Chereads / Terang Dalam Gelapku / Chapter 71 - Kebahagiaan

Chapter 71 - Kebahagiaan

" Dr. Soni! Anda dipanggil Dr. Ridwan!" kata seorang suster.

" Saya permisi dulu, Dok!" pamit Soni pada Dina.

" Gue pergi dulu, bro! Kalo ada apa-apa sama istri lo, hubungi dia aja!" kata Soni. Brian hanya diam saja.

" Saya ingin melihat istri saya!" kata Brian.

" Saya ingin bicara sebentar dengan anda! Bisa kita ke ruangan saya?" ajak Dina sedikit berharap bisa berdua dengan Brian. Brian bergeming.

" Istri anda tidak apa-apa! Hanya pendarahan akibat iritasi karena gesekan saat berhubungan intim dengan frekuensi lama dan berkali-kali!" ucap Dina penuh penekanan saat Brian hanya diam saja. Entah kenapa saat berbicara seperti itu Dina merasa sesuatu pada tubuhnya terasa berdenyut. Sial! Hanya dengan membayangkan Brian sedang bersama istrinya saja, gue sudah berdenyut! batin Dina yang merasa saat ini terjadi sesutu pada miliknya.

" Apa ada yang lain?" tanya Brian datar.

" Saya harap dalam sebulan ke depan anda tidak menyentuh istri anda!" kata Dina. Tapi kamu bisa menyentuhku kapan saja jika kamu mau! Aku dengan sukarela akan toples dan pasrah di bawahmu! batin Dina semakin gila.

" Apa? Anda serius?" tanya Brian yang membayangkan tubuh indah dan seksi istrinya yang akan dianggurin selama sebulan dan miliknya pasti akan merana mencari-cari rumahnya. Hahahaha! Author ngeres, ihhh!

" Saya serius! Anda bisa berkonsultasi kapan saja tentang istri anda pada saya!" kata Dina menawarkan diri.

" Ok! Apa saya bisa melihatnya?" tanya Brian.

" Saya akan mengantar anda!" kata Dina lalu berjalan ke arah lorong menuju kamar Fatma. Brian mengekor pada Dina. Dada Dina bergemuruh saat berjalan bersama Brian. Sangat disayangkan, Brian adalah pria dingin, jadi Dina tidak bisa leluasa merayunya dengan kata-kata. Mereka memasuki kamar VVIP Anggrek, Dina membuka pintu lalu menunggu Brian melewatinya. Dia memang sengaja sengaja membukakan pintu agar pria itu melewatinya. Brian melewatinya tanpa melihat, aroma vanilla menguar dari tubuh Brian dan tercium oleh indra penciuman Dina. Sesaat Dina memejamkan matanya menikmati harum wangi Brian. Tubuhnya bergetar merasakan aroma tubuh Brian kembali membuat terjadi sesuatu pada miliknya. Brian melihat istrinya terbaring lemah diatas brankar.

" Qolbi!" panggil Brian dengan wajah penuh kerinduan dan penyesalan.

" Habib!" balas Fatma yang telah sadar dengan wajah tersenyum manis.

" Jangan seperti ini lagi!" kata Brian mencium bibir Fatma tanpa malu ada Dina yang mengepalkan tangannya karna cemburu melihat kemesraan mereka.

" Habib! Ada Dokter Dina!" bisik Fatma dengan pipi merona karna malu.

" Aku tidak perduli, sayang!" jawab Brian.

" Ehmm! Maaf mengganggu kebersamaan kalian! Saya hanya ingin mengatakan jika Nyonya Zahirah harus badrest dan tidak boleh melakukan hubungan intim selama sebulan penuh!" jelas Dina dengan kalimat penuh penekanan. Fatma yang melihat sikap Dokter Dina bisa membaca jika Dokter itu menyukai suaminya, karena mata Dina tidak pernah lepas dari suaminya, walau suaminya tidak pernah melihatnya. Hati Fatma perlahan memanas, dia merasa cemburu, karena Dina adalah seorang dokter spesialis, dia begitu cantik dan seksi.

" Kamu kenapa, sayang?" tanya Brian mengerutkan dahinya melihat perubahan mimik wajah pada istrinya. Fatma hanya diam dan melihat suaminya.

" Apa kamu tidak bahagia karena hamil anakku?" tanya Brian. Fatma tidak menjawab.

" Ato kamu sedih karena aku tidak boleh menyentuhmu selama sebulan?" goda Brian lirih.

" Habib! Apa'an, sih?" kata Fatma lirih.

" Apa? A...ku...ha...mil?" ucap Fatma tidak percaya dan memasang wajah bahagia, tapi tiba-tiba wajahnya berubah menjadi sedih, dia masih ingat dengan peristiwa beberapa bulan yang lalu saat di sekolah.

