Brian pulang ke rumah saat hari menjelang tengah malam setelah mencoba mencari Fatma kemana-mana.
" Sayang!" teriak Brian dari pintu masuk yang mengira Fatma sudah pulang.
" Selamat malam, Tuan Muda!" sambut Mbok Yem.
" Sayang!" masih teriak Brian sambil menuju ke kamar mereka.
" Nyonya belum pulang, Tuan Muda!" jawab Mbok Yem yang mengikuti Brian sampai ke kamarnya dan berdiri di pintu kamar Brian. Dengan langkah lemas, Brian masuk ke dalam kamar mandi untuk mencari istrinya, lalu duduk diatas ranjang sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya saat tidak ditemuinya Fatma di dalam sana.
" Apa Tuan Muda mau makan atau butuh sesuatu?" tanya Mbok Yem beberapa saat kemudian. Brian tidak memberikan jawaban, dia hanya diam tanpa bergerak. Dimana kamu, Za? batin Brian frustasi. Dia telah menelusuri jalanan di ibukota, tapi tidak menemukan Fatma dimana-mana.
" Saya akan menghangatkan makanan dan meletakkannya di atas meja!" ucap Mbok Yem lagi, saat dilihatnya Brian tidak menjawabnya lagi. Mbok Yem meninggalkan majikannya dan pergi ke dapur dengan perasaan sedih. Brian meraih ponsel yang ada di saku celananya, dia hanya memakai kemeja putih dengan lengan terlipat asal, sedangkan jasnya sudah tidak menempel di tubuhnya dan entah berada dimana.
" Bagaimana?"
- " Maaf, Bos! Kami belum menemukan Nyonya!" -
" Sial kalian semua! Apa kalian makan gaji buta?"
- " Maaf, Bos! Kami..." -
" Jika sampai besok kalian tidak bisa menemukan istriku, aku akan menghabisi kalian semua!"
" Sialllll!" teriak Brian saat mematikan panggilannya lalu melempar ponselnya begitu saja ke tembok hingga hancur.
" Arghhhh! Kemana kamu, Zaaaaa!" teriak Brian frustasi. Mbok Yem yang mendengar teriakan majikannya menjadi kaget dan mengelus dada, dia baru saja melihat dan mendengar Brian bersikap seperti ini, meski dulu dia tahu majikannya itu ditinggal kekasihnya, tapi dia hanya sedih biasa saja. Kamu memang bodoh, Brian Daniel Manaf! Bisa-bisanya kamu membiarkan wanita itu masuk ke dalam ruanganmu! batin Brian menyesali dirinya yang telah teledor. Kemudian dia masuk ke dalam kamar mandi dan mengguyur tubuhnya di bawah nyala shower tanpa membuka pakaiannya. Selama satu jam Brian berada di bawah air dingin tersebut tanpa berbuat apa-apa. Brian melepaskan pakaiannya dan mengeringkan tubuhnya dengan asal. Dihampirinya walk in closetnya dan diraihnya pakaian tidurnya. Tubuhnya terasa lelah, tapi pikirannya berkelana kemana-mana, dia sangat khawatir akan keselamatan kedua orang yang sangat dicintainya. Brian takut terjadi sesuatu pada mereka berdua. Setelah memakai pakaian, dia membuka lemari yang ada dipojok kamarnya, terlihat ada beberapa ponsel mahal yang tersimpan disana. Dia kembali berjalan ke araf sofa dan duduk disana, dibukanya bungkus ponsel tersebut lalu dipasangkannya kartu Sim didalamnya. Setelah menyala, dia memasukkan nomor yang tersimpan di buku saku kecilnya.
" Assalamu'alaikum, Daf!"
- " Wa'alaikumsalam, Kak!" -
" Apa...istriku ada disana?"
- " Apa maksud kakak?" -
" Tadi siang dia pergi dan belum kembali sampai sekarang!"
- " Apa? Kemana dia? Nggak seharusnya dia pergi tanpa pamit pada kakak!" -
" Aku tidak tahu! Aku sudah mencarinya kemana-mana, tapi belum ketemu!"
- " Apa kalian ada masalah?" -
" Ada sedikit kesalah pahaman!"
" Kakak dimana sekarang?"
" Dirumah!"
Tanpa menunggu lagi, Daffa mematikan sambungan telpon kakak iparnya dan beranjak dari tempat tidurnya. Dengan pelan, dia keluar dari kamarnya setelah meninggalkan pesan di selembar kertas. Jam menunjukkan hampir pukul 2 malam. Daffa mendorong motornya keluar dari pagar rumahnya dan menyalakannya di luar. Kakak kemana? Apa segitu seriusnya masalah kalian sehingga kakak berbuat dosa seperti ini? batin Daffa. Setelah kurang lebih 30 menitan, Daffa sampai di rumah Brian dan Fatma, dia segera masuk ke dalam rumah dan menuju ke kamar kakaknya.
