Stefan benar-benar kelelahan. Pasalnya Amanda barista baru itu beberapa kali membuat kesalahan dengan salah menyiapkan pesanan, untung pelanggan bisa menerima itu karna sesi foto dengan 'Lee Min Ho' gadungan. Namun karna capek dan emosi yang terkuras sedang antrian masih mengular Stefan beberapa kali membentak Amanda seperti "bukannya kamu berpengalaman ?", "kamu bisa baca gak sih, masa pesanan gampang begitu bisa salah ?" atau "kalau gak bisa kerja mending kamu berhenti"
Mendengar amukan Stefan, Amanda menangis dan hal itu justru membuat Stefan makin frustasi.
Delfi beserta pegawai yang lain kasihan melihat Amanda, akhirnya Delfi menghampiri Sisca.
"mbak bisa tolong hubungi Chloe ?" Secara Delfi sudah ada gambaran siapa Sisca dan apa hubungannya dengan pak bos, jadi Delfi berasumsi semua yang berhubungan dengan bosnya pasti kenal dengan Chloe.
"aku sudah mencobanya tapi gak diangkat" jawab Sisca pasrah.
Sisca berpikir sebentar dan dia mendapatkan ide.
Sisca berjalan menghampiri Stefan dan membisikkan sesuatu.
"Para pengunjung yang cantik dan terhormat, maaf bisa minta tolong ? kami akan istirahat sepuluh menit saja, bisa kalian menunggu, nanti akan kami beri bonus gambar wajah kalian di atas kopi" pinta Stefan dengan sopan, para gadis itu mengiyakan.
Kemudian Stefan pergi ke pantry dan menelpon Yola, sambil berharap gadis itu masih ada di rumah dewa siwa.
πππππ
Yola merasa takut saat nama Stefan muncul di layar ponselnya, ragu-ragu dia menerima panggilan tersebut.
"ha....hallo.." sapa Yola gagap
"Yola kamu masih di rumah Chloe ?"
Yola mengangguk tanpa sadar, Chloe dan Laura menatap Yola heran
"berikan ponselmu padanya" perintah Stefan.
"hallo....." sapa Chloe setelah menerima ponsel Yola
"C.....kamu harus datang ke toko sekarang please....." pinta Stefan dengan suara semelas mungkin.
"apa yang terjadi ?"
"tunggu....." Stefan beralih ke mode Video Call dan menunjukkan panjangnya antrian di toko, lalu tidak lupa dia menyorot Amanda yang manis menangis sesenggukan di pelukan Sisca, Chloe melongo "C....kamu harapanku satu-satunya, please cepat ke sini tidak perlu bilang pada suamimu"
Chloe mengiyakan tanpa ragu "tunggu aku lima belas menit"
Setelah memutuskan panggilan Chloe berlari menuju kamarnya, tapi dia tidak menemukan ponselnya. Dengan melompati dua anak tangga sekaligus Chloe berlari ke ruang kerja suaminya.
"omes di mana ponselku ?"
Marco melirik ponsel istrinya yang dia geletakkan di atas meja, Chloe melihat arah suaminya melirik dan segera menyambar ponselnya.
"aku pergi, aku bawa brio" Chloe menyambar kunci mobil yang tergantung di belakang pintu dan keluar tanpa menoleh lagi.
Tanpa Bertanya Marco sudah tau kemana istrinya pergi. Jadi dengan cepat dia menandatangi dokumen dan keluar dari ruang kerja.
Marco melihat Laura dan Yola sedang membereskan meja makan, jadi Marco langsung naik ke lantai dua.
Tak lama dia sudah turun dan melihat dua sekretarisnya juga sudah duduk manis di ruang tamu.
"ambil dokumen di ruang kerja" perintahnya.
Keduanya bergegas ke ruang kerja.
πππππ
Marco turun dari mobil dan melihat banyak antrian di Coffee Art, panjangnya antrian sampai di luar toko. Dengan tampang dingin Marco melangkah memasuki toko lewat pintu belakang.
