Marco menyiapkan sarapan untuk istri mungilnya yang masih terkapar di tempat tidur.
Sisca dan Febiola keluar dari kamar dan pergi ke dapur
"mana Chloe ?" tanya Sisca
"masih tidur" jawab Marco tanpa menoleh "kalian bikin sarapan sendiri setelah itu kalian bisa pergi, jangan menunggu Chloe" lalu Marco meninggalkan mereka berdua di dapur, dia pergi ke lantai dua ke kamarnya.
Sisca dan Febiola hanya bisa menatap punggung Marco dengan sebal.
πππππ
Chloe bangun dengan badan remuk redam, dia melirik jam dan mengucek matanya lalu memastikan dia tidak salah melihat jarum jam.
Chloe menyibak selimut dan mengerang, di setiap jengkal tubuhnya penuh dengan tanda merah keunguan, bahkan sampai di betisnya.
"sialan" gerutu Chloe.
"kamu sudah bangun ?" Chloe menoleh dan mendapati suami omesnya sedang duduk di sofa memangku laptop.
"kamu tidak kerja ?" tanya Chloe sambil melilitkan selimut di badan telanjangnya dan turun dari tempat tidur.
"ini aku lagi kerja" jawab Marco tanpa mengalihkan matanya dari laptop.
"maksudku gak ke kantor ?" ralat Chloe
"karna kamu tidak ke kerja jadi wajar kalau aku menemanimu di rumah" akhirnya Marco mengalihkan matanya dari laptop dan menatap cabul pada istrinya, membuat istrinya jengah dan segera berlari ke kamar mandi.
Selesai membersihkan diri Chloe berlari ke lantai satu tak lama kemudian dia kembali ke kamar
"kemana Sisca dan Biola ?" tanya Chloe curiga
"pulang"
"kamu mengusir mereka ?"
"....."
"ish...menyebalkan" gerutu Chloe lalu dia membanting pintu kamar.
Marco meletakkan laptopnya di di meja dan menyusul istrinya. Dia melihat istrinya sedang menyeduh kopi.
"kamu harus mengurangi minum kopi"
"aku butuh kafein, badanku lemas" jawab Chloe acuh
"kalau begitu seharusnya kamu makan dan naik ke tempat tidur"
"dan membiarkanmu memakanku ?" kata Chloe sambil berbalik memunggungi meja makan
Sebelah alis Marco naik saat dia tersenyum miring, dia melangkah maju dan memerangkap istrinya "sebenarnya aku berniat untuk membiarkanmu untuk istirahat, tapi karna kamu sudah mengingatkan maka aku menjadi lapar lagi" Marco meraih leher istrinya dan melumat bibirnya sebelum istri kecilnya berhasil kabur.
Mengabaikan penolakan istrinya Marco memperdalam ciumannya sampai istrinya menyerah, dia mengangkatnya dan mendudukkannya di meja makan.
Ciuman mereka semakin intens, dan tangan Marco telah masuk di balik kaos istrinya membuka pengait bra dan dengan lembut tangan Marco menyusup di balik bra
Ding Dong
Lima detik kemudian
Ding Dong
"ada yang datang" gumam Chloe
"hhmmm"
Marco tidak berhenti mengisap leher istrinya, membuat tanda di tempat yang masih berwarna ungu.
Ding Dong
"Marcooo....." gumam Chloe sambil berusaha menjauhkan mulut suaminya dari lehernya
"hhmmm"
Ding Dong
Ding Dong
Ding Dong
"brengsek ! siapa orang tidak ada kerjaan itu" sergah Marco yang akhirnya melepaskan leher istrinya dan pergi membuka pintu.
Chloe merapikan bajunya, turun dari meja, duduk di kursi dan menyesap kopi yang tadi dia seduh.
Marco membuka pintu dengan wajah hitam, melihat pelaku yang merusak kesenangannya membuat wajahnya lebih hitam lagi "apa yang kalian lakukan di sini ?" tanyanya persis seperti polisi menginterogasi pembunuh.
Laura dan Yola berdiri di depan pintu dengan leher mengkerut.
"kenapa diam ?" bentak Marco "kalian tidak kerja ?" tatap Marco curiga
"kami..."
"kami..."
Kedua sekretaris itu menjawab bersamaan, Marco mengangkat kedua alisnya tidak suka dengan jawaban gagap mereka.
"Kalian ?" kepala Chloe muncul di belakang Marco yang berdiri di tengah-tengah pintu "ayo masuk" tambah Chloe sambil menarik suaminya mundur, memberi jalan pada kedua sekretaris malang itu untuk masuk.
Ragu-ragu mereka masuk satu persatu. Chloe mempersilakan mereka untuk duduk di sofa ruang tamu. Marco masih berdiri di tempatnya dengan tatapan angker tapi Chloe menyeretnya dan mendudukkannya di sofa tunggal di depan kedua sekretaris itu.
"bantu mereka untuk menyelesaikan pekerjaan mereka, jangan bertingkah" kata Chloe sambil menepuk pundak suaminya memberi peringatan.
Di dalam hati kedua sekretaris itu memberi Chloe sepuluh jempol, siapa yang menyangka gadis mungil berwajah innocent seperti itu bisa menaklukan dewa siwa haus darah seperti bos mereka.
Chloe pergi ke dapur meninggalkan mereka di ruang tamu untuk bekerja.
