Chereads / Pernikahan Pura-pura (lanjutan dari akun ayla_amethyst) / Chapter 54 - Dia gadis yang manis, lembut dan penurut

Chapter 54 - Dia gadis yang manis, lembut dan penurut

Saat acara makan di mulai Chloe tidak beranjak dari tempatnya.

"mau aku ambilkan ?" tanya Marco, namun istrinya menggeleng. "atau kamu mau kita pulang ?" Chloe melotot.

"hei...apa yang kalian lakukan di sini ?" Stefan dan Sisca berjalan menghampiri mereka.

"hah...kebetulan kamu juga datang, jadi kamu sudah tau ?" tanpa basa-basi Chloe langsung membombardir Stefan dengan pertanyaan "sejak kapan ? kapan mereka bertemu ?"

"sabar neng, tanya satu-satu" canda Stefan. "hayuk kita samperin yang punya acara saja, kamu bisa hajar langsung mereka" kekeh Stefan.

Rombongan mereka langsung berjalan menghampiri pasangan yang baru saja bertunangan.

"C...dari mana saja kamu ? aku pikir kamu tidak datang" Cerocos Febiola begitu melihat sahabatnya.

"sorry kami terlambat jadi duduk di belakang" jawab Chloe menyesal

"pasti kamu yang bikin terlambat" pelotot Febiola pada Marco, yang di pelototi hanya mengangkat sebelah alisnya, bukankah memang dia penyebab keterlambatan mereka ?.

"sudah lah yang penting sekarang kami ada di sini, sekarang bisa kamu perkenalkan tunanganmu pada kami ?" tanya Chloe sambil menatap tajam pada si pria tunangan Febiola.

Yang di tatap ganti menatap Chloe dan kemudian dia tersenyum sambil merentangkan kedua tangannya "hai sweety apa kamu merindukan aku ?"

"sweety pantatmu" Chloe menginjak kaki si pria dengan sepenuh hati, untung dia pakai sepatu hak lima senti kalo tidak pasti kaki yang di injak akan sukses memiliki lubang. "jadi siapa yang akan menjelaskan duluan, ini beneran atau cuma tipuan ?" Chloe bergantian menatap Febiola dan Willy.

"apakah menurutmu sekarang waktu yang tepat untuk menjelaskan ? bagaimana kalau besok kami datang ke toko, kamu masuk apa ?" kata Willy

"pagi, awas kalau kalian tidak datang" ancam Chloe sambil memelototi ke dua sahabatnya.

"Chloe.....? kamu Chloe kan ?" seorang wanita berwajah mungil datang menghampiri Chloe bersama dengan tante Anita, mama Febiola.

"eh.....tante Lucy" jawab Chloe "selamat tan, akhirnya Willy akan menikah" kata Chloe tulus.

Tante Lucy, mama Willy memeluk Chloe "trimakasih sayang, bagaimana kabarmu ?"

"baik tan" jawab Chloe membalas pelukan tante Lucy.

"eh...kalian saling kenal ?" tanya tante Anita heran.

Tante Lucy mengangguk "waktu Chloe belajar di Italy dia tinggal di apartemen Willy"

"tinggal bersama ? bukankah itu tiga atau empat tahun lalu ? apakah mereka...?"

Tante Lucy buru-buru menggeleng untuk menepis kecurigaan tante Anita "aku dulu juga berpikir demikian tapi mereka murni hanya berteman, mereka tidak tinggal berdua, Stefan juga tinggal bersama mereka, yah meski pun sebenarnya dulu aku juga berharap mereka ada hubungan, tapi Chloe mengatakan kalau dia sudah punya tunangan" Mendengar penjelasan calon besannya wajah tante Anita bersemu merah, bukankah yang di maksud tunangan Chloe pada saat itu adalah Andrew anaknya ?

"nah....Chloe jadi mana tunanganmu ? atau mungkin sekarang sudah menjadi suamimu ? kamu tidak mengenalkannya pada tante ?"

Chloe melirik Febiola yang balas meliriknya lalu beralih melirik tante Anita yang terlihat tidak nyaman. Chloe sendiri juga bingung mau menjawab apa pertanyaan tante Lucy.

"saya suami Chloe tan" Marco menyelamatkan keadaan dengan berinisiatif memperkenalkan diri dan mengakhiri kejanggungan "nama saya Marco" tambahnya

Tante Lucy menerima uluran tangan Marco "hallo Marco, jaga Chloe baik-baik ya, tante sudah menganggap Chloe sebagai anak tante sendiri, adik Willy"

Marco tersenyum dan mengangguk.

"Anita selamat ya atas pertunangan anak gadismu" Ny. Kim tiba-tiba bergabung dalam kelompok, memberikan ucapan selamat pada tante Anita lalu melihat yang lain dengan heran "kok kalian juga ada di sini ?" tanyanya pada Stefan, Sisca, Marco dan Chloe.

"Willy sahabat aku dan Chloe ma, dia yang menampung kami saat kami jadi gelandangan di Italy"

"huh.....kamu jadi gelandangan kan salahmu sendiri" jawab Ny. Kim tidak mau di salahkan oleh anak semata wayangnya.

"kalian seharusnya berterima kasih pada Chloe, mama tidak tau bagaimana kalian bertahan hidup, Chloe memang menantu idaman emak-emak" puji Ny. Kim

"kenapa kalian berebut pengen menjadikan Chloe menantu ?" tanya Febiola dengan kening berkerut.

