Flashback On
Tubuh Carisa bergetar mendapat sentuhan dan cumbuan demi cumbuan dari Danis. Hatinya berkata tidak tapi sebaliknya, tubuhnya sangat merespon dengan baik. Carisa membenci dirinya yang dengan mudahnya terlena oleh sentuhan Danis. Ingin rasanya dia membunuh pria yang sedang melampiaskan hasrat dihadapannya itu, tapi entah mengapa dirinya seakan sangat menikmati dan merasa nyaman berada di pelukan pria itu.
" Danis, ahhh!" desah Carisa saat Danis telah membuatnya mendapatkan pelepasan. Danis memang tidak memberikan Carisa kesempatan untuk menolaknya, dia ingin memberitahu dan menunjukkan pada Carisa akan kedominannya. Danis sengaja memberikan pelajaran pada gadis itu agar sadar siapa Danis baginya. Carisa mendesah, mengerang dan mendesis, dengan tanpa rasa malu menyebutkan nama Danis berkali-kali.
" Bajingan...lo...Da...nissss...ssshhhhh!"
" Breng...sek...lo....Dannnn...ahhhhh!"
" Da...nisssss....akhhhhh!"
Dengan sekali hentak, tubuh Carisa menegang akibat milik Danis yang menerobos ke bagian sensitivenya. Tanpa memberikan Carisa kesempatan, Danis memacu tubuh Carisa didepan pintu dalam keadaan berdiri. Sebelah kaki Carisa yang berada dilengan Danis membuat pria itu dengan leluasa menghujamkan miliknya dengan sempurna. Jeritan kenikmatan Carisa terdengar berulang kali. Danis masih bermain lembut, karena dia tidak mau menyakiti bakal anaknya yang tumbuh di rahim Carisa.
" I love you, Carisa!" kata Danis berkali-kali setiap Carisa mendapatkan pelepasan.
" Gue...ben...ci lo...Dan...nissss! Ahhhhh!" teriak Carisa.
" Ahhhhhh!" teriak Danis saat cairan miliknya menyiram rahim Carisa.
" Trima kasih sudah mengandung anakku, sayang!" bisik Danis yang menahan Carisa yang telah lemas dalam pelukannya. Carisa tidak mampu membalas ucapan Danis, karena dia merasa tubuhnya remuk akibat keganasan Danis. Danis mengangkat tubuh Carisa ke atas sofa dan membenarkan pakaian gadis itu.
" Tidurlah, sayang! Aku sangat mencintai kalian berdua! Aku akan membahagiakan kalian!" bisik Danis dan mendapat jawaban senyuman dari Carisa.
Flashback Off
" Brengsek lo, Dan! Ini anak Brian, bukan anak lo!" kata Carisa saat dia telah bangun dari tidurnya.
" Kamu bisa tes DNA, sayang!" kata Danis santai.
" Gue akan tuntut lo dengan pasal pemerkosaan jika memang benar ini anak lo!" kata Carisa.
" Aku rela kamu melakukan apapun padaku! Asal jaga anak itu dengan baik, sayangi dan cintai dia, sayang!" jawab Danis dengan penuh ketegasan.
" Hahaha! Apa secinta itu lo ke dia?" tanya Carisa dengan wajah melehkan.
" Tentu saja! Dia anak kita! Tentu saja aku mencintai kalian berdua!" kata Danis.
" Gue akan menggugurkan bayi ini jika lo memang terbukti ayahnya!" ancam Carisa.
" Risa! Jaga mulut kamu! Jangan berani-berani kamu melakukan hal itu! Atau kamu akan tahu akibatnya!" kata Danis dengan mata memerah. Carisa bergidik, dia terkejut melihat kemarahan Danis. Dia tidak pernah melihat asisten Brian itu marah seperti itu.
" Jika sampai terjadi sesuatu pada anakku, aku tidak akan segan-segan membuat hidupmu dan keluargamu hancur!" ancam Danis.
" Hah! Hancur! Memang siapa lo?" sindir Carisa.
" Kamu belum tahu siapa aku! Jadi jangan sampai kamu melihat sisiku yang itu!" kata Danis tegas.
" Lo ingin anak ini'kan? Gue ada syaratnya!" kata Carisa dengan senyum liciknya.
" Apa kamu sudah gila? Kamu adalah ibunya, Risa! Kenapa kamu harus memberikan syarat pada anakmu sendiri?" kata Danis sedih.
" Karena gue nggak mau anak ini jika bukan anak Brian!" kata Carisa yang membuat Danis sedih dan sakit hati.
" Baik! Asal kamu mau melahirkan anak ini!" kata Danis.
" Pisahkan Brian dengan istrinya!" kata Carisa.
" Apa? Apa kamu sudah gila? Dia sangat mencintai istrinya! Dia tidak akan melakukan itu!" kata Danis marah.