Marco menatap dua tumpukan dokumen di depannya, masih dengan wajah angker dia mengambil satu dokumen, Laura menyodorkan pulpen yang di ambil Marco tanpa meliriknya.
"siapa yang memberitahu kalian alamat rumahku ?" tanya Marco
"pak Stefan"
"bos Stefan"
Jawab Laura dan Yola bersamaan.
"Klakkk...!"
Dan pulpen yang di pegang Marco patah menjadi dua, patah ? pulpen ?.
Lagi-lagi Laura dan Yola mengkerut , Maaf bos Stefan kami harus jujur, kalau tidak kami yang mati.
Yola menyodorkan pulpen baru pada bosnya dengan tangan gemetar.
Chloe muncul membawa dua gelas sirup
"Ah....C.....tidak perlu repot" tolak Laura sungkan.
"minumlah, tidak perlu sungkan, kalian pasti haus, lihat keringat dingin di kening kalian"
Refleks Laura dan Yola menyeka kening mereka.
Tiba-tiba dewa siwa berdiri.....eh pak bos berdiri "bawa semua dokumen itu ke ruang kerjaku" perintahnya sambil berjalan menuju dapur.
Dua sekretraris malang itu berdiri sambil memeluk dokumen di tangan dan berjalan mengekor di belakan dewa siwa....ah...pak bos maksudnya.
"sayang di mana ponselmu ?" tanya Marco begitu melihat istrinya sedang sibuk di dapur.
"di kamar"
Marco berbalik dan melihat kedua sekretarisnya "apa yang kalian lakukan di sini ?"
"dokumen" jawab Laura gelagapan
"ruang kerja" tambah Yola.
Marco menunjuk pintu di ruang tengah "itu ruang kerja" lalu dia pergi.
Laura dan Yola saling pandang dan pergi menuju pintu yang tadi di tunjuk pak bos.
Marco masuk ke ruang kerjanya dan melihat dua sekretarisnya berdiri di samping meja kerjanya
"apa yang kalian lakukan ? keluar" perintahnya
"tapi pak, presdir bilang..."
"tunggu di luar" Marco memotong penjelasan Laura.
Dengan patuh mereka berdua keluar dan menutup pintu.
Setelah keduanya keluar Marco menyalakan komputer, sambil menunggu dia membaca dokumen.
Marco mengetik dengan lincah, senyum miring terukir di bibirnya.
πππππ
Stefan sedang menikmati makan siang di kantornya dengan Sisca.
Hari ini Sisca datang membawa bekal makan siang, dia baru menikmati makanannya beberapa suap, Delfi datang dengan kabar
"bos coba lihat ?" Delfi menyerahkan ponselnya.
Stefan menerima ponsel dan matanya melotot, di aku IG dan FB tertulis 'Coffee Art sedang memberikan sale buy one get one all variant kopi dan foto bersama pemilik toko yang mirip artis korea Lee Min Ho'. Stefan menatap Delfi
"di bawah pengunjung sudah membludak, anak baru keteteran" jelas Delfi
Stefan meraih ponselnya menelpon barista tercintanya tapi nomornya di tolak.
"sialan !" umpat Stefan "telpon Chloe suruh datang !" perintah Stefan, dengan patuh Delfi melakukan panggilan lalu tak lama dia menggeleng.
"ada apa ?" tanya Sisca
"Marco" kata Stefan lemas, Sisca melebarkan matanya. "Lihatlah di bawah !" Sisca beranjak dari duduknya dan berjalan ke jendela kaca.
"apa yang terjadi ?" tanyanya setelah melihat banyaknya pengunjung di bawah.
Stefan mendesah "aku mengirim dua sekretaris Marco ke rumahnya" jelasnya, Sisca mengeryitkan keningnya tidak paham, apa hubungan banyaknya pengunjung toko dengan dua sekretaris Marco. "Marco tidak mau waktunya berdua dengan istrinya terganggu, dengan aku mengirimkan sekretarisnya ke rumahnya dia pasti marah besar, jadi dia membalasku, dia meretas kamera cctvku dan tau kamu di sini, lalu dia meretas akun IG dan FB toko dan membuat promo untuk membuatku sibuk" jelas Stefan
"kenapa tidak tidak meminta Chloe untuk membantu ?"
"heh...nomorku dan semua nomor orang toko pasti sudah di masukkan daftar hitam oleh Marco" jawab Stefan getir.
"separah itu ?"
"heh....sejak jatuh cinta pada istrinya Marco menjadi orang yang berbeda" Delfi menelpon ponsel Stefan "aku akan turun" jawabnya. Stefan berdiri "maaf sayang aku harus membantu barista baru itu" Stefan membelai rambut Sisca "lanjutkan makan siangmu" dan dia keluar dari kantornya.
Sisca tetap berdiri di tempatnya, mengamati toko yang membludak dengan pengunjung dan melihat barista baru keteteran membuat pesanan meski Stefan sudah membantunya, karna Stefan tidak bisa membantu dengan maksimal, dia harus melayani para pengunjung untuk berfoto dengannya.
Semakin lama Sisca mengamati entah mengapa dia jadi merasa tidak nyaman setiap kali para gadis menempel pada kekasihnya saat mereka berfoto.
Akhirnya Sisca turun dan merekam semua kekacauan yang terjadi di toko lalu mengirimnya ke Chloe.
πππππ
Sementara itu Chloe, Laura dan Yola sedang menikmati makan siang sambil bercanda, ponselnya ada di meja kerja suaminya.