"berikan aku apron" kata Marco begitu melihat Sam melintas, Marco melipat lengan kemeja panjangnya.
Sam tidak bergeming, dia menatap Marco seakan dia salah mengucapkan mantra.
"berikan aku apron !" ulang Marco. Kali ini dia menatap Sam dengan dingin.
"oh oke" Sam baru bereaksi, dengan sigap dia berlari ke lantai dua dan tak lama turun lagi dengan apron warna coklat kopi di tangannya.
Marco menerima apron dan memasangnya lalu dia pergi ke konter.
"kamu yang terima pesanan biar aku yang meracik kopinya"
Amanda menoleh saat mendengar suara bariton di belakangnya, dan dia terpana. Seorang pria tampan yang tidak dia kenal tiba-tiba berbicara dengannya.
"geser !" perintah Marco tidak sabar.
Amanda tak bergeming, dia masih menatap Marco antara kagum dan bingung.
"kenapa kamu ada di sini ?" Chloe menatap suaminya heran.
"membantumu supaya kamu bisa cepat pulang dan menuntaskan hal yang tadi tertunda" bisik Marco di telinga istrinya, lalu mengecup pipinya.
"oohh so sweetttt...." teriak para gadis "pegawai baru ya ? bisa minta foto bareng ?" kata mereka kompak mirip paduan suara.
Marco mengangkat tangannya dan tangan istrinya, lalu menunjuk cincin di jari mereka.
"oohhh.....sayang sekali" gumam mereka sedih.
"hei.....kenapa kamu mirip gambar yang di dinding ?" tanya salah seorang gadis. Dan pertanyaan itu menarik perhatian yang lain. Mereka menatap Marco seakan meminta jawaban.
Marco meracik kopi dan mengedikkan bahunya "tanyakan pada yang membuatnya ?" jawabnya sambil melirik istrinya yang tengah menggambar di atas kopi.
"jadi itu semua karyamu ?" tanya gadis yang berdiri paling depan, dia sangat puas di atas kopinya ada gambarnya "boleh minta foto bareng atau tanda tangan ?" pintanya dengan antusias.
Namun Chloe hanya tersenyum dan meminta antrian di belakangnya untuk maju.
Dua jam kemudian akhirnya antrian habis, untung Marco memberi batas waktu promo cuma tiga jam kalau tidak mungkin besok mereka harus menutup toko. Eh tapi ngomong-ngomong Chloe masih belum tau kalau itu adalah ulah suaminya.
"Stef lain kali kamu kira-kira kalau mau bikin promo, kamu harus memberi kami bonus" keluh Chloe sambil duduk di salah satu kursi.
"bukan aku yang bikin promo" jawab Stefan sebal
"lalu ?" Chloe menatap teman-temannya yang lain, mengira salah satu dari mereka yang buat promo
"kami mana berani" jawab mereka kompak, takut kalau Chloe salah sangka dan menghajar mereka.
"tanyakan suamimu" Stefan menatap penuh keluhan pada Marco yang duduk di sebelah istrinya.
Tiba-tiba Marco berjongkok dan menaikkan istri kecilnya ke punggung "ayo pulang, waktunya istirahat" kata Marco datar, mengabaikan teriakan protes istrinya.
πππππ
Chloe mematut dirinya di depan cermin. Dia mengenakan dress selutut dengan leher bulat yang menunjukkan bahu putihnya, hari ini dia akan menghadiri pesta pertunangan sahabatnya Febiola.
Marco memeluk istrinya dari belakang dan menggigit lehernya.
"Marco....apa-apaan kamu" protes Chloe sambil mendorong suaminya
"menunjukkan pada semua bahwa kami adalah milikku" bisiknya tanpa melepaskan pelukan.
"bah...alasan saja" Chloe mengambil foundation dan menerapkannya pada bekas gigitan suaminya.
