" Kakak tenang aja! Bismillah!" ucap Daffa kemudian mengurut kaki Briana. Briana hanya menutup mulutnya agar tidak mengeluarkan suara. Daffa mengurut kaki Briana dan membenarkan uratnya, dia tahu tentang semua itu karena dia belajar dari pelatihnya di sasana tinju.
" Coba berdiri!" kata Daffa. Dengan sedikit ragu, Briana berdiri.
" Daf! Gue bisa berdiri! Alhamdulillah!" ucap Briana lalu dengan spontan memeluk Daffa.
" Astaghfirullah!" ucap Daffa lalu mendorong tubuh Briana. Briana terdorong kebelakang hingga beberapa langkah.
" Maaf, Kak! Aku..."
" Iya, gak apa-apa! Gue yang salah!" kata Briana, lalu dia masuk ke dalam rumah meninggalkan Daffa yang tertegun dengan apa yang dilakukannya barusan.
" Bre?" panggil Iris mengernyitkan dahinya saat melihat putri bungsunya dengan pakaian basah.
" Kak Zahirah! Bisa aku pinjam pakaian kakak?" tanya Briana.
" Tentu saja!" kata Zahirah lalu berdiri dan mendekati Briana.
" Ayo!" ajak Fatma kepada Briana. Kemudian mereka naik ke lantai atas rumah dan masuk ke dalam kamar Fatma.
" Wow! Kamar kaka bagus bangetttt!" kata Briana saat melihat keadaan kamar Fatma.
" Kakak kamu sangat memanjakan aku, Bre!" ucap Fatma.
" Kakak telah menjadi budak cintamu, kak!" sahut Briana dengan nada senang.
" Hahaha! Kamu bisa saja! Aku yang menjadi budaknya!" jawab Fatma.
" Kakak salah! Aku bisa liat dari matanya, betapa besar cintanya pada kakak! Dan hanya kakak yang bisa menundukkan dia!" kata Briana bangga pada kakak iparnya itu.
" Kamu ada-ada saja, Bre! Ayo, masuk!" ajak Fatma kepada Briana untuk masuk ke dalam walk in closetnya.
" Ini semua gamis, kak!" kata Briana sedih.
" Hmm! Apa adik iparku tidak ingin mencoba menutup auratnya?" tanya Fatma. Briana menatap mata indah kakak iparnya, lalu dia menganggukkan kepalanya.
Daffa menganga saat dia sedang duduk bersama para pria sambil melihat ke arah tangga.
" Daf!" panggil Arkan. Tapi Daffa tidak mendengar panggilan kakaknya.
" Apa, sih, yang dilihat?" ucap Arkan lalu melihat ke arah mata Daffa.
" Subhannallahu! Cantik sekali!" ucap Ummi melihat Briana memakai gamis milik Fatma. Dan semua orang yang ada disitu melihat ke arah tangga.
" Sayang!" panggil Iris. Briana menundukkan kepalanya karena malu, terlebih saat Daffa melihatnya dengan mulut menganga. Jantung Briana semakin berdetak kencang melihat tingkah Daffa.
" Awas netes tu iler kamu!" ucap Arkan sambil menyentuh dagu Daffa. Dengan cepat Daffa mengusap bibirnya yang ternyata tidak mengeluarkan air liur sama sekali. Astaghfirullah! Kena gue dikerjain bang Arkan! batin Daffa, lalu dilihatnya Briana tertawa kecil melihatnya kena prank.
" Ayo!" ajak Fatma mengajak Briana duduk diantara mereka. Brian manatap istrinya tajam, Fatma hanya tersenyum sambil memberi kode berkedip sekali. Brian merasa sebel sebenarnya, tapi dia tidak bisa melawan kemauan istrinya, apalagi seperti sekarang ini yang sedang berbadan dua.
" Kenapa Nak Briana nggak memakai hijab saja?" tanya Salma.
" Ins Yaa Allah Briana ingin mencoba, Tante!" jawab Briana malu-malu. Daffa yang mendengar ucapan Briana jadi berdebar, entah sejak kapan dia merasa sesuatu pada Briana. Astaghfirullah! Kenapa dengan jantung gue? Kenapa dia bisa berubah begitu? batin Daffa tidak berani melihat Briana. Brian yang memperhatikan tingkah kedua adik kandung dan iparnya memasang wajah sebel.
" Cih! Dasar gak gentle sekali!" umpat Brian dan dapat di dengar oleh Arkan dan Daffa. Daffa hanya menundukkan kepalanya. Mereka berbincang-bincang sebentar, lalu semua pamit pulang.
" Sayang! Aku nggak suka barangmu dipakai orang lain!" ucap Brian manja sambil tiduran di paha sang istri yang sedang duduk di sofa.
" Dia itu adikmu, Habib!" ucap Fatma sambil membelai rambut suami besarnya yang manja.
