Mereka melakukan pemanasan pagi itu sebelum Brian berangkat ke kantor.
" Sayang! Aku harus pergi!" bisik Brian pada istrinya yang masih terbaring di ranjang karena kelelahan. Hasrat Brian menjadi semakin tinggi jika Fatma yang memulai dahulu penyatuan mereka.
" Hmm! Pake maskermu!" ucap Fatma sambil memejamkan matanya.
" Iya, Nyonya Bos!" jawab Brian lalu mengecup kening istrinya dan melihat senyum dibibir bidadarinya itu. Subhanallah! Kenapa kamu semakin menggemaskan saat hamil begini! batin Brian.
Fatma terbangun saat terdengar suara alarm shalat dhuha berbunyi. Dibukanya kedua matanya dan dia bangun untuk mensucikan diri di dalam kamar mandi dan segera melakukan shalat dhuha. Kemudian dia mengaji beberapa lembar Al Qur'an sambil mengelus perutnya seakan mengajak putranya mengaji bersama.
" Mbok Yem sedang masak apa?" tanya Fatma yang pergi ke dapur.
" Eh, Non Zahirah dah bangun! Masakin steak Den Brian, Non!" kata Mbok Yem.
" Gak usah mbok! Biar saya yang masak, saya mau pergi ke kantornya untuk mengantar makan siangnya!" kata Fatma.
" Tapi, Non..."
" Sudah! Nggak papa!" ucap Fatma lalu dia memasak nasi goreng telor untuk Brian. Setelah berkutat beberapa menit di dapur, Fatma telah selesai memasak dan memasukkannya ke dalam lunch box. Fatma masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri dan keluar dengan dandanan rapi. Jam 11 siang dia pergi ke kantor Brian dengan diantar Indah, yang merupakan sopir baru Fatma. Indah adalah anak dari Mbok Yem yang awalnya bekerja sebagai SPG susu. Brian sengaja mencari sopir perempuan untuk Fatma agar membuat istrinya lebih nyaman kemana-mana.
" Kamu sudah makan siang, Ndah?" tanya Fatma saat mobil yang mereka tumpangi telah membelah jalanan kota Jakarta.
" Belum, Nyonya!" jawab Indah.
" Kalau begitu, kamu nanti makan di kantin perusahaan, ya! Bilang saja Bos yang suruh!" kata Fatma.
" Iya, Nyonya!" jawab Indah. Indah mengendarai mobil dengan sangat baik dan Fatma suka dengan kinerja Indah. Akhirnya mereka sampai di perusahaan Brian, Indah membukakan pintu mobil untuk Fatma.
" Trima kasih, Ndah!" ucap Fatma lalu berjalan menuju ke lobby kantor.
" Selamat Siang, Bu!" sapa 2 orang resepsionis yang sedang berdiri di meja lobby.
" Siang, Sher! May!" jawab Fatma. Fatma memang jarang sekali datang ke kantor Brian, hanya beberapa kali saja, itupun saat mengantar dokumen yang tertinggal di rumah. Tapi semua pegawai mengenal Fatma sebagai istri Brian karena sang direktur yang memperkenalkannya pada mereka dan mereka wajib mengenali wajah istri si Bos itu.
" Apa suamiku ada diatas?" tanya Fatma dengan senyuman manisnya.
" Ada, Bu! Tapi..."
" Aku akan langsung ke atas aja!" ucap Fatma memotong jawaban Sherly dan melenggang ke lift khusus untuk keluarga.
" Aduh! Jangan sampai ada perang!" ucap Sherly.
" Iya! Dasar wanita ganjen!" sahut Maya.
" Bisa-bisanya dulu si Bos naksir dia!" ucap Sherly.
" Ada apa ini? Kalian ini senengnya bergosip saja!" tanya Niko, manager di perusahaan Brian.
" Anu, Pak! Bu Bos sedang naik ke atas!" jawab Sherly.
" Apa? Gawat!" ucap Niko, segera dia menghubungi seseorang.
" Ckk! Gimana caranya ini? Mereka pada meeting!" ucap Niko ambigu.
" Sebaiknya bapak naik tangga saja, Pak!" ucap Maya.
" Kamu benar!" jawab Niko dan segera berlari ke arah tangga darurat unutk menuju ke kantor Brian. Sementara Fatma dengan hati berbunga menuju ke ruangan Brian sambil sesekali melihat ke box lunch yang dibawanya.
" Segera hubungi pihak mereka, Dan! Saya mau laporan itu selesai besok!" ucap Brian memasuki ruangannya dan duduk di kursi kebesarannya.
" Baik, Bos!" jawab Danis.
" Apa persiapan untuk meeting dengan Marsh sudah siap?" tanya Brian.
" Semua sudah siap sesuai permintaan Bos!" jawab Danis.
" Kalau begitu kita pergi satu jam lagi! Pesankan saya makan siang!" ucap Brian.
" Baik, Bos! Permisi!" ucap Danis kemudian melangkah keluar dari ruangan Brian.
