawab Danis.

" Brengsek si Nabil! Gue nggak nyangka kalo dia yang menyebabkan semua ini!" kata Brian.

" Lalu Nyonya Sarah bagaimana, Bos?" tanya Danis.

" Aku sudah menyerahkan semua ke keluarganya! Mereka yang datang langsung kesini!" jawab Brian.

" Kemarin ada keluarga Nabil ingin bertemu dengan Bos!" kata Danis.

" Aku tidak mau bertemu dengan mereka! Biar istriku yang menyelesaikan masalah ini!" kata Brian.

" Apa Bos akan kesana?" tanya Danis. Brian menggelengkan kepalanya.

" Dia tidak mengizinkanku melihatnya!" kata Brian sedih.

" Maaf, Bos!" jawa b Danis.

" Lain kali siapapun selain istri dan keluargaku walau dia memiliki kartu itu, jangan diizinkan masuk!" kata Brian.

" Siap, Bos!" jawab Danis.

" Apa kita akan lembur?" tanya Danis lagi.

" Sepertinya iya! Dirumah tidak ada istriku, untuk apa aku cepat-cepat pulang!" kata Brian. Kemudian mereka tenggelam dalam pekerjaannya.

" Apa kamu baikan?" tanya Arkan.

" Iya, Bang!" jawab Fatma.

" Abang ingin berbicara serius, Fat!" kata Arkan.

" Sebelum kita bicara, Fatma mau meminta tolong pada abang!" pinta Fatma.

" Apapun!" kata Arkan.

" Tolong jangan libatkan Ustadz Harun dalam masalah rumah tangga Fatma! Kita orang muslim bukan? Adalah suatu aib dan dosa bagi seorang istri yang membicarakan keburukan suaminya, Fatma rasa Ustadz Harun lebih paham tentang hal itu!" tutur Fatma. Arkan menghembuskan nafas panjangnya.

" Dia seperti itu karena dia perhatian padamu, Fat!" kata Arkan.

" Astaghfirullah, Bang! Fatma adalah istri Brian dan gak akan berubah sampai Allah menakdirkan kita untuk berpisah!" kata Fatma.

" Sepertinya semua akan terjadi jika kamu yang menginginkannya!" kata Arkan lagi.

" Bang! Allah sangat membenci perceraian!" kata Fatma.

" Allah juga sangat membenci orang yang berani menyakiti dan berbuat buruk pada seorang istri!" kata Arkan. Fatma terdiam mendengar perkataan Arkan, dia tidak mau memperpanjang perdebatan itu, karena dia tahu persis sifat abangnya.

" Apa yang akan abang katakan?" tanya Fatma.

" Abang ingin kamu memikirkan lagi meneruskan pernikahanmu!" kata Arkan. Fatma yang telah menduga arah pembicaraan abangnya, hanya menghela nafas dan menghembuskannya dengan pelan.

" Dari awal pernikahan ini terlalu dipaksakan, Fat! Masa lalu suamimu yang begitu kelam akan selalu datang dalam pernikahan kalian!" tutur Arkan.

" Biar hal ini menjadi keputusan kami, bang!" jawab Fatma tegas.

" Pikirkan kesehatan dan kebahagiaanmu juga orang tua kita!" kata Arkan.

" Aku akan memikirkannya!" kata Fatma supaya Arkan menghentikan pembicaraan ini.

" Kalo gitu abang pulang dulu! Nanti biar Daffa yang menemanimu!" kata Fatma.

" Iya! Terima kasih! Salam untuk Mbak Rania!" kata Fatma.

" Iya! Assalamu'alaikum!" salam Arkan.

" Wa'alaikumsalam!" jawab Fatma. Arkan keluar dari kamar Fatma dan didapatinya Harun sedang duduk di kursi tunggu.

" Bagaimana keadaan Fatma, Ar?" tanya Harun.

" Alhamdulillah dia baik-baik aja! Maaf dia tidak mengijinkanmu masuk!" kata Arkan.

" Syukur Alhamdulillah! Tidak apa-apa! Yang penting dia baik-baik saja!" jawab Harun.

" Apa aku salah melakukan semua ini, Run?" tanya Arkan menatap Harun.

" Jujur? Kita salah menurut syari'at islam!" jawab Harun.

" Tapi aku hanya ingin adikku bahagia!" kata Arkan.

" Biarkan mereka menyelesaikan semua permasalahan ini bersama! Apapun yang menjadi keputusan mereka, kita wajib menerimanya dengan lapang dada!" tutur Harun walau hatinya terasa sakit. Dia sadar bahwa tingkahnya kemarin adalah akibat hawa nafsu saja, dia tidak berpikir secara jernih dan dia telah dipengaruhi oleh emosinya.

Jam 12 malam Brian baru pulang dari kantornya, dengan langkah lunglai dia masuk ke dalam kamarnya. Dilemparkannya jas dan dasinya sembarangan di sofa, lalu dia menghempaskan tubuhnya ke ranjang tanpa melepaskan sepatunya. Tubuhnya terasa lelah, begitu juga hati dan pikirannya. Brian tertidur akibat kelelahan karena seharian tidak beristirahat ataupun makan. Keesokan harinya, dia merasa mencium harum aroma parfum istrinya, sentuhan lembut tangannya yang halus di pipinya.

" Apa kamu masih ingin tidur?" ucap Fatma. Ah! Suara lembut itu, aku begitu merindukannya! batin Brian dengan kedua mata yang masih terpejam.

" Ehm!" jawab Brian.

" Apa kamu merasa sangat lelah, Habib?" tanya Fatma.

" Sangat!" jawab Brian.

" Apa ada yang harus kau katakan padaku?" tanya Fatma lagi.

" Iya!" jawab Brian lagi.

" Bukalah matamu!" suruh Fatma.

" Tidak!" jawab Brian cepat.

" Kenapa?" tanya Fatma heran.

" Aku tidak mau terbangun!" kata Brian tegas.

" Tapi kenapa? Bukannya kamu ingin bicara padaku?" tanya Fatma.

" Iya! Tapi bukan dalam mimpi!" jawab Brian.

" Jika begitu buka matamu!" kata Fatma lagi dengan nada lembut.

" Tidak, sayang! Biarlah aku bermimpi seperti ini dulu denganmu!" kata Brian.

" Apa maksudmu?" tanya Fatma.

" Jika aku tidak akan terbangun selamanya, aku rela karena bisa seperti ini denganmu!" tutur Brian.

" Astaghfirullah! Ucapan itu do'a, Habib! Jangan berbicara sesuatu yang tidak pantas dan tidak disuaki Allah!" kata Fatma lagi. Perlahan Brian membuka matanya, dilihatnya kesekeliling kamarnya, kosong! Semua hanyalah mimpi belaka! batin Brian lalu menghembuskan nafas dengan kesal.