" Alhamdulillah! Trima kasih telah mempercayaiku! Aku semakin mencintaimu, Qolbi! Jangan pernah meninggalkan aku! Kau tidak akan pernah tahu apa yang bisa aku lakukan!" kata Brian dingin dan membalas pelukan istrinya, Fatma bergidik mendengar ucapan suaminya yang membuat bulu kuduknya berdiri. Tidak lama kemudian Brian telah melakukan aksinya.
" Hab..bib! Kamu nggak ...kerja?" tanya Fatma terbata akibat ulah Brian yang akan melakukan aksinya lagi.
" Nggak!" jawab Brian singkat tanpa melihat istrinya.
" Apa...boleh?" tanya Fatma menggigit bibirnya.
" Aku Bosnya! Sudah diamlah, sayang! Biarkan aku melambungkanmu ke atas langit!" bisik Brian dengan sangat lembut, membuat Fatma selalu meremang. Fatma langsung terdiam dan menikmati lagi aksi suaminya yang berhenti hanya untuk istirahat dan sarapan.
Fatma merasa tubuhnya lemah tak bertulang saat terbangun dari tidurnya. Brian menyerangnya membabi buta dari semalam. Tidak ada dari bagian tubuhnya yang terlewat oleh serangan Brian. Dilihatnya prianya itu tertidur dengan pulasnya disamping Fatma. Fatma mendekati suaminya dan mengecup keningnya, dia sangat senang melihat wajah suaminya yang sedang tertidur. Kamu terlihat sangat tampan, Habib! Aku mencintaimu karna Allah! batin Fatma. Fatma rasanya ingin mandi karena tubuhnya terasa sangat lengket. Astaghfirullah! Kenapa rasanya sakit sekali? batin Fatma. Fatma mencoba menegakkan duduknya dengan susah payah. perut bagian bawahnya sedikit nyeri. Darah? batin Fatma. Kenapa ada darah di pahaku? Tidak mungkin ini darah itu, karena ini bukan yang pertama kali untukku! Akhhh! Astaghfirullah! Kenapa sakit sekali? batin Fatma sambil memegangi perut bagian bawahnya.
" Hab...bibbbb! Aakk...kkhhhh!" teriak Fatma menangis. Brian yang mendengar teriakan istrinya terbangun, dia kaget melihat istrinya menangis.
" Ada apa, sayang?" tanya Brian menangkup wajah istrinya yang telah basah oleh airmata.
" Perut...ku...sa...ki...ttttt!" ucap Fatma tersedu. Brian melihat ke arah perut Fatma, betapa kagetnya dia saat melihat ada darah dari paha istrinya.
" Astaghfirullah, sayang! Darah apa itu? Kita harus ke RS!" kata Brian, lalu dia memakai pakaiannya dan akan mengangkat Fatma.
" Tidak! Kita belum bersuci! Aku tidak mau menanggung dosa banyak orang!" kata Fatma sambil sesekali menggigit bibir bagian bawahnya.
" Apakah begitu?" tanya Brian.
" Iya, Habib!" jawab Fatma. Brian meraih ponselnya untuk menghubungi seseorang.
" Soni! Pergi ke apartementku sekarang! Istri gue mengeluarkan darah!"
" Apa? Apa dia jatuh?"
" Nggak usah banyak tanya! Bawa perawat wanita!"
Brian mematikan panggilannya dan melihat kearah Fatma yang kesakitan. Dilemparnya ponsel yang baru saja dibelinya begitu saja ke atas ranjang.
" Sayang! Apa rasanya sakit sekali?" tanya Brian khawatir.Fatma menganggukkan kepalanya.
" Bawa aku mandi junub!" kata Fatma. Brian mengangkat tubuh istrinya, lalu mereka mandi junub berdua. Suara bel apartement Brian berbunyi, Brian meraih sebuah tab kecil dan menekan sebuah icon bergambar pintu. Dengan otomatis, pintu apartement Brian terbuda kuncinya.
" Masuklah!" kata Brian sambil menekan icon mikrofon. Brian yang telah memakaikan longdress pada istrinya dan membaringkannya di atas ranjang masih tampak khawatir pada Fatma.
" Bro!" sapa Soni. Brian menganggukkan kepalanya.
" Dok!" sapa Fatma meskipun wajahnya memperlihatkan jika dia sedang menahan sakit.
" Ri! Periksa dia! Cepat!" kata Soni yang melihat wajah pucat Fatma, lalu dia keluar dari kamar Brian.
" Apa yang terjadi?" tanya Soni saat asistennya keluar dari kamar.
" Kita harus membawanya ke RS, dok!" kata Riri.
" Kenapa?" tanya Soni.
" Nyonya Zahirah sedang hamil!" kata Riri.
" Apa? Akmu yakin?" tanya Soni terkejut.
" Iya, Dok! Sebaiknya secepatnya, karena di bisa amval!" kata Riri lagi. Dengan cepat Soni masuk ke dalam kamar Brian.
