POV Pawla
Sudah 6 hari aku berada di rumah, masih dengan suasana liburan sekolah. Hari-hari tak terasa berlalu begitu saja, banyak waktu luang yang ku habiskan hanya berada di kamar.
Sampai berkali-kali ibu menyuruhku untuk keluar rumah untuk sekedar jalan-jalan keliling komplek. Tapi aku tetap saja lebih memilih berada dikamar.
Hingga akhirnya ibu mengajakku ke acara arisan keluarga. Hari ini ibu sudah 5x mengingatkan aku tentang acara tersebut.
Kata ibu aku harus bersikap manis didepan keluarga, tidak boleh cemberut ataupun cuek.
Aku sedang sibuk memilih pakaian, tiba-tiba ibu masuk ke kamarku.
Ibu "Dek, kamu udah siap?"
Aku "Belum Bu, aku masih milih baju"
Ibu "Oalah... Ini pake baju gamis ini aja"
Aku "Hah? kayak mau pengajian aja Bu"
Ibu "Iyaa gapapa, kamu kan cewek harusnya pake gamis terus"
Aku "Hmmm... iya deh, aku pake ini"
Ibu "Tumben gak nolak"
Aku "Teruss aku harus nolak nih?"
Ibu "Ehh engga gitu maksud ibu...tumben aja kamu mau, gak pake komentar lagi"
Aku "Hmm yaa aku nurut aja apa kata ibu"
Ibu "Nah gitu dong, ya udah cepet ganti baju"
Aku "Iya Bu...."
Pakaianku yang dipilih ibu adalah setelan gamis yang jarang aku pakai. Warnanya merah muda dengan hiasan bunga. Pakaian tersebut membuatku nampak sedikit anggun. Sangat berbanding terbalik dengan yang biasa aku gunakan, yaitu pakaian casual jeans dan kaos.
Setelah mengganti pakaian dan memakai kerudung yang senada. Aku menghampiri ibu diruang tamu.
Ibu melihatku dengan senyuman khasnya. Sambil memujiku sebagai gadis anggun dan feminim.
Ibu "Nah begitu kan cantik"
Aku "Emang selama ini aku gak cantik ya Bu"
Ibu "Selalu cantik kok anak ibu"
Aku "Masaa....???"
Ibu "Iyaa perempuan itu keliatan nambah cantik kalo pake gamis atau rok gitu"
Aku "Ah ibu bisa aja, nanti kalo aku terbang gimana?"
Ibu "Hahaha nyangkut ke atas genteng"
Aku "Gapapa, sekalian benerin genteng bocor"
Ibu "Eehh emang genteng rumah kita bocor?"
Aku "Engga tau"
Ibu "Udah yuk berangkat, mas udah nunggu di depan"
Aku "Hmm ayah gak ikut?"
Ibu "Ikut, tapi ayah masih ada urusan diluar. nanti dia nyusul ke tempat"
Aku "Oh gitu..."
Sesampainya di tempat acara arisan keluarga, aku, Mas Tio dan ibu bergabung dengan keluarga lainnya.
Aku pun bertemu dengan beberapa sepupuku dan berbincang-bincang dengan mereka.
Dalam perbincangan tersebut, banyak yang iseng bertanya padaku tentang sosok seorang pacar. Rata-rata sepupuku dengan percaya dirinya menunjukan foto dengan pacarnya. Sedangkan aku hanya terdiam, tak ada yang perlu ku jawab.
Sampai akhirnya tak terasa waktu berlalu dan malam tiba. Aku sekeluarga izin berpamitan pulang dengan keluarga lainnya.
Sesampainya di rumah, aku bergegas untuk mandi. Lalu mengisi baterai ponselku yang habis saat diperjalanan pulang ponselku sudah nonaktif.
Saat ponselku sudah aktif, ternyata sudah banyak notifikasi masuk dari grup sosialisasi.
Siska "Assalamualaikum... besok gue berangkat jam 8 pagi, barang-barang udah gue packing rapih. Alhamdulillah tadi Bila bantuin gue dan malam ini kita harus tidur nyenyak biar besok semangat"
Bila "Yok semangat yok..."
