Readers yang setia...
Maaf baru bisa up lagi, karena kemarin2 lagi jadi panitia qurban
Trima kasih pada kalian yang masih setia pada novel ini.
Tetap diharapkan power stone, reviews dan commentnya
Aku akan merilis lagi sebuah novel baru dengan judul " Tentang Rasa"
Ceritanya bertolak belakang dengan novel ini
Karena aku akan sekali-sekali aja membuat novel religius.
Selalu sehat dan selamat dari apapun...Aamiin
___________________________________________________________________
Mereka turun setelah membersihkan tubuh dan memakai pakaian.
" Suamiku sangat tampan!" puji Fatma yang sedang duduk di kursi rias sambil tersenyum, dia melihat Brian dari pantulan kaca rias yang ada dihadapannya saat Brian memeluknya dari belakang.
" Apa kamu masih ragu, sayang!" bisik Brian. Fatma tersenyum dan mengusap-usap pipi suaminya dengan lembut.
" Tidak sama sekali! Suamiku memang paling tampan dan paling baik di dunia dan aku jatuh cinta hanya padanya!" jawab Fatma.
" Aku lebih mencintaimu, sayang!" ucap Brian mencium pipi istrinya.
" Dan baby Zabran?" tanya Fatma.
" Zabran?" ucap Brian membeo sambil mengerutkan dahinya.
" Iya! Calon putra kita!" jawab Fatma.
" Putra? Kau yakin bukan putri?" tanya Brian balik.
" Apa kau ingin seorang putri?" tanya Fatma lagi.
" Aku akan sangat bangga berada diantara wanita soleha yang cantik..."
" Dan seksi!" bisik Brian ditelingan Fatma lalu menggigitnya dengan lembut.
" Habib! Geli, ah!" jawab Fatma menjauhkan kepalanya.
" Aku mau lagi, sayang!" ucap Brian.
" Nanti malam! Kamu boleh melakukan sepuasmu!" ucap Fatma. Brian mengangkat sebelah alisnya.
" Janji?" tanya Brian.
" Ins Yaa Allah!" jawab Fatma menyesali ucapannya, karena suaminya itu pasti tidak akan membuatnya istirahat. Haduw! Dasar mulut! batin Fatma. Brian tersenyum pada istrinya dan mengecup puncak hijabnya.
" Trima kasih, sayang!" ucap Brian senang. Kemudian mereka turun ke bawah seperti pengantin baru, Brian menggenggam erat tangan istrinya.
" Ini dia yang ditunggu-tunggu!" kata Briana.
" Maaf, ada sedikit gangguan!" jawab Fatma.
" Ayo, makan! Aku udah lapar!" kata Briana sambil menepuk-nepuk perutnya.
" Kamu wanita terhormat, bukan preman pasar!" kata Brian yang sebel sama tingkah aneh adiknya.
" Habib!" ucap Fatma mengelus tangan suaminya. Brian segera saja terdiam hanya dengan sentuhan Fatma.
" Kakak ipar memang fantastis mendunia!" kata Briana tertawa melihat kakaknya tunduk pada istrinya.
" Bre!" tegur Iris pada putrinya. Semua yang disitu hanya geleng-geleng kepala saja melihat tingkah Briana. Meskipun sudah dewasa, Briana masih saja terlihat manja dan kekakank-kanakan.
" Perhatian semua!" ucap Brian saat mereka telah selesai makan dan berkumpul di ruang keluarga.
" Kami memiliki rencana akan pergi berbulan madu! Dan kami semua mengajak seluruh keluarga untuk ikut serta!" kata Brian.
" Yan! Bulan madu masak ngajak semua orang?" ucap Iris heran.
" Iya, nih, kak! Masak iya kita harus ngeliat kemesraan kalian yang sepanjang hari?" sahut Briana.
" Yang bener aja lo, Yan!" sahut Arkan juga.
" Kalian semua sabar dulu, suamiku belum selesai bicara!" Fatma mengeluarkan suaranya.
" Bisa kami teruskan?" tanya Brian sambil melihat ke semua orang.
" Iya, son!" jawab Fahmi.
" Kami akan berbulan ke...Makkah sekalian umroh!" ucap Brian. Semua yang ada disana langsung diam dan ada beberapa yang menganga tidak percaya.
" Alhamdulillah!" ucap Azzam dan Salma dengan mata berkaca-kaca. Salma kemudian berdiri dan memeluk putrinya.
" Ummi sangat senang mendengarnya, nak!" kata Salma.
" Fatma juga, ummi! Semua Brian yang ngerencanain, Fatma juga kaget waktu dia bilang begitu!" tutur Fatma. Semua mata melihat ke arah Brian dengan tatapan berbeda-beda, terutama keluarganya.
" Apa semua setuju?" tanya Brian memecah kebisuan didalam ruangan.
" Kami pasti ikut karena Allah telah memanggil kita untuk bertamu dirumahnya!" jawab Azzam dengan pandangan bangga terhadap menantunya. Tidak salah aku menyerahkan Fatma padamu dulu! batin Azzam menatap menantunya. Kemudian mereka semua berbincang-bincang tentang apa saja sehingga suasana terasa hangat dan akrab.