" Tapi aku gak suka!" ucap Brian cemberut.
" Iya! Aku janji nggak akan lagi! Biar Bre ambil bajunya!" ucap Fatma.
" Baby Zabran lagi apa? Kangen nggak sama abi?" ucap Brian sambil mencium perut Fatma.
" Baby Zabran tentu saja kangen sama abi dan ummi!" jawab Fatma. Brian tersenyum smirk, lalu berdiri dan mengangkat Fatma.
" Auwww!" teriak Fatma kaget.
" Ka...kamu mau a...apa?" tanya Fatma gugup.
" Ummi bilang Baby Zabran kangen sama abi! Jadi Abi berniat untuk mendatangi Baby Zabran!" jawab Brian nakal.
" Me...mengunjungi?" tanya Fatma membeo, jantungnya berdetak kencang membayangkan kejadian beberapa jam yang lalu.
" Iya!" jawab Brian senang.
" Hab...habib! Baby Zabran lagi bobok, nanti abi bisa membangunkannya!" Fatma masih berusaha mencegah keinginan suaminya.
" Masak sih? Coba Abi lihat dulu!" kata Brian meletakkan istrinya di atas ranjang dengan lembut. Brian membelai rambut panjang istrinya yang terurai indah, lalu dia mulai mengecup kening Fatma.
" Habib! Kamu mau apa?" tanya Fatma semakin gugup.
" Kita sudah menikah beberapa bulan, tapi kamu masih saja merona, sayang!" bisik Brian, yang melihat rona merah di wajah istrinya yang putih dan halus. Fatma menundukkan wajahnya karena membayangkan tubuhnya akan lemas akibat dari sentuhan lembut suaminya yang memiliki tubuh kekar walaupun itu sangat nikmat baginya. Astaghfirullah! Kenapa pikiranku jadi mesum begini? batin Fatma.
" Kenapa istriku menggelengkan kepalanya? Apa dia membayangkan tubuh kekar suaminya?" goda Brian pada Fatma sambil mencumbu wajah istrinya. Astaga! Kok, dia bisa tahu? batin Fatma.
" Ng...nggak! Aku hanya..."
" Kenapa kamu gugup?" goda Brian lagi tanpa melepas cumbuannya yang berpindah ke bagian telinga dan leher. Fatma merasakan tubuhnya bagai tersengat aliran listrik.
" Tidak bisakah kita melakukannya besok?" pinta Fatma. Astaghfirullah! Hamba telah berdosa, Ya Allah! batin Fatma.
" Apa kamu lupa kewajibanmu, Qolbi?" ucap Brian berbisik di telinga Fatma.
" Ti...tidak! Hanya saja, kita sudah melakukannya tadi!" kata Fatma membela diri.
" Tapi kamu juga sudah berjanji akan membiarkanku melakukan apa saja malam ini!" balas Brian. Fatma akhirnya pasrah, karena dia memang telah menjanjikan itu pada suaminya.
" Ayo, sayang! Aku sudah menahannya dari tadi!" bisik Brian. Fatma terkejut mendengar ucapan suaminya.
" Sejak kapan?" tanya Fatma kepo.
" Sejak kamu memasukkan makanan ke dalam mulutmu!" jawab Brian, tanpa menunggu lebih lama lagi, dia menyerang istrinya dan Fatma hanya bisa pasrah. Tapi dia membalas setiap senyuhan dan cumbuan dari suami tercintanya. Brian benar-benar tidak memberinya ampun, meski dia tahu Fatma sedang hamil. Tapi dia tahu jika dia harus melakukannya selembut mungkin agar tidak menyakiti calon anak dan istrinya. Mereka selesai setelah selama 2 jam, sebenarnya Brian masih menginginkan lagi, tapi dia tidak ingin terjadi sesuatu pada keduanya.
" Sayang!" panggil Brian.
" Hmm?" sahut Fatma sambil memejamkan matanya.
" Kamu lelah?" tanya Brian.
" Sedikit!" jawab Fatma tanpa membuka matanya.
" Kita ulangi lagi, ya!" goda Brian.
" Aku lelah, Habib! Sangat!" jawab Fatma spontan.
" Hahaha! Aku hanya bercanda, sayang! Tidurlah! Aku akan menjagamu!" ucap Brian lembut. Fatma menghadap ke arah suaminya dan tidur di dadanya dengan nyaman.
" Aku akan selalu menjaga kalian dengan nyawaku!" ucap Brian lalu mengecup kecil kening istrinya yang sudah mendengkur pelan akibat kelelahan. Tidak lama kemudian Brian pergi ke kamar mandi setelah merasakan Fatma telah nyenyak. Beberapa menit kemudian dia telah memakai celana panjang kain dan kaos singlet, dibaringkannya tubuhnya disamping Fatma dan dia tertidur beberapa saat kemudian.