" Assalamu'alaikum!" ucap Daffa.
" Wa'alaikumsalam!" jawab Brian yang sudah tahu jika Daffa pasti akan datang.
" Apa yang terjadi?" tanya Daffa tanpa basa-basi. Brian berdiri dan menghadap ke Daffa.
" Duduklah dulu!" kata Brian. Daffa duduk di sofa kamar Brian.
" Aku sudah duduk, sekarang tolong kak Brian bilang ada apa sebenarnya?" tanya Daffa. Brian menatap adik iparnya dengan pandangan sedih.
" Tadi Zahirah pergi ke kantorku untuk mengantar makan siang, saat dia membuka pintu, dia melihat..." Brian menghentikan ucapannya.
" Melihat apa?" tanya Daffa membeo dengan wajah penuh tanda tanya.
" Dia melihat Vero dalam keadaan bugil sedang memelukku dan menciumku!" tutur Brian dengan nada datar. Daffa berdiri dan mendekati kakak iparnya.
" Brengsek!" kata Daffa sambil memukul wajah kakak iparnya.
" Abang gue bener, lo emang pria brengsek! Nyesel gue support lo selama ini!" kata Daffa penuh amarah. Bibir Brian pecah akibat pukulan dari Daffa yang memang seorang petinju. Darah mengalir disudut bibir kirinya. Brian meringis merasakan sakit diwajahnya.
" Biar aku jelaskan!" ucap Brian sambil tangan kanannya merentang ke depan sebagai tanda agar Daffa menghentikan perbuatannya.
" Gue nggak perlu penjelasan lo! Lo emang brengsek! Bang Nabil juga pernah bilang sama gue! Dengar baik-baik, lebih baik lo tinggalin kakak gue sebelum gue melakukan lebih dari ini!" ucap Daffa lalu pergi meninggalkan Brian sendiri.
" Arghhhhh!" teriak Brian, lalu menghancurkan semua isi kamarnya. Ponsel Brian berdering, dengan cepat dia mengambil ponselnya dari dalam celana jeansnya.
" Halo!"
- " Bos! Kami menemukan Nyonya!" -
" Dimana?"
- " Rumah Sakit Islam!" -
" Apa? Kenapa dia disitu?"
- " Kata perawat disini dia mengalami pendarahan!" -
" Apa?"
Brian segera berlari ke mobilnya sambil mematikan ponselnya. Dilajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke rumah sakit yang dikatakan anak buahnya. Ya Allah! Lindungi anak dan istri hamba! Aamiin! batin Brian sedih.
" Bagaimana keadaan adik saya, Dok?" tanya Arkan saat seorang dokter keluar dari ruang IGD.
" Anda suaminya?" tanya dokter tersebut.
" Saya suaminya!" jawab Harun tiba-tiba dan entah kenapa Arkan hanya diam saja saat Harun mengatakan hal itu.
" Bisa kita bicara diruangan saya?" tanya dokter tersebut lalu berjalan menuju ke ruangannya. Harun mengikuti bersama dengan Arkan.
" Silahkan duduk!" ucap dokter itu.
" Terima kasih, dok!" jawab Harun dan Arkan bersamaan.
" Jika saya boleh tahu, apa istri anda pernah mengalami trauma atau kecelakaan?" tanya dokter itu.
" Iya, dok!" jawab Harun.
" Sudah saya duga! Istri anda mengalami shock yang sangat berat hingga menyebabkan terjadinya pendarahan. Tapi syukur pada Allah kandungannya sangat kuat hingga bisa mengatasi trauma tersebut. Apa ini anak pertama?" tanya dokter itu lagi. Harun tertegun mendengar penjelasan dokter tersebut, karena dia tidak tahu jika Fatma sedang mengandung.
" Pak! Apa bapak baik-baik saja?" tanya dokter itu pada Harun. Arkan menoleh pada sahabatnya itu, dia tahu jika Harun pasti kaget mendengra penuturan dokter tersebut.
" Run!" sapa Arkan sambil memegang lengannya.
" Eh? Eh, iya, dok!" jawab Harun kecewa.
" Jaga dengan baik ya, pak! Jangan sampai membuat istri bapak kembali mengalami trauma!" tutur dokter tersebut.
" Iya, dok! Trima kasih atas perhatiannya!" jawab Harun.
" Sama-sama!" jawab dokter itu.
" Permisi!" pamit Harun dan Arkan. Kemudian mereka kembali ke ruang IGD dan duduk tanpa bicara.
" Arkan? Harun?" sapa Brian kaget. Arkan mengangkat wajahnya dan langsung berdiri sambil melepaskan bogem mentahnya ke wajah Brian.
" Tinggalkan adik gue! Lo emangn brengsek!" kata Arkan marah.
______________________________________________________________________________
Mampir di novel terbaruku yang berbeda dengan yang ini judulnya " TENTANG RASA"
Semoga kalian suka ya...