" Angkat istrimu dan bawa ke RS! Cepat!" kata Soni dengan tegas.
" Apa? Kenapa?" tanya Brian melihat Soni.
" Cepat!" teriak Soni. Brian segera membopong Fatma dan dengan cepat membawanya ke mobil.
" Kita mau kemana?" tanya
" Sayang!" panggil Brian, tapi Fatma tidak merespon.
" Qolbi!" panggil Brian lagi. Maish tidak ada respon dari Fatma.
" Son! Istri gue pingsan, Son! Son! Cepet tolong istri gue!" kata Brian panik. Brian menggoyang-goyang pipi dan pundak Fatma. Tidak lama kemudian mereka telah sampai di IGD RS.
" Cepat, Son!" kata Brian. Soni berlari keluar dari mobil lalu menarik brankar yang tersedia diluar IGD. Brian mengangkat dan membaringkan tubuh Fatma. Dengan cepat 2 orang perawat pria yang telah siap segera mendorong brankar dan memasukkan ke ruang IGD. Brian dilarang masuk ke dalam saat dia berusaha masuk.
" Maaf, Pak! Silahakn menunggu!" kata perawat itu.
" Aku harus tahu apa yang kalian lakukan padanya!" kata Brian marah mencengkeram kerah perawat itu.
" Bro! Tenang saja! Mereka sudah ahlinya!" kata Soni menenangkan Brian.
" Jangan ada pria yang menyentuh istriku! Atau kalian akan merasakan akibatnya!" kata Brian menatap tajam perawat itu.
" I...iya, Pak! Kami akan memberikan istri bapak seorang dokter wanita!" kata perawat itu ketakutan.
" Lepaskan dia, bro! Gue akan memberitahu mereka! Lo tenang dulu disini!" kata Soni lalu masuk ke dalam bersama perawat yang dilepas oleh Brian. Brian terduduk di kursi tunggu, dia sangat takut terjadi sesuatu pada Fatma. Jangan berani mengambil dia dariku! Atau aku akan menghancurkan semuanya! batin Brian marah. Brian sangat frustasi melihat Fatma yang pingsan, wajahnya terlihat penuh beban dan kekhawatiran. Beberapa lama kemudian Soni keluar bersama seorang wanita.
" Bagaimana, Son?" tanya Brian.
" Ini Dr. Dina, yang menangani istri lo!" kata Soni. Dina mengulurkan tangannya sambil memperkenalkan dirinya.
" Saya Dina, sokter kandungan Nyonya Zahirah!" kata Dina dengan senyuman yang menawan. Tapi Brian tidak menghiraukan Dina sama sekali, dia hanya fokus melihat Soni.
" Son!" panggil Brian datar.
" Maaf, kalau boleh saya tahu apa anda dan istri baru-baru ini melakukan hubungan intim hingga berkali-kali?" tanya Dina vulgar. Brian menatap wanita di depannya itu. Astaga, tatapannya itu membuat jantung gue rasanya berdetak kencang gini! batin Dina. Dina seorang dokter spesialis kandungan, dia sangat cantik dan lembut. Dia seorang wanita yang belum menikah karena dia tidak percaya dengan pernikahan. Dia menganggap semua pria itu brengsek, hanya menginginkan tubuhnya saja. Memang bisa dikatakan tubuh Dina sangat seksi, bahkan Soni saja sangat tergila-gila padanya.
" Aku tidak harus menjawabnya!" jawab Brian dingin.
" Lo harus menjawab, bro! Ini demi istri lo!" kata Soni sebel dengan kesombongan sepupunya itu. Brian menghembuskan nafasnya dengan keras.
" Iya!" jawab Brian.
" Boleh saya tahu berapa lama?" tanya Dina, sebenarnya ini bukan pertanyaan seorang dokter, karena dia merasa jatuh cinta pada pandangan pertama pada Brian.
" Sejak semalam!" jawab Brian lagi.
" Apa? Gila lo? Makanya dia pendarahan! Apa lo mau istri lo mati lemas? Dia sedang hamil, bodoh!" cerca Soni.
" Apa? Ha...mil?" tanya Brian membeo.
" Iya!" teriak Soni kesal.
" Lo nggak bohong'kan? Istri gue hamil? Qolbi, hamil?" ucap Brian berulang-ulang. Brian meluruh, dia melakukan sujud syukur di depan Soni dan Dina. Alhamdulillah! Trima kasih, Ya Allah atas semua yang telah Kau berikan padaku dan istriku! batin Brian. Dina semakin mengagumi pria dihadapannya itu, sebesar itukan cinta seorang pengusaha kaya raya dan tampan pada istrinya yang menutup tubuhnya? batin Dina. Alangkah bahagianya dia jika bisa memiliki Brian, walau hanya sebagai simpanannya. Hmmm...pelakorkah? Tanda-tandanya sepertinya iya.