Rindy "♥️♥️♥️♥️ Thank you kalian udah kerja keras"
Rizky "Terima kasih Siska dan Bila, juga semua teman-teman. Saat-saat yang ditunggu akhirnya besok tiba, kita harus semangat"
Sultan "Gue ikut"
Rizky "Harus dong, gimana yang lain?"
Sultan "Lagi gak aktif kayaknya"
Setelah melihat pembicaraan mereka di grup chat, aku merasa telat membaca chat tersebut.
Aku "Maaf gue baru baca chat, semangat semuanya. Sampe ketemu besok !! "
Siska "Abis ngapain lu baru buka chat?"
Aku "Sibuk"
Siska "Hidih sok sibuk, ngapain coba?"
Aku "Kepo sekali anak ini"
Siska "Cerita Ama gue buru !!"
Aku "Move lah, masa cerita disini"
Rindy "Ikutttt ..."
Bila "Apanih rame-rame"
Siska "Gue dulu, gak mau tau !!"
Aku "Ribut mulu heran"
Rizky "Punten... yang aus yang auss"
Rindy "Ngakak, Rizky ngelawak "
Siska "Kenapa Lo ki?"
Rizky "Maaf, salah server"
Aku "Sssstttt... bisa diem gak?"
Rizky "🙏😌"
Siska "Kaku bet, santay Ki"
Aku "Kayak dipantai"
Rindy "Uhukkk batuk"
Siska "Uhuk batuk (2)"
Bila "Uhuk batuk (3)"
Aku "Pada kenapa si?"
Rizky "Minum obat batuk mah"
Siska "Left chat"
Rindy "Left chat (2)"
Bila "Left chat (3)"
Aku "Mon maaf temen gue pada oleng"
Rizky "Oh okeyyy"
Semakin lama balasan chat di grup makin eror.
Akhirnya Siska menelponku karena rasa penasarannya tentang kesibukanku.
Siska "Hallo ?"
Aku "Apaa?"
Siska "Lu darimana?"
Aku "Gue abis ikut arisan keluarga"
Siska "Hah? tumben"
Aku "Lah kenapa tumben"
Siska "Iya biasanya lu nolak Dateng"
Aku "Ya tadinya sih gitu, tapi kata nyokap gue harus ikut"
Siska "Kenapa?"
Aku "Karena gue kelamaan di asrama"
Siska "Oalah... gue kira lu sibuk apaan"
Aku "Gue gak kemana-mana selama liburan"
Siska "Yah emang lu mah anak rumahan, gue mana betah dirumah terus"
Aku "Terus lu kemana?"
Siska "Gue ke Mall, ke rumah temen SMP gue, nonton bioskop, dan lain-lain"
Aku "Ouhhhh... bagus deh"
Siska "Lu gak kangen sama Rizky?"
Aku "Yee apaan si lu nanya kek gitu"
Siska "Nanya doang"
Aku "Dahlah... gak penting"
Siska "Sapa tau kangen, kan besok mau ketemu sabar aja"
Aku "Hmmmm...."
Siska "Eh tapi gue masih heran dah, kenapa Rizky waktu pulang bawa tas banyak sih?"
Aku "Ya kenapa lu gak tanya langsung ke dia?"
Siska "Hmm Okey besok gue mau tanya"
Aku "Bagus"
Siska "Yaa biar lu tau juga kan"
Aku "Hmmm"
Siska "Ya udah istirahat yok, besok kita berangkat"
Aku "Udahan?"
Siska "Iya udahan, besok lanjut lagi"
Aku "Hoaaaammm"
Siska "Iya gue tau lu ngantuk, makanya udahan..."
Aku "Dahhhhhh"
Siska "Bobo nyenyak "
Setelah menutup telepon dari Siska, aku kembali mengisi baterai ponselku. Dan mataku mulai merasakan ngantuk, akhirnya aku tertidur dengan lelap.
Keesokan harinya, aku bangun tidur dan bersiap-siap untuk pergi ke panti asuhan untuk menjalankan sebuah misi yang telah direncanakan bersama teman-temanku.
Aku meminta tolong kepada mas Tio untuk menemaniku pergi ke sana. Karena mas Tio adalah kakak terbaikku, akhirnya dia bersedia menemani aku. Sekaligus dia akan membantu aku dan teman-teman jika ada kesulitan.