" Nyonya Bos?" sapa Danis saat melihat Fatma datang kearahnya.
" Dan! Apa dia ada?" tanya Fatma.
" Ada, Nyonya! Apa itu makan siang Bos?" tanya Danis.
" Iya!" jawab Fatma.
" Baru saja Bos menyuruh saya memesan makan siang!" ucap Danis.
" Hampir saja! Apa kamu mau ikutan?" tanya Fatma.
" Tidak, Nyonya! Saya makan sendiri saja!" jawab Danis.
" Kalau begitu saya masuk dulu!" ucap Fatma.
" Silahkan! Saya mau ke ruangan saya!" jawab Danis. Fatma menuju ke ruangan suaminya dan memegang engsel pintu saat Niko berteriak dari pintu tangga darurat.
" Bu Bos!" Danis terkejut mendengar teriakan Niko, tapi terlambat karena Fatma telah membuka pintu ruangan suaminya dan melihat hal yang sangat menyakitkan hatinya. Box makan siang Brian terjatuh dari tangan Fatma. Brian melihat kearah datangnya suara, dia terkejut karena disana istrinya sedang melihatnya dalam keadaan seperti sekarang ini.
" Astaghfirullah, Zahirah?" ucap Brian kaget. Segera saja Fatma pergi meninggalkan ruangan Brian dengan cucuran airmata.
" Zahirah!" teriak Brian.
" Danny!" tahan Vero.
" Berharaplah tidak terjadi sesuatu pada istri dan anakku! Atau aku akan lupa pada masa lalu kita!" ancam Brian. Kemudian di hempaskannya tangan Vero yang memgang tangannya. Brian berlari keluar dari ruangannya.
" Mana istriku?" tanya Brian. Danis, Niko dan Karin menunjuk ke arah lift yang tertutup pintunya. Brian berlari menuju ke pintu tangga darurat dan turun menggunakannya.
" Ada apa ini?" tanya Danis.
" Tadi Nyonya Sarah datang!" ucap Niko.
" Apa? Kenapa kamu tidak bilang?" tanya Danis.
" Saya sudah telpon, Pak!" ucap Niko takut karena Danis menatapnya dengan dangat tajam dan wajahnya menggelap.
" Danis!" sapa Vero yang berdiri di pintu ruangan Brian.
" Nyonya Sarah!" jawab Danis.
" Apa benar mereka akan memiliki anak?" tanya Vero.
" Iya, Nyonya!" jawab Danis. Seketika tubuh Vero lemas dan jatuh terduduk ke lantai.
" Hahaha! Seorang anak! Kenapa nasibku begitu buruk? Jika saja aku tidak egois memilih pekerjaan daripada Danny!" tutur Vero dengan airmata bercucuran.
" Sebaiknya anda kembali ke Spanyol, Nyonya!" ucap Danis.
Sementara Brian yang mengejar Fatma tidak bisa mendapatkannya, karena Fatma berlari keluar perusahaan dan menghadang sebuah taksi. Brian mengaktifkan GPS yang ada di ponsel Fatma dan menghubunginya, dia berjalan mondar-mandir di gerbang perusahaannya tanpa menghiraukan panas matahari yang menyengat kulitnya. Ponsel Fatma berdering.
" Assalamu'alaikum, sayang!"
- " Maaf, Tuan Muda! Hp Nyonya tertinggal di rumah!"
" Astaghfirullah, Za! Kamu kemana?" tanya Brian ambigu sambil mematikan panggilannya.
" Halo Dan! Berikan kunci mobilku!" ucap Brian saat menghubungi Danis lewat ponselnya dan langsung mematikannya tanpa menunggu jawaban dari Danis. Beberapa saat kemudian, Danis telah datang menghampirinya sambil membawa serta mobil Brian.
" Keluarlah!" ucap Brian. Tanpa menunggu lama, Danis keluar dari dalam mobil dan Brian masuk ke dalam mobilnya.
" Meetingnya bagaimana, Bos?" tanya Danis.
" Apa kamu nggak lihat istriku hilang?" teriak Brian marah lalu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Danis yang melihat hanya bisa menghela nafas panjang sambil kembali masuk ke dalam kantor.
" Ahhhh! Brengsek lo, Ver! Awas saja jika terjadi sesuatu pada istri gue!" teriak Brian ambigu di dalam mobilnya yang sedang berjalan serta memukul-mukul kemudinya.
______________________________________________________________________________
Maaf ya readers, up nya semakin tersendat, karena sedang ada kesibukan lain.
Tapi aku masih akan terus melanjutkan novel ini sampai kalian merasa boring dan gak mau lagi ngasih PS.
Reviews dan commentnya dong, readers, selalu berikan.
Apapun itu tulis aja, karena aku sangat suka membacanya, karna bagiku itu sebagai tanda kalian menghargai dan menyukai karyaku
Salam persahabatan dan terima kasih selalu mendukung dan menyukai karyaku.