Melihat istrinya menutupi tanda yang dia buat, Marco mengisap lagi leher di sebelahnya.
"Marco berhenti !!!!?" geram Chloe.
Bukannya berhenti, Marco malah menghujani leher istrinya dengan kecupan, dia menyibak rambut belakang dan mulai menggigitnya.
"Marco.....ahh..." teriak Chloe.
Marco membalik badan istrinya hingga menghadap ke arahnya dan melahap bibir istrinya dengan ganas, lalu dia menggendongnya dan membaringkannya di sofa.
"kamu mau apa ?" tanya Chloe panik, dia sudah berdandan rapi untuk pergi ke kondangan sekarang suaminya malah membaringkannya di sofa, bukannya usahanya berdandan menjadi sia-sia ?.
Tapi bukan Marco namanya kalau dia berhenti begitu saja, "aku akan cepat" katanya dengan suara serak dan tangannya mulai menyibak rok istrinya, mengelus kakinya.
"bohong" gumam Chloe.
"aku janji" kali ini Marco dengan lincah membuka resleting baju istrinya dan kembali menciumnya dengan penuh hasrat.
Setengah jam kemudian Chloe keluar dari kamar mandi dengan wajah cemberut. Chloe mengambil baju baru di lemari, kali ini dia mengambil dress berlengan panjang dan berleher tinggi untuk menutupi semua tanda yang di tinggalkan suaminya di leher dan lengannya.
"baju itu lebih bagus dari pada yang kamu pakai tadi" ucap Marco sambil mengancingkan kemejanya.
Chloe yang sudah setengah jalan menaikkan reseleting memutar bila matanya.
"kalau kamu tidak suka aku memakai yang tadi mengapa tidak kamu katakan langsung" pelotot Chloe.
"kalau aku mengatakannya langsung apa kamu akan menurutinya ?" tanya Marco sambil menghampiri istrinya dan meraih resleting bajunya.
"apa yang kamu lakukan ?" tanya Chloe sambil berusaha menghindari tangan suaminya, tapi dia kalah cepat.
"membantumu menaikkan resleting" jawab Marco, dengan sengaja dia mengelus punggung istrinya yang masih setengah terbuka "atau kamu berharap aku menurunkannya ?" bisiknya
"berani kamu menurunkannya aku akan menghajarmu" ancam Chloe.
Marco menaikkan resleting dan dengan senyum cabul dia berbisik lagi "asal kamu menghajarnya di tempat tidur, aku akan menerimanya dengan senang hati"
"dasar OMES !!!!!!!" teriak Chloe geram. Setiap kali bicara dengan suaminya semua kata-katanya ujung-ujungnya selalu mengarah ke adegan ranjang, Chloe benar-benar tidak paham apa sebenarnya ada di dalam otak suaminya selain menghabisinya di atas ranjang.
πππππ
Sesuai dugaan mereka terlambat. MC di atas panggung sudah memulai acara. Chloe dan suaminya seharusnya duduk di depan dengan keluarga Febiola tapu karna kedatangan mereka yang terlambat Chloe malu untuk berjalan ke depan, jadi dia memilih duduk di belakang beserta tamu undangan yang lain.
Saat MC meminta pasangan yang akan bertunangan naik ke atas panggung.
Ketika Chloe melihat pasangan itu di atas panggung Chloe menatap pasangan pria dengan kening berkerut, lalu dia mengucek matanya takut dia salah lihat, namun berapa kali pun dia mengucek matanya sampai merah ternyata pria yang di atas panggung tidak berubah.
"Marco tolong cubit aku ?"
Marco mengelus tangan istrinya sambil menatapnya penuh tanya "kenapa ?"
"takutnya aku mimpi atau aku salah lihat" jelas Chloe.
Marco langsung paham maksud istrinya "kamu tidak salah lihat"
"jadi kamu melihat orang yang sama denganku ?" Chloe memcoba memperjelas maksud suaminya. Marco mengangguk "sialan !"umpat Chloe.