Fatma membuka matanya, tubuhnya terasa pegal dan sedikit nyeri pada bagian intimnya. Dilihatnya tangan besar suaminya memeluk pinggangnya dengan erat. Diputarnya tubuhnya agar bisa bertatapan dengan Brian. Kenapa kamu sangat tampan? Pasti banyak wanita diluar sana melihatmu dengan maksud ingin memilikimu! batin Fatma sambil menghembuskan nafasnya. Entah kenapa dia merasa sangat cemburu dan sakit hati melihat ketampanan suaminya.
" Assalamu'alaikum! Habib! Bangun, yuk! Sudah jam 3 subuh!" panggil Fatma lembut sambil mengecup pipi suaminya.
" Hmm!" sahut Brian membuka matanya perlahan. Ditatapnya bidadari di hadapannya dengan penuh kelembutan dan senyuman, lalu di kecupnya bibir Fatma. Tapi yang dilihatnya adalah wajah cemberut istri cantiknya yang sedang memainkan jarinya di dadanya.
" Apa kamu ingin membangunkan boo-boo, sayang?" ucap Brian lembut. Segera Fatma menghentikan jemarinya dan duduk bersandar di kepala ranjang sambil menutup tubuhnya dengan selimut setinggi dada.
" Kenapa bidadari surgaku pagi-pagi sudah cemberut?" tanya Brian yang berpindah ke pangkuan istrinya.
" Tidak ada! Awas! Aku mau mandi junub, kita akan kehilangan waktu buat tahajud!" jawab Fatma. Brian terpaksa membiarkan istrinya pergi ke kamar mandi, karena mereka harus menjalankan shalat sunnah. Saat istrinya di kamar mandi, Brian berpikir keras tentang apa yang membuat istrinya pagi-pagi moodnya sudah jelek. Diraihnya ponselnya, lalu dicarinya nomor Dr. Mark, dia dokter baru Fatma karena Brian tidak nyaman berbicara pribadi dengan cecil. Kebetulan Mark adalah teman Soni dan bekerja satu RS disana.
" Halo, Mark!"
- " Man! What time is it? I just got home!"
" Wake up or i'll fired you!"
- " You so annoying!"
" I don't care!"
- " What is it?"
" Apa mood wanita hamil bisa berubah?"
- " Tentu saja! Itu merupakan perubahan hormon dan terjadi pada trimester pertama!"
" Ok!"
Brian mematikan panggilannya.
" What the hell...?"
" Dasar manusia kutub! Gue heran kenapa Zahirah mau sama dia?" ucap Mark ambigu.
" Sayang! Apa kamu bicara sendiri?" tanya wanita yang ada disebelah Mark.
" No, honey! Back to sleep!" jawab Mark lalu memeluk wanita itu dari belakang. Mereka berdua melakukan shalat tahajud dan dilanjutkan dengan membaca ayat suci Al qur'an. Mereka kemudian shalat subuh berjamaah setelah Brian kembali dari shalat di masjid dekat rumah mereka.
" Sayang! Masih marah?" tanya Brian yang memeluk Fatma dari belakang saat wanita itu berdiri di dapur.
" Lepas!" ucap Fatma datar. Brian dengan cepat melepaskan pelukannya, dia mengikuti kemanapun istrinya bergerak.
" Apa kamu gak punya pekerjaan lain selain jadi ekorku?" tanya Fatma sebel.
" You move, i move remember?" jawab Brian. Fatma menghentikan gerakannya dan memutar tubuhnya ke arah Brian. Dengan penuh kelembutan, dikecupnya bibir suaminya dengan lembut dan mesra. Brian membalasnya dengan mesra pula, bahkan dia tidak melepaskan pagutannya karena gairahnya kembali meronta.
" Habib!... Aku sedang...memasak! Ahhh!" ucap Fatma yang tidak tahan dengan cumbuan suaminya. Dan Fatma sangat menyukai sentuhan dan cumbuan Brian yang spontan di tempat selain kamar mereka seperti saat ini. Hasrat Brian semakin besar saat desahan lolos dari bibir istrinya, segera diangkatnya Fatma ke sofa yang ada di ruang tengah dan dicumbunya istrinya perlahan dengan penuh kelembutan.
" Kau membuatku mandi lagi, Habib!" ucap Fatma saat Brian telah menuntaskan hasratnya.
" Kau yang menggodaku, sayang!" ucap Brian.
" Apa kamu tidak takut ada yang melihat?" tanya Fatma mengelus pipi suaminya.
" Siapa? Hanya Allah yang tahu! Kan semua pekerja pulang kalo sudah jam 9 malam!" jawab Brian merasa menang.
" Tapi tetap saja kamu membuatku keramas lagi!" ucap Fatma.
" Itu resikomu karena membuatku tergoda!" jawab Brian lagi.