"tentu saja karna Chloe terlihat sebagai gadis kecil yang manis, lembut dan penurut" jelas Ny. Kim penuh pemujaan pada Chloe, di ikuti oleh anggukan setuju tante Lucy dan tante Anita.

"lembut dan penurut ?" ulang Stefan, Willy dan Febiola bersamaan, lalu mereka saling pandang dengan ngeri.

"ya ! Chloe memang manis, lembut dan penurut" tutur Marco sambil memandang istrinya dengan penuh cinta dan kelembutan.

"Sisca, ayo kita pergi, sebelum aku mengeluarkan isi perutku" kata Stefan dengan jijik sambil melirik Marco dan menggandeng Sisca pergi.

"sayang ayo kita menyapa tamu yang lain" ajak Willy mengikuti jejak Stefan dan menggandeng tunangannya pergi.

"ayo kita makan !" Marco menggandeng istrinya menuju meja prasmanan.

Ketiga nyonya di tinggalkan dengan tampang bingung, dan pertanyaan memenuhi kepala mereka 'apa yang salah ?'

πŸ’žπŸ’žπŸ’žπŸ’žπŸ’ž

Chloe asyik dengan piring di depannya sementara Marco pergi ke meja prasmanan untuk mengeruk lebih banyak makanan untuk istri mungilnya.

"Chloe...."

Chloe mengangkat kepalanya dan melihat Felicia berdiri di depannya

"hai....gimana kabarmu ? sini duduk" Chloe menepuk kursi di sebelahnya.

Felicia duduk dan tiba-tiba memeluk Chloe.

"hei..." Chloe kaget dengan pelukan Felicia.

"C...maafkan aku, selama ini aku terlalu di penuhi dengan iri hati terhadapmu, aku selalu berpikiran buruk terhadapmu dan di butakan cinta" Felicia meminta maaf dengan berurai air mata.

Chloe menepuk pundak Felicia pelan "aku sudah memaafkanmu lama, kita kan sepupu"

Felicia menjauhkan kepalanya dari pundak Chloe "C....maaf juga atas sikapku yang licik untuk merebut Andrew darimu....."

"iya aku juga sudah memaafkan itu" potong Chloe "mungkin memang Andrew bukan jodohku, meski cara yang kalian lakukan salah tapi memang itulah takdir" Chloe menghapus air mata Felicia "lalu bagaimana kalian Andrew ? masih mau cerain kamu ?"

Felicia menggeleng "setelah malam itu kami di suruh menyelesaikan semuanya oleh papa, akhirnya kami memilih pergi ke luar negeri dan kami akan mencoba untuk tetap bersama selama sebulan, kalau dalam waktu sebulan kami masih belum bisa saliing berdamai maka kami akan bercerai, tapi ternyata setelah kami jalani kami memutuskan untuk tetap bersama" jelas Felicia. "dan sekarang aku lagi isi" tambahnya malu-malu.

"benarkah ? aku turut berbahagia, tante Ros dan om Jacob pasti senang"

"iya, bahkan nenek mengatakan kalau anakku perempuan beliau akan memberiku villa di bali"

"hah wanita tua itu sangat menginginkan cicit perempuan untuk meneruskan ilmu perdukunannya, harusnya kamu minta bukan hanya villa, minta dia berikan deposito untuk keponakanku nanti"

Felicia terkekeh mendengar penuturan sepupunya "aku dengar kartumu sampai sekarang masih di tahan oleh beliau ?"

"heh...kamu lihat kan betapa jahatnya wanita tua itu pada anak yatim dan miskin sepertiku"

"ha.....ha...ha..." Felicia tertawa mendengar omelan Chloe. Lega rasanya setelah semua iri hati di bereskan, memang semua masalah itu bersumber dari hati.

πŸ’žπŸ’žπŸ’žπŸ’žπŸ’ž

Kakek Margono duduk di ruang kerjanya dia baru selesai melakukan video call dengan kepala penjara memantau keadaan Jocelyn di sana.

Kepala penjara menjelaskan bahwa Jocelyn awalnya bersikap arogan terhadap sesama rekannya di sana tapi setelah dua bulan terakhir Jocelyn mulai berubah dia tidak searogan sebelumnya, bahkan dia mulai mau ikut konseling keagamaan.

Setelah mengakhiri panggilan kakek Margono menutup matanya, apa sebenarnya yang sebenarnya di masukkan ke dalam sop iga yang milik Jocelyn oleh istrinya ? kalau dia ingin mengambil nyawanya kenapa tidak langsung meracuninya, apa dia ingin membuatnya mati pelan-pelan, tapi Jocelyn tidak menunjukkan tanda-tanda tersiksa.

Kakek Margono ingin menanyakan apa yang di rencanakan istrinya tapi dia sudah mengatakan untuk tidak ikut campur. Kakek Margono sebenarnya sudah tidak sabar untuk memberi pelajaran pada Jocelyn yang telah menyakiti cucu kecilnya tapi nenek Margono mengancamnya berulang kali untuk tidak bertindak.

Kakek Margono menghela nafas dan beranjak dari kursi dan pergi mencari istrinya, meski dia tidak tau rencana pastinya tapi paling tidak dia harus tau bocorannya.