" Daf!" panggil Briana.
" Ya, kak?" sahut Daffa kaget karena Briana, yang hampir tidak pernah bicara pada dirinya, baru saja menyapanya.
" Gue denger lo mau gabung sama Viktor buat mulai usaha?" tanya Briana sambil jongkok di dekat Daffa yang sedang duduk di pinggir kolam renang.
" Iya! Kakak tahu darimana?" tanya Daffa.
" Kebetulan gue satu kampus sama dia!" jawab Briana.
" Bener, kak?" tanya Daffa senang.
" Iya! Tapi..!"
" Tapi apa?" tanya Daffa.
" Gue cuma mau bilang sebaiknya lo batalin aja kerjasama sama dia!" ucap Briana.
" Kenapa?" tanya Daffa mengernyitkan dahinya.
" Apa proposal lo udah dikasih ke kakak?" tanya Briana.
" Belum, kak! Rencananya besok!" ucap Daffa.
" Bisa gue lihat?" tanya Briana.
" Ada dirumah!" jawab Daffa.
" Bisa gue lihat dulu sebelum lo bawa ke kakak?" tanya Briana. Wajah Daffa memperlihatkan keraguan dan Briana menyadari itu.
" Lo gak usah khawatir, Viktor nggak akan tahu!" kata Briana.
" Darimana kakak tahu jika Viktor nggak memperbolehkan aku memberitahu siapapun tentang proposal itu?" tanya Daffa kembali terkejut.
" Gue udah bilang, dia sekampus sama gue! Jadi gue tahu siapa dia!" ucap Briana.
" Kalo gitu gimana kalo nanti malam kakak temui aku di kafe deket rumah?" tanya Daffa. Deg! Entah kenapa Briana merasakan dadanya berdetak keras saat Daffa mengajaknya bertemu berdua saja.
" Kak, Bre!?" panggil Daffa.
" Eh,,i..iya! Boleh!" jawab Briana gugup.
" Kakak kenapa?" tanya Daffa heran.
" Ng..nggak apa-apa! Gue masuk dulu!" kata Briana lalu akan beranjak dari tempatnya saat dia terpeleset jatuh ke dalam kolam renang.
" Astaghfirullah, Kak Bre!" teriak Daffa yang terkejut melihat Briana jatuh, sontak dia ikut terjun untuk menolong Briana. Entah pikiran apa yang sedang bercokol diotak Briana, tiba-tiba dia seperti orang yang sedang tenggelam.
" Tol...long!" ucap Briana. Daffa segera memegang tubuh Briana dan membawanya ke pinggir kolam.
" Kakak nggak pa-pa?" tanya Daffa sambil menepuk-nepuk pipi Briana.
" Dia baik-baik saja!" ucap Brian yang berdiri dibelakang mereka.
" Apa? Tapi..."
" Gue nggak pa-pa, Daf!" jawab Briana sambil terbatuk-batuk. Daffa bingung melihat kedua kakak beradik itu.
" Masuklah! Sebelum kau sakit!" ucap Brian lagi kemudian pergi meninggalkan mereka berdua.
" Iya!" jawab Briana. Mampus gue! Apa dia tahu apa yang gue rasakan.? batin Briana yang berdiri tanpa melihat Daffa.
" Ahhhh!" ucap Briana kesakitan.
" Astaghfirullah, Kakak!" panggil Daffa lagi sambil menahan tubuh Briana yang akan jatuh karena kakinya terkilir. Briana dengan spontan memegang bahu Daffa untuk menahan tubuhnya yang akan terjatuh. Wajah mereka sangat dekat, Briana bisa mencium aroma wood dari tubuh Daffa dan juga hembusan nafas laki-laki itu. Dan bibirnya! Ahhh, kissable banget! Dan ototnya ini, pasti ada perut sobek dibalik bajunya! batin Briana
" Kakak nggak papa?" tanya Daffa.
" Kak Bre!" panggil Daffa lagi.
" Hah? Eh..iya! Gue nggak papa!" jawab Briana yang tersadar dari lamunan mesumnya. Briana melepaskan pegangannya pada Daffa dan mencoba berdiri.
" Akhhh!" keluh Briana saat dia mencoba untuk berjalan sendiri.
" Kaki kakak pasti terkilir!" kata Daffa.
" Duduklah disini!" ajak Daffa.
" Tidak usah, Daf! Gue bisa sendiri!" jawab Briana, dia tidak mau dadanya semakin membunyikan genderang perang.
" Please, kak! Kakak akan kesakitan!" ucap Daffa kemudian memaksa Briana duduk di kursi yang ada di dekat kolam. riana tidak bisa menolak lagi, kemudian Daffa memapah Briana. Briana duduk sambil memegang kakinya yang sakit.
" Maaf, ya, kak! Permisi!" ucap Daffa lalu memegang kaki Briana yang terkilir.
" Apa yang lo lakuin?" ucap Briana kaget.