" Kamu kenapa menangis?" tanya Brian memeluk istrinya.
" Kenapa kamu meninggalkan aku sendiri?" tanya Fatma dengan airmata yang membasahi kedua pipinya.
" Maaf, sayang! Aku harus menyelesaikan beberapa dokumen yang telah lama kuabaikan!" jawab Brian.
" Aku takut!" jawab Fatma.
" Kenapa?" tanya Brian kaget.
" Aku bermimpi ada yang membawa anak kita pergi!" kata Fatma.
" Apa? Siapa?" tanya Brian tidak suka.
" Entahlah! Dia memakai topeng!" jawab Fatma.
" Sudahlah! Itu hanya mimpi! Aku akan selalu menjaga kalian berdua, tidak akan ada yang berani membawa kalian!" tutur Brian menenenangkan istrinya.
" Janji?" tanya Fatma.
" Ins Yaa Allah!" jawab Brian.
" Aku lapar!" kata Fatma.
" Kita makan!" ajak Brian, kemudian membawanya ke ruang makan.
" Aku nggak mau makan nasi, Habib!" kata Fatma.
" Lalu makan apa?"tanya Brian.
" Aku mau makan batagor yang mangkal di Monas!" kata Fatma.
" Apa? Yang bener aja, sayang! Kita masih di pesawat!" kata Brian kaget.
" Kok, kamu teriak?" tanya Fatma, lalu dia meninggalkan Brian yang bengong melihat sikap istrinya. Fatma naik ke lantai dua dan masuk ke dalam kamar lalu menguncinya. Brian yang tersadar dari lamunannya, segera menyusul istrinya ke atas. Brian membuka pintu kamarnya, tapi tidak bisa. Tok! Tok! Tok!
" Sayang! Buka, dong! Aku nggak bermaksud teriak tadi! Aku hanya kaget aja!" rayu Brian.
" Kamu jahat! Aku hanya minta batagor aja, kamu marah-marah!" kata Fatma sambil terisak.
" Astaghfirullah, Qolbi! Aku nggak marah, sayang! Buka dulu, dong pintunya!" rayu Brian lagi. Tapi Fatma tidak mau membuka pintu itu, dia masih marah pada Brian.
" Istriku tidak sayang lagi pada suaminya! Kalau begitu aku pergi saja!" goda Brian. Saat langkah Brian baru saja akan dimulai, terdengar suara anak kunci diputar. Klik! Brian tersenyum, dia tahu jika Fatma tidak akan mau berjauhan darinya. Kemudian dia memutar tubuhnya untuk masuk ke dalam kamar. Dilihatnya istri kecilnya itu sedang tidur meringkuk di atas ranjang. Didekatinya Fatma lalu dipeluknya tubuh itu dari belakang.
" Apa ummi masih marah pada abi?" bisik Brian yang terdengar sangat merdu di telinga Fatma. Fatma menganggukkan kepalanya.
" Abi minta maaf! Abi akan menuruti semua keinginan ummi, asal ummi sudah tidak marah lagi!" kata Brian lembut. Fatma memutar tubuhnya dan menatap lembut wajah suaminya.
" Kenapa kamu terlihat sangat tampan?" puji Fatma.
" Bukankah aku memang sangat tampan dari lahir?" ucap Brian narsis.
" Jangan melihat ke wanita lain selain padaku!" kata Fatma merajuk sambil mengelus pipi suaminya.
" Tidak akan!" jawab Brian tersenyum.
" Jangan berdekatan dengan wanita lain selain aku!" pinta Fatma lagi.
" Istriku posesif sekali!" jawab Brian. Tiba-tiba airmata Fatma teah menggenangi mata indahnya.
" Astaghfirullah! Iya, aku nggak akan melakukan itu, ummi!" jawab Brian lalu mengecup puncak rambut Fatma. Kenapa dia begitu sensitif hari ini? batin Brian. Dipeluknya Fatma dengan erat, sementara wanita itu merasa sangat nyaman dan betah dalam pelukan hangat suaminya akibat aroma vanilla dari tubuh Brian yang terasa bagai bius baginya. Tidak lama kemudian Fatma kembali tertidur dengan pulas. Brian memicingkan matanya lalu melihat istrinya yang tidur dengan damai. Kamu semakin cantik saja, sayang! Dan tubuhmu semakin seksi! Argghhhh! Kenapa kamu harus bangkit disaat istriku sedang tidur, Boo! maki Brian pada miliknya. Perlahan Brian melepaskan pelukan istrinya, lalu dia masuk ke dalam kamar mandi dan menahan hasratnya dengan mengambil air wudhu dan membaca Qur'an di sofa. Setelah beberapa jam berselang, Fatma membuka matanya dan melihat suaminya sedang bekerja di depan laptopnya. Dia tersenyum bahagia karena terbangun dengan suami berada di dekatnya.