" Lakukan atau aku akan menggugurkannya!" ancam Carisa.
" Tidak! Aku tidak akan melakukannya!" kata Danis.
" Ok! Ucapkan selamat Tinggal dengan bayimu!" kata Carisa, lalu Carisa meraih tasnya dan berjalan menuju pintu. Sial! Dia benar-benar keras kepala! batin Carisa saat melihat Danis diam saja.
" Tunggu!" teriak Danis. Carisa tersenyum smirk, gue tahu lo nggak akan tega, Danis bodoh! batin Carisa.
" Aku akan memisahkan mereka! Tapi setelah kamu melahirkan!" kata Danis.
" Tidak! Lo akan mengingkarinya!" kata Carisa.
" Apa ruginya buat kamu? Lagipula dia tidak akan mau bersama wanita yang sedang mengandung anak orang lain!" kata Danis tegas.
" Lo..."
" Apa kamu akan berkencan dalam keadaan perut membesar?" tanya Danis. Bener juga kata pria bodoh ini! batin Carisa.
" Ok! Setelah gue lahiran, lo harus membuat dia bersama gue!" kata Carisa.
" Ok! Tapi selama itu, aku nggak mau kamu mendekati dia! Dan kamu harus tinggal bersamaku!" kata Danis, gadis bodoh! Aku akan membuatmu jatuh cinta padaku! batin Danis.
" Apa? Tidak! Gue nggak mau!" kata Carisa.
" Pergilah!" kata Danis.
" Gue akan gugurin bayi ini!" kata Carisa.
" Terserah!" kata Danis cuek.
" Kalo gue tinggal sama lo apa kata orang tua gue?" tanya Carisa bingung.
" Itu urusan kamu!" kata Danis.
" Brengsek lo, Danis!" kata Carisa marah.
" Kamu bisa bilang ada pertukaran mahasiswi!" kata Danis.
" Lo pikir orang tua gue akan percaya?" tanya Carisa.
" Gue akan pergi ke Singapore untuk mengurus perusahaan Bos Brian! Dan itu cukup lama!" kata Danis. Dia tahu kalo Carisa nggak akan menolak tawarannya, karena dia sangat mencintai Brian. Carisa ragu akan melangkah keluar, dia tidak mau kehilangan kesempatan bersama dengan Brian.
" Ok, gue setuju!" kata Carisa.
" Ini kunci rumahku! Ambil batang-barangmu, aku sudah mengirim alamatnya ke ponselmu!" kata Danis.
" Darimana lo tau nope gue?" tanya Carisa heran.
" Kamu akan sering mendapatkan kejutan kedepannya, sayang!" jawab Danis mengeringkan matanya.
" Jangan lakukan itu, lo seperti gigolo aja! Dan jangan panggil gue sayang!" kata Carisa kesal. Danis hanya tersenyum lalu melihat carisa keluar dari ruangannya.
" Ingat! Jauhi dia ato kamu tidak akan bisa bersamanya!" kata Danis, Carisa menjulurkan lidahnya pada Danis kemudian pergi dengan wajah kesal. Danis menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya. Gue harus bisa membuat dia jatuh cinta sama gue! Gue harus minta Bos berikan gue proyek itu! batin Danis. Kebetulan Brian ada proyek baru di Singapore yang membutuhkan waktu setengah tahun untuk menyelesaikannya. Danis meninggalkan ruangannya dan pergi ke ruangan Brian.
" Permisi, Bos!" kata Danis. Brian hanya terdiam, dilihatnya wajah murung Bosnya. Tidak lama kemudian pintu kamar terbuka dan keluarlah Nyonya Bos.
" Aku mau pulang!" kata Fatma.
" Danis!" kata Brian.
" Siap, Bos!" jawab Danis lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Fatma berjalan menuju pintu diikuti suaminya dengan wajah murung. Didalam lift Fatma masih mengacuhkan suaminya dan Brian tidak berani untuk membuka mulutnya walau hanya sekedar menegur. Sesampai di lobby banyak pegawai yang menyapa, Fatma memberikan senyuman pada mereka semua, tak terkecuali para pegawai pria. Kamu harus diberikan sedikit pelajaran! batin Fatma. Seperti yang telah dipikirkan Fatma, Brian meradang melihat para pegawai prianya memberikan senyuman pada istrinya. Brian menatap tajam mereka satu-persatu, hatinya penuh dengan kecemburuan. Senyum Fatma hanya untuk dirinya, tidak ada yang boleh tersenyum padanya selain dirinya.
" Qolbi, kamu..." belum selesai Brian bicara, Fatma menolehkan kepalanya sedikit ke kiri,sambil melirik sebagai tanda dia tidak mau menerima protes dari Brian. Seketika Presdir yang terkenal dingin dan angkuh itu terdiam tanpa berani membuka mulutnya.
Flashback Off