" Iya, sayang! Kamu hamil! Anak kita! Anak kita, buah cinta kita!" kata Brian dengan wajah bahagia.

" Apa...kamu...senang?" tanya Fatma lirih memandang wajah suaminya. Brian mengerutkan wajahnya heran mendengar pertanyaan istri tercintanya yang aneh menurutnya.

" Kenapa kamu menanyakan itu, sayang?...Tentu saja aku sangat bahagia mendengar kehamilanmu! Apa yang ada dikepalamu, sayang!" kata Brian sekali lagi mencium Fatma dan dengan lembut Fatma membalas ciuman suaminya, malah dia memainkannya. Brian yang kaget dengan aksi istrinya malah senang dan segera memimpin ciuman tersebut hingga keduanya kehabisan nafas. Fatma sengaja melakukan itu untuk memperjelas hubungannya dengan Brian pada Dina. Dina dengan hati memanas melihat ciuman panas Brian pada istrinya. Tubuhnya semakin memberikan reaksi panas.

" Maaf mengganggu kemesraan kalian! Saya harus memeriksa Nyonya Zahirah dulu!" kata Dina memaksa, padahal dia sudah memeriksa saat di IGD tadi.

" Apakah aku harus diperiksa lagi, Dokter?" tanya Fatma heran.

" Iya, Nyonya!" kata Dina lalu mendekati Fatma. Brian langsung berpindah ke sofa saat tahu Dina akan berdiri disampingnya. Wajah Dina menampakkan kekecewaan saat melihat Nrian menjauhinya. Lalu Dina mengeluarkan stetoskopnya dan memeriksa Fatma.

" Suami anda sangat tampan! Apa anda tidak takut dia akan tergoda wanita lain?" tanya Dina dengan berani.

" Dia sangat mencintaiku!" jawab Fatma menahan emosinya.

" Sepertinya dia memiliki nafsu birahi yang tinggi! Apa bisa dia menahan nafsunya dalam sebulan ke depan?" tanya Dina lagi.

" Ins Yaa Allah tidak! Aku percaya padanya!" kata Fatma sedikit ragu.

" Bagus kalau anda percaya! Tapi pria memiliki beribu cara untuk membohongi wanita! Dan wanita punya beribu cara untuk memikat pria!" tutur Dina. Dasar wanita nggak bener! bisanya naksir sama suami orang. Huffttt! Sebel!

" Trima kasih atas nasehatnya!" kata Fatma datar.

" Istri anda baik-baik saja! Jika ada apa-apa, anda bisa menghubungi saya kapan saja! Dr. Soni memiliki nomer saya!" kata Dina lalu pergi meninggalkan mereka berdua.

" Bagaimana perasaanmu, sayang?" tanya Brian sambil berjalan menuju Fatma.

" Aku ingin kamu peluk!" kata Fatma manja. Brian tersenyum mendengar permintaan istrinya.

" Dengan senang hati, sayang!" jawab Brian, kemudian dia naik ke atas ranjang dan memeluk istrinya dengan erat.

" Apakah sudah nyaman?" tanya Brian beberapa saat kemudian. Fatma menganggukkan kepalanya dan bersembunyi di dada bidang suaminya.

" Apa bisa kamu selalu tersenyum dan tertawa seperti itu?" pinta Fatma.

" Senyum dan tawaku ini sangat mahal dan limited edition, sayang! Hanya orang spesial dan berharga yang mendapatkannya!" jawab Brian.

" Seperti barang aja!" kata Fatma sebel.

" Sayang! Qolbi! Kamu adalah orang yang sangat berharga bagiku dan khusus diciptakan Allah untukku! Karena itu senyum dan tawaku ini khusus hanya untukmu saja!" tutur Brian.

" Gombal!" sahut Fatma.

" Kok, gombal? Harusnya trima kasih, dong!" kata Brian. Sejenak mereka terdiam menikmati kebersamaan itu. Tiba-tiba Brian merasa jika kemejanya basah, dilihatnya istrinya itu sedang menangis.

" Kenapa kau menangis, sayang?" tanya Brian.

" Dokter Dina sangat cantik dan seksi, kan?" tanya Fatma merajuk.

" Hmm! Iya!" jawab Brian menggoda istrinya.

" Kamu suka sama dia?" tanya Fatma dengan wajah sendu.

" Pria mana yang tidak suka dengan wanita cantik, seksi lagi!" kata Brian yang menahan tawanya melihat wajah menggemaskan istrinya yang sedang cemberut.

" Berati kamu suka sama dia!" kata Fatma sedikit tinggi.

" Apa perlu aku jawab?" tanya Brian sebel.

" Iya!" sahut Fatma cepat,