" Apa maksudmu? Aku hanya mengecup bibirmu!" ucap Fatma cemberut.
" Kau tahu aku tidak tahan dengan sentuhanmu di pagi hari!" jawab Brian.
" Alasan! Kau harus tanggung jawab!" ucap Fatma.
" Tanggung jawab?" Brian mengerutkan dahinya.
" Bawa aku masuk ke kamar mandi sekarang!" perintah Fatma kesal.
" Dengan senang hati My Queen, apa masih mau nambah satu ronde?" goda Brian.
" Apa maksudmu?" tanya Fatma tidak percaya.
" Boo-boo masih kuat berdiri, sayang!" bisik Brian.
" Jika kau berani melakukannya, jangan harap aku akan memberimu lagi!" ancam Fatma, dia tahu jika dia salah, tapi tubuhnya seakan remuk melayani nafsu suaminya yang seakan tak ada habisnya.
" Iya! Aku akan menahannya!" jawab Brian cemberut. Astaghfirullah! Dia semakin terlihat menggemaskan jika sedang cemberut seperti itu! Pengen cium aja, tapi nanti dia mau lagi! Astaga, Fatma! Kenapa pikiranmu makin hari makin mesummmmm? batin Fatma malu dan menundukkan wajahnya di dada suaminya. Mereka kembali mandi untuk mensucikan diri dan sarapan pagi. Fatma tidak lepas memandang wajah suaminya yang menurutnya bertambah berlipat ganda tampannya saat memakai pakaian setelan jas seperti sekarang ini. Tanpa terasa airmata Fatma menetes di pipinya. Brian yang tahu jika istrinya menatapnya sedari tadi hanya diam saja, tapi dia terkejut saat dilihatnya setetes airmata jatuh dipipi Fatma.
" Sayang! Kamu kenapa menangis?" tanya Brian yang segera berdiri dan mendekati istrinya.
" Hik,hik,hik!" Fatma bertambah menangis.
" Astaghfirullah! Kamu kenapa? Apa ada yang membuatmu seperti ini? Katakan sayang! Aku akan melenyapkannya!" kata Brian marah. Fatma menggeleng-gelengkan kepalanya tanpa mau memandang suaminya.
" Terus kenapa kamu menangis?" tanya Brian bingung.
" Apa kamu gak bisa ke kantor pake baju kaos saja?" tanya Fatma pelan.
" Hah? Hahaha! Masa iya aku ke kantor pake baju kaos?" gelak Brian. Fatma semakin menangis sedih mendengar jawaban Brian.
" Lho, sayang! Kok tambah nangis? Aduh gimana, sih? Sayang!" ucap Brian bertambah bingung dengan yang terjadi. Lalu dia memeluk Fatma sambil mengelus punggungnya dengan penuh kasih sayang.
" Sayang! Ada apa sih? Kalo kamu gak bilang mana abi tau!" bisik Brian ditelinga Fatma.
" Kenapa kamu tampan sekali?" ucap Fatma. Sontak Brian membeliakkan kedua matanya karna terkejut.
" Aku tidak suka wanita diluar sana melihat wajahmu!" ucap Fatma lagi. Astaghfirullah, Zahirah! Terus aku harus gimana? Apa aku harus menutup wajahku? Atau merubahnya? batin Brian tidak mengerti, dia ingin tertawa sekaligus bersedih melihat tingkah istrinya. Ya, Allah! Apa sampai segitunya mood seorang wanita yang sedang hamil bisa berpengaruh besar pada tingkah lakunya? batin Brian.
" Jadi apa yang harus aku lakukan. sayang?" tanya Brian sedikit sedih. Fatma berhenti menangis dan berpikir.
" Kamu kalau keluar pake masker, ya!" ucap Fatma.
" Apa?" ucap Brian sedikit keras karena kaget.
" Awwwwwww! Hik..hik..hik!" tangis Fatma kembali terdengar.
" Ok! Ok! Iya, sayang! Iya! Aku akan memakai masker jika keluar! Apa kamu puas?" tanya Brian berusaha menahan kekesalannya pada istrinya.
" Iya, habib! Trima kasih! Satu lagi boleh?" tanya Fatma. Astaghfirullah! Apalagi? Jangan bilang aku gak boleh kerja! batin Brian khawatir.
" Bisa gak kalo sabtu sama minggu gak usah kerja!" pinta Fatma manja.
" Sayang! Aku gak..."
" Kamu gak bisa?" tanya Fatma dengan wajah yang seperti akan menangis.
" Iya, iya, sayang! Aku akan libur!" jawab Brian sambil memeluk istrinya. Tanpa diduga Fatma melepas pelukan mereka dan Fatma melumat bibir Brian, seketika Brian membalasnya dengan senang hati. Hahaha! Babang boo-boo kena rayuan gombal neng soleha!