Diperjalanan menuju panti asuhan, aku menghubungi siska dan yang lainnya lewat chat grup.
Aku "Gaes... gue udah jalan nih, kalian gimana?"
Siska "Gue udah setengah perjalanan, karna gue sama Bila dari subuh udah rapih hehe"
Aku "Kira-kira siapa duluan yang sampe?"
Rindy "Maaf gue telat, ini gue masih nunggu taksi"
Rizky "Gaes.. temen kita si Edgar barusan ngabarin katanya gak bisa dateng, ada keluarga nya yang berduka "
Sultan "Gue udah jalan nih"
Aku "Innalilahi..."
Siska "Innalilahi..."
Bila "Innalilahi .."
Rindy "Innalilahi..."
Rizky "nanti kita do'ain bareng-bareng disana"
Sultan "Innalilahi..."
Siska "Iya semoga keluarga Edgar diberi ketabahan"
Aku "Aamin..."
Rizky "Aaminn..."
Setelah menempuh perjalanan selama 1 jam, akhirnya aku sampai di depan gedung pantai asuhan. Siska dan yang lainnya sudah sampai lebih dahulu, sedangkan Rindy masih diperjalanan.
Aku "Assalamu'alaikum..."
Sesampainya aku diteras depan panti asuhan disambut pelukan Siska.
Siska "Pawla.... gue kangen"
Aku "Heh... malu dong didepan yang lain, ada bapak-bapak juga tuh"
Siska "Emang kenapa sih?"
Lalu aku segera melepaskan pelukan Siska, dan bersalaman dengan yang lainnya. Disitu ada bapak pengurus panti serta istrinya.
Rizky yang sedari tadi menatap ke arahku hanya tersenyum, namun aku tak bersalaman dengannya karena aku tahu kalau dia tak pernah mau bersalaman dengan wanita.
Kami hanya tinggal menunggu Rindy datang, sambil menunggu pengurus panti menyediakan kami beberapa gelas teh hangat dengan cemilan. Dan mengobrol santai mengenai kegiatan panti asuhan.
Mas Tio yang aku ajak masuk, ternyata dia lebih aktif mengobrol dengan bapak pengurus panti. Mungkin karena mereka sama-sama orang dewasa lebih cepat akrab.
Beberapa saat kemudian Rindy datang dan kami sambut dengan hangat.
Setelah Rindy datang, kami memulai kegiatan penyaluran bantuan kepada pihak panti asuhan. Sebelumnya Rizky sebagai ketua menyampaikan sepatah dua patah kata.
Pak Rudi sebagai pengurus panti sangat bersyukur karena masih ada anak muda seperti kami yang perduli dengan kehidupan panti asuhan. Dan dengan adanya sumbangan yang kami berikan dapat bermanfaat untuk anak-anak panti asuhan.
Setelah pendistribusian sumbangan, kami juga menawarkan diri untuk membantu kegiatan panti. Lalu pak Rudi memberikan kami sedikit pekerjaan, yaitu menyediakan makan siang untuk anak-anak panti asuhan.
Kebetulan jam makan siang akan segera tiba, kami anak-anak perempuan diajak istrinya pak Rudi yaitu Bu Retno pergi ke dapur.
Biasanya bu Retno memasak ditemani rekannya, namun kebetulan sekali rekannya izin tidak bisa hadir.
Kami sukarela membantu Bu Retno didapur, walaupun sebagian dari kami tidak terbiasa masak. Setidaknya kami membantu memotong sayuran atau menyiapkan bahan makanannya.
Sedangkan yang para lelaki membantu membereskan ruang makan.
Anak-anak panti asuhan saat itu berjumlah 15 orang, mereka rata-rata berumur 5 sampai 11 tahun. Ada juga yang paling kecil berumur 2 tahun, karena belum lama ini dititipkan setelah orangtuanya meninggal.
Ibu Retno dan suaminya mengurus mereka dengan sukarela, terkadang ada pula orang-orang sekitar yang memberikan bantuan tenaga untuk membantu mereka.