" Habib!" panggil Fatma. Brian menghentikan pekerjaannya dan segera menghampiri istrinya itu.
" Sayang! Kamu sudah bangun!" ucap Brian lalu mengecup kepala istrinya. Fatma memejamkan matanya lalu memeluk pinggang suaminya.
" Apa kamu tidak lapar?" tanya Brian pada Fatma yang sedang bermanja padanya.
" Aku tidak lapar!" jawab Fatma sambil memainkan bulu halus yang tumbuh di dagu suaminya.
" Qolbi! Jangan menggodaku!" kata Brian yang merasa hasratnya sedikit demi sedikit meronta.
" Apa maksudmu? Aku hanya membelai dagumu, Habib!" jawab Fatma manja. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan dipintu membatalkan niat Brian untuk mencumbu istrinya.
" Mengganggu saja!" gerutu Brian.
" Habib!" ucap Fatma sambil menggelengkan kepalanya.
" Hufttt!" Brian menghembuskan nafas dengan kasar.
" Siapa?" tanya Brian.
" Maaf, Bos! Pesawat sebentar lagi akan landing!" kata Danis.
" Baiklah!" jawab Brian.
" Kita harus keluar, sayang! Pesawat sebentar lagi akan landing!" kata Brian pada Fatma. Fatma kemudian turun dari ranjang dan memakai khimarnya, lalu mereka turun ke bawah untuk duduk di kursi.
" Assalamu'alaikum!" sapa Fatma diikuti Brian.
" Wa'alaikumsalam! Fatma!" panggil ummi.
" Ummi!" jawab Fatma, mereka saling berpelukan cukup lama.
" Fatma!" panggil Abi.
" Abi!" jawab Fatma memeluk abinya setelah mencium punggung tangan kanan Abi.
" Ehmmm!" Brian memberi tanda jika dia tidak suka Fatma berlama-lama memeluk abinya. Dengan cepat Fatma melepas pelukan abinya. Azzam kaget melihat sikap putrinya, tapi dia berpikir mungkin karena Fatma telah menikah jadi dia sedikit malu.
" Mama!" sapa Brian.
" Ian!" jawab Iris lalu memeluk tubuh putranya. Seluruh keluarga datang menjemput Brian dan Fatma, lalu mereka pergi ke rumah Brian dan Fatma yang baru. Ternyata Brian telah mempersiapkan pesta penyambutan kecil-kecilan untuk istrinya. Fatma menangis melihat semua ornamen yang dihias di ruangan tamu.
" Kok, Nangis?" ucap Brian.
" Kamu kenapa selalu membuatku senang?" ucap Fatma.
" Karena kamu adalah aku! Kesenangan dan kebahagiannmu adalah sama denganku!" jawab Brian. Fatma semakin menangis dan kemudian memeluk Brian dengan erat tanpa menghiraukan orang di sekitarnya.
" Sayang! Ada keluarga kita disini! Apa tidak apa-apa?" tanya Brian mengingatkan istrinya.
" Aku tidak perduli!" jawab Fatma manja. Brian sangat menyukai istrinya yang seperti ini, membuat dia semakin gemas dan ingin memakannya saat ini juga.
" Kita ke kamar?" bisik Brian.
" Untuk apa?" tanya Fatma heran.
" Aku ingin kamu memijit Boo-boo!" jawab Brian dengan wajah memerah karena menahan hasratnya. Fatma yang menatap wajah suaminya tersenyum karena dia bisa merasakan sesuatu dibawah sana telah menegang. Fatma menganggukkan kepalanya, karena itu merupakan satu kewajiban bagi seorang istri.
" Kami akan berganti pakaian dulu!" ucap Brian yang kemudian menggendong Fatma ala Bridal style tanpa menghiraukan tatapan mata melotot dan gelengan kepala dari keluarga mereka melihat tingkah mesra mereka. Sesampai di dalam kamar, Brian langsung mencumbu istrinya dengan lembut. Mereka melakukannya dengan cepat karena ada keluarga mereka diluar.
" Aku masih belum puas, sayang!" kata Brian manja dengan meletakkan kepalanya di dada istrinya yang basah oleh keringat.
" Astaghfirullah, bayi besar! Ada keluarga kita dibawah, jangan sampai mereka berpikir yang tidak-tidak!" jawab Fatma membelai rambut suaminya yang berantakan tapi tidak menghilangkan sedikitpun ketampanannya.
" Ayolah! Bangun dan bersihkan dirimu!" suruh Fatma.
" Aku masih mau seperti ini! Nyaman sekali disini!" rajuk Brian.
" Baiklah! Jangan salahkan aku jika aku tertidur!" ucap Fatma. Dengan cepat Brian segera mengangkat tubuhnya dari Fatma.
" Huh! Kau membuatku jauh dari anakku, sayang!" ucap Brian cemberut sambil pergi masuk ke kamar mandi, Fatma hanya tersenyum melihat tingkah suaminya.