Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 72 - Sebuah Pengakuan

Chapter 72 - Sebuah Pengakuan

" Fatimah Zahirah Fayyad Manaf!...Brian Daniel Manaf sangat mencintaimu dengan segenap jiwa dan raganya! Tidak ada satupun wanita di dunia ini yang bisa melebihi dirimu, sayang! Kau adalah satu paket lengkap yang Allah berikan padaku!" tutur Brian sambil menangkup wajah istrinya.

" Apa kamu akan selingkuh dengan wanita lain suatu saat?" tanya Fatma dengan mata basah.

" Astaghfirullah, sayang! Kenapa kamu bilang begitu? Mana mungkin aku selingkuh?" jawab Brian.

" Tapi kamu harus puasa selama satu bulan, Habib!" kata Fatma.

" Sayang! Biar puasa selama setahun, aku pasti akan melakukannya demi bayi kita!" kata Brian. Fatma tertawa mendengar jawaban suaminya.

" Gombal! Emang kuat?" tanya Fatma merasa lucu mendengar jawaban Brian.

" Nggak lah, sayang! Masa iya harus setahun! Kasihan dia nanti, bisa lupa dimana letak sarangnya!" tutur Brian.

" Habib, jorok, ih!" sahut Fatma sebel.

" Makanya, itu kepala jangan diisi dengan pikiran yang aneh-aneh! Dosa lho berburuk sangka pada suami!" kata Brian mencium kening istrinya.

" Iya, Habib! Maaf! Aku nggak akan mengulanginya lagi!" kata Fatma. Kemudian mereka berpelukan hingga keduanya tertidur.

" Son!" panggil Dina.

" Ya, Dokter?" jawab Soni saat mereka ada di ruang dokter setelah visite.

" Kamu bebas nanti malam?" tanya Dina.

" Sebentar!" kata Soni lalu melihat Ponselnya.

" Jam 7 saya ada operasi! Jam 10 saya off!" kata Soni.

" Kamu punya pacar?" tanya Dina. Soni mengerutkan dahinya, tidak biasanya dokter satu ini begitu intens padanya.

" Ada, Dok!" jawab Soni.

" Boleh tahu siapa?" tanya Dina lagi.

" Namanya Ola! Dia Dokter anak, Dokter kenal, kok!" kata Soni. Entah kenapa Soni merasa wajib menjawab pertanyaan Dina dan dia merasa tersihir mendengar suara lembut Dina. Dina yang semula duduk di seberang Soni, berpindah duduk di sebelahnya.

" Sudah lama pacaran?" tanya Dina. Jantung Soni berdetak kencang saat Dina duduk begitu dekat dengannya. Soni memang pernah menyukai Dina, tapi Soni yang usianya lebih muda 5 tahun langsung mundur saat tahu Dina adalah dokter spesialis dan dokter senior di RS itu. RS itu adalah RS milik Om Dina dan Dina disitu merupakan Dokter muda tapi dia sangat pandai karena diusianya yang masih 25 tahun dia sudah meraih gelar dokter spesialis. Soni bisa bekerja di RS itu karena rekomendasi dari papanya yang saat ini menjadi ahli penyakit jantung disitu.

" Belum! Baru sebulan!" kata Soni.

" Berapa kali pacaran?" tanya Dina.

" Belum pernah! Papa nggak ngijinin saya pacaran sebelum lulus dan bekerja!" jawab Soni. Hmm! Perjaka, nih! Boleh juga! batin Dina.

" Saya ada jadwal visite nanti jam 9! Mobil saya lagi di bengkel, bisa kamu antar saya pulang?" tanya Dina.

" Gimana ya, dok? Saya nanti harus mengantar Ola pulang!" jawab Soni. Sial! Dia mencintai kekasihnya! Jangan sebut gue Dina si penakluk kalo lo nggak tunduk dibawah kaki gue! batin Dina.

" Ya, sudah! Saya tidak memaksa! Saya pergi dulu, Son!" kata Dina dengan memasang wajah kecewa. Dan itu sukses membuat hati Soni merasa tidak enak karena menolak Dina.

Tepat jam 10 malam Soni selesai dan jam kerjanya, dia menghubungi Ola untuk mengantarnya pulang. Soni berjalan menuju ke parkiran di lantai basement gedung RS. Saat akan membuka pintu mobil, dia mendengar suara seorang wanita meminta tolong. Dengan cepat dia mencari dimana datangnya suara tersebut. Matanya terbelalak melihat Dina yang akan diperkosa oleh seorang pria yang memakai topeng. Dengan cepat Soni menendang pria tersebut dan menghajarnya.