Panti asuhan tersebut sudah berdiri sejak 3 tahun yang lalu. Berawal dari kecintaan ibu Retno dan suami terhadap anak-anak, hingga suatu hari ada tetangganya yang mengalami musibah mempunyai 3 anak yang masih kecil, setelah ditinggal kedua orangtuanya anak-anak tersebut di adopsi oleh Bu Retno. Dengan penuh kasih sayang, akhirnya Bu Retno disegani oleh para tetangganya dan menjadikan mereka orangtua asuh bagi anak-anak yatim piatu di sekitarnya bahkan dari luar daerah.
Sungguh mulia hati Bu Retno dan suaminya. Mereka memang tidak dikarunia anak, namun mereka mampu menghidupkan 15 anak-anak yatim piatu. Bahkan mereka tumbuh menjadi anak-anak baik.
Dari mereka aku dan teman-teman belajar, untuk saling perduli dan berbagi. Masih banyak anak-anak yang kurang beruntung diluar sana, membuat hati kami terenyuh.
Waktu makan siang pun tiba, aku dan teman-teman ikut makan bersama anak-anak panti asuhan. Senyum dan canda tawa mereka membuat kami pun turut bahagia.
Selesai makan kami membersihkan peralatan makan dan membereskan ruang makan yang berantakan.
Ketika aku sedang membawa beberapa piring, tiba-tiba Rizky menawarkan diri untuk membantu membawakan sebagian piring di tanganku. Akhirnya aku berikan dia sebagian piring.
Rizky "Hati-hati... jangan banyak-banyak bawanya, nanti kalo gak kuat terus jatuh gimana?"
Aku "Iya ngerti..."
Rizky "Sini saya bantu bawa"
Aku "Hmmm mending bantu yang lain aja?"
Rizky "Yang lain udah selesai, tinggal ini doang"
Aku "Masa sih?"
Rizky "Iya udah sini setengah-setengah aja bawanya"
Lalu aku hanya membalasnya dengan senyuman. Padahal harusnya aku mengucapkan terimakasih. Namun rasanya sulit mengungkapkan kata itu. Bahkan jantungku berdetak kencang ketika dia yang tiba-tiba menghampiriku, untuk membantuku membawa piring-piring. Aku sungguh grogi, namun harus bersikap biasa saja.
Setelah membereskan sisa makan siang, Rizky mengajak anak-anak untuk sholat berjamaah. Dia mengetes anak-anak untuk praktek wudhu. Ternyata mereka juga sudah pintar perihal tersebut. Pak Rudi memang mengajarkan anak-anak dalam hal keagamaan.
Waktu Dzuhur tiba dan pak Rudi sebagai imam memimpin kami sholat berjamaah.
Kami sholat di ruang tamu yang cukup luas, namun Bu Retno tidak turut dalam sholat berjamaah karena dia harus mengasuh anak paling kecil yang baru saja terbangun dari tidurnya.
Sedangkan aku dan teman-teman bergantian menggunakan mukena yang disediakan oleh Bu Retno.
Waktu makan siang dan sholat sudah dilaksanakan. Setelah itu kami duduk-duduk untuk berbincang sebentar.
Tak terasa waktu sudah sore, aku dan teman-teman berpamitan pulang. Sebelum itu kami berfoto bersama dengan anak-anak panti asuhan sebagai kenang-kenangan. Jika ada waktu luang kami pasti akan mengunjungi mereka lagi. Karena asrama dan gedung sekolah kami lumayan dekat dari panti asuhan.
Setelah kami berpamitan dengan anak-anak dan pengurus panti asuhan. Aku dan teman-teman juga saling berpamitan, namun tiba-tiba Rizky meminta waktu kami sebentar.
Tampaknya ada sesuatu yang akan diungkapkannya dengan serius.
Rizky "Teman-teman, maaf sebelumnya saya minta waktu sebentar sebelum kalian pulang."
Siska "Ada apa Ki?"
Rindy "Kayaknya mau ada rencana lagi nih"
Rizky "Hmm gini, sebelumnya terimakasih atas kerja sama kalian. Saya seneng banget karena rasa sosial kalian luar biasa. "
Siska "Justru kita yang terimakasih sama lu, karena lu udah ngajak kita dalam hal-hal kebaikan kayak gini"
Rindy "Iya bener, kalo bukan lu yang ngajak mana mungkin kita bisa sampe sini"
Rizky "Alhamdulillah kalian memang luar biasa, saya bersyukur kenal kalian. Pokonya hal ini gak akan saya lupakan seumur hidup. Dan disini saya sekalian mau menyampaikan sesuatu"
Bila "Kita juga seneng ya, karena pertemanan kita ini bener-bener bermanfaat"
Rindy "Betul banget"
Siska "Emang lu mau ngomong apa?"