" Soni!" panggil Dina saat Soni akan kembali menghajar pria tersebut. Soni menoleh ke arah Dina dan kesempatan itu digunakan pria itu untuk kabur. Soni bermaksud mengejarnya, tapi Dina mencegahnya.

" Son! Biarkan saja! Tolong aku!" kata Dina. Segera Soni mendekati Dina dan melihat ada sebuah luka di lengan atasnya.

" Kita masuk!" kata Soni.

" Tidak! Aku tidak mau mereka melihatku dalm keadaan seperti ini!" kata Dina. Soni melihat rok Dina sedikit sobek diujungnya dan juga kancing kemeja bagian atasnya telah lepas 2 biji.

" Anda yakin anda tidak apa-apa?" tanya Soni.

" Tidak! Saya hanya sedikit shock! Tolong carikan saya taksi saja!" kata Dina.

" Saya akan mengantar Dokter sampai ke rumah!" kata Soni.

" Tidak usah! Saya tidak apa-apa!" kata Dina lalu berdiri dan sedikit limbung.

" Sebaiknya saya mengantar Dokter!" kata Soni lalu memakaikan jasnya dan memapah Dina berjalan menuju ke mobilnya.

" Ini alamat apartement saya!" kata Dina memberikan kartu namanya pada Soni. Soni menerima dan membacanya. Hmmm! Sebuah apartement yang cukup mewah di bilangan Jakarta! batin Soni. Selama perjalanan Dina tertidur, Soni melirik pada dokter seniornya itu. Sial! Dia benar-benar sangat cantik! Dan kulitnya itu, sangat halus sekali! batin Soni. Soni telah memarkir mobilnya di lantai 5 dan membangunkan Dina.

" Dokter! Kita sudah sampai!" kata Soni menyentuh tangan Dina. Dina terbangun dan tersenyum, lalu dia meringis saat merasakan luka di lengannya.

" Apa sakit?" tanya Soni.

" Lumayan! Trima kasih, Son! Ini, jasmu!" kata Dina lalu melepaskan jas Soni.

" Jangan! Kemeja dokter rusak, pakailah!" kata Soni.

" Baiklah! Besok atau lusa akan aku kembalikan!" kata Dina lalu membuka pintu mobil Soni perlahan. Sial! Kenapa dia hanya diam saja tidak mengantarkanku? batin Dina. Dina menutup pintu mobil Soni dan berjalan pelan, tiba-tiba dia membuat tubuhnya limbung. Secepat kilat Soni yang melihatnya dari kaca spion keluar dari mobilnya dan mendekatinya.

" Sebaiknya saya mengantar dokter sampai ke dalam!" kata Soni. Dina menganggukkan kepalanya dengan senyum penuh misteri.

" Masuklah!" kata Dina yang membuka pintu apartementnya. Soni dengan ragu masih berdiri di depan pintu.

" Kalau kamu keberatan, tidak apa-apa! Saya memahaminya! Tapi bisakah kamu membantu saya mengobati luka ini? Saya tidak bisa melihatnya!" kata Dina dengan wajah dan suara memohon. Hati Soni kembali luruh mendengar suara lembut Dina. Tiba-tiba kakinya telah melangkah masuk ke dalam apartement Dina.

" Kemana Soni? Sudah jam 11 nggak datang-datang!" kata Ola yang menunggu Soni dengan gelisah di lobby RS.

" Dokter Ola? Kok, masih disini?" tanya seorang dokter.

" Iya, Dok! Saya lagi nunggu Dokter Soni!" jawab Ola.

" Lho! Dr. Soni sepertinya sudah pulang sejak jam 10 tadi!" kata dokter itu.

" Apa? Dokter yakin?" tanya Ola.

" Iya! Karena kita tadi sama-sama diruang operasi!" kata dokter itu lagi.

" Trima kasih, dok! Mungkin dia tidak membaca pesan saya! Karena saya baru memintanya menjemput!" kata Ola bohong.

" Apa bareng saya saja? Jam segini mana ada taksi!" kata dokter itu.

" Apa tidak merepotkan, dok?" tanya Ola.

" Tidak! Ayo!" ajak dokter itu. Kemudian mereka pergi bersama ke parkiran depan RS.

" Duduklah!" kata Dina pada Soni.

" Aku akan mengambil peralatan dan obatnya dulu!" kata Dina lagi. Dia menuju ke lemari es dan mengambil sebuah minuman kaleng dan memberikannya pada Soni.

" Minumlah!" kata Dina. Lalu dia masuk ke dalam kamarnya yang memiliki dinding kaca riben. Mata Soni mengikuti kemana Dina pergi. Soni menelan salivanya saat melihat Dina melepas kemejanya dan memperlihatkan tubuh bagian atas yang tertutup bra saja.