Rizky "Saya mau pamitan"
Siska "Iya kan kita juga semua mau pamitan pulang"
Rizky "Bukan gitu, saya mau pamitan karena mulai semester depan saya udah gak sekolah di sini lagi"
Semua orang "Hah????"
Siska "Lu mau pindah?"
Rindy "Serius lu Ki?"
Bila "Kan nanggung banget, masih ada semester genap"
Aku dalam hati "Apaa maksudnya mau pindah"?
Sementara aku hanya terdiam mendengar Rizky menjelaskan bahwa dia akan pindah.
Rizky "Iya jadi gini, saya udah daftar ke pensantren sebelum masuk ke sekolah ini. Dan baru dapet kabar beberapa waktu lalu kalo ternyata saya diterima. Alhamdulillah..."
Sultan "Yaa semoga ini adalah keputusan lu paling terbaik sih"
Siska "Aduh gue Speechless..."
Rindy "Padahal kita baru aja seakrab ini"
Bila "Hmm..."
Rizky "Saya minta maaf kalo saya ada salah sama kalian. Mungkin saya lebih muda, sering songong sama kalian hehe"
Sultan "Malah gue liatnya lu lebih dewasa dari kita"
Rizky "Hehehe bisa aja Abang"
Siska "Apasih, lu kok bikin kita kaget banget. Bercanda gak sih mau pindah?"
Rizky "Beneran, masa saya bercanda. Kemarin saya udah paking barang-barang saya pas mau pulang dari asrama."
Siska "Oh iya pantesan lu bawa koper gede sama tas"
Rizky "Iya bener. Biar sekalian gak bolak balik ke asrama hehee"
Rindy "Terus lu kapan berangkat ke pesantren?"
Rizky "Insyaallah Minggu depan"
Siska "Dimana lokasi pesantrennya?"
Rizky "Hmmm di luar kota"
Siska "Oh jauh juga yaa..."
Rindy "terus lu kapan kesini lagi?"
Rizky "Belum tau, kalo mau kesini saya harus menyesuaikan hari libur di pesantren pastinya hehehe"
Penjelasan Rizky cukup jelas, rupanya hari ini adalah hari terakhir dia bertemu dengan kami. Namun apa artinya kebersamaan kami saat ini, jika dia juga akhirnya memutuskan untuk pamit pergi. Padahal kami sudah cukup akrab akhir-akhir ini, aku pun sudah merasa tak canggung lagi ketika bersama dia.
Hari semakin sore dan matahari hampir tenggelam. Rizky akhirnya selesai berpamitan kepada kami.
Rizky "Sampai ketemu lagi yaa teman-teman, semoga kita semua sukses. Insyaallah saya akan berkabar kalo ada kesempatan pegang handphone"
Sultan "Hati-hati sob, gue do'ain lu jadi ustad"
Rizky "Aaminn... Makasih Abang, atas bimbingannya selama di asrama"
Dani "Jangan lupain kita ya bro"
Siska "Eh gue terharu nih jadinya"
Rindy "iyaaa.... gue juga terharuuu"
Bila "Baik-baik disana Ki"
Siska "Paw... lu ngomong apa kek ke Rizky, jangan diem aja sebelum dia pergi"
Lalu Rizky dan teman lainnya menatapku dengan penuh pengharapan. Namun apalah daya bibirku saja sulit mengungkapkan kata-kata.
Aku "Hmmm iya Rizky, semoga lu jadi orang yang lebih baik lagi. Dan apa yang lu cita-citakan tercapai "
Rizky "Terimakasih...maaf selama ini sering bikin kamu kesel"
Aku "Udah gue maafin kok"
Rizky "Kalo gitu... saya pamit dulu ya, assalamu'alaikum sampai jumpa lagi teman-teman"
Kami semua akhirnya pulang ke rumah masing-masing.