Marco menatap ponselnya dengan senyum samar
Melihat temannya bertingkah tidak seperti biasanya Artawan menendang kakinya di bawah meja.
Marco mengangkat kepalanya dari ponsel dan memandang Artawan tidak senang.
"cih....dasar pengantin baru, belum juga sehari berpisah sudah bikin drama" cibir Artawan, Marco menanggapi dengan muka datar tanpa ekspresi seperti biasa.
"Marco sudah menikah ?" tanya Zareena, Marco mengangguk menanggapi jawaban Zareena namun tanpa dia sadari sorot matanya melembut saat di memainkan cincin di jari manisnya.
"aish....lihat itu sorot matamu hih....bikin bulu kudukku berdiri" kata penuh penghinaan, tapi Marco mengabaikannya.
Sementara mereka makan ponsel Marco bergetar, dia melihat adanpesan masuk dari Hannah ?
Tumben Hannah mengirim pesan padanya, hubungannya dengan sepupunya itu tidak terlalu akrab juga tidak terlalu jauh dan Hannah jarang berbasa-basi dengannya lewat telpon, atau jangan-jangan ada sesuatu terjadi pada om jerry ?
Akhirnya menyelesaikan makannya, mengelap tangan dan mulutnya lalu membuka pesan dari Hannah. Urat mata Marco langsung berkontraksi saat dia melihat foto dan isi pesan yang di kirim Hannah, kenapa bisa istrinya sedang berciuman dengan mantan tunangan brengseknya, jari tangan Marco bergetar.
Mengabaikan lingkungan sekitar Marco melakukan panggilan video ke ponsel istrinya tapi tidak terhubung, dia mengulangi lagi...lagi....dan lagi sampai dua puluh kali dan hasilnya tetap sama. Marco ganti menghubungi Stefan tapi tidak di angkat 'damn apa sebenarnya yang terjadi di rumah ?'.
Di dalam sepanjang hidupnya Marco terkenal sebagai orang yang paling rasional, tapi setiap kali berurusan dengan istrinya rasionalitasnya akan menguap, seperti saat ini. Tanpa menunda waktu Marco langsung berdiri
"sorry aku balik dulu"
"eh...kenapa buru-buru ? apa sesuatu terjadi pada istrimu ?" tanya Artawan saat melihat temannya panik, ini pemandangan yang langka baginya.
"hhmmm..." gumam Marco
"lalu bagaimana dengan kerjasama kita ?" tanya Zareena khawatir
"besok aku akan mengirim orang untuk mengurusnya" jawab Marco sambil berjalan meninggalkan restoran.
ššššš
Marco duduk di kabin kelas ekonomi, karna mendadak dia tidak mendapatkan kabin kelas satu. Baru saja dia duduk ponselnya bergetar, dia melihat Stefan memanggilnya
"yo..... ada apa bro ?"
"kenapa tidak menjawab telponku ?" tanya Marco tidak sabar
"sorry aku tadi mandi, istrimu menjadikanku pembantu, menyuruhku membersihkan seluruh rumah, badan ku jadi bau kayak sapi...."
"di mana dia sekarang ?" potong Marco
"dia siapa ?" tanya Stefan pura-pura tidak tau
"siap lagi ?"
"oh.....istri sadismu ?....aku sudah merebusnya dan menjadikannya pupuk organik..."
"STEFAN jangan menguji kesabaranku" geram Marco
"oke-oke" Stefan mengalihkan ke panggilan video, dan di layar tampak punggung dua orang tengah berpelukan dengan pundak bergetar
"kenapa si rambut jagung ada di rumahku, apa yang mereka lakukan ?" tanya Marco dengan suara dingin
"istrimu yang memanggilnya" jelas Stefan
"dia datang dengan kakaknya ?" selidik Marco
"sendiri"
"Stefan katakan pada orang brengsek itu tidak usah pulang, aku akan pergi dengan Febi" tiba-tiba Chloe berteriak dengam suara serak
"hah...? apa yang terjadi padanya ? apa dia menangis ?"
"yup...mereka nonton drakor dan berpelukan sambil menangis"
"katakan padanya jangan pergi ke mana pun, dan kamu harus membuatnya tetap di rumah, aku tidak perduli bagaimana caranya, kalau sampai aku pulang dan dia tidak di rumah aku akan mengirimmu ke rumah orang tuamu" ancam Marco sebelum mengakhiri panggilan.
Wajah Marco tampak dingin memikirkan foto yang di kirim Hannah padanya, kapan mereka melakukan itu ?, sialan Chloe tadi pagi kamu mengancamku untuk tidak selingkuh, ternyata sekarang malah kamu yang selingkuh, lihat saja nanti bagaimana aku menghukummu, batin Marco sambil meremas ponselnya.
"eh....bukankah anda pak Marco ?" seorang wanita mengenakan kaos ketat dan jeans robek robek dari lutut sampai di pahanya duduk di sebelahnya, Marco hanya meliriknya sekilas "anda lupa dengan saya ?" wanita itu mengulurkan tangannya "saya Natasya, pegawai di kantor anda kebetulan sekali saya di promosikan dan di pindahkan ke kantor pusat, jadi mungkin untuk selanjutnya kita akan sering bertemu"
Marco mengabaikan uluran tangan wanita yang mengaku bernama Natasya itu "apa nama perusahaanmu ?"
Dengan senyum manis Natasya menjawab "aih...pak Marco ngeledek saya ya tentu saja di PT Maju Jaya"
"oh" jawab Marco pendek, lalu Marco melipat tangannya dan menutup matanya. Dia mengabaikan Natasya yang berusaha mengajaknya membuat obrolan. Ekspresi Marco tampak dingin dan membuat jarak, ini adalah jenis wanita yang paling dia benci, wanita yang menghalalkan segala cara untuk keuntungannya, dia harus memperingatkan papa dan Jason, batin Marco.
ššššš
Satu jam kemudian pesawat mendarat Marco sudah bersiap meninggalkan kursinya tapi tampaknya Natasya tidak demikian, dia masih duduk dengan santai di kursinya sementara orang-orang sudah mulai mengantri keluar dari kabin
"maaf nona bisa anda minggir ? saya sedang buru-buru" kata Marco akhirnya karna tidak sabar
"ah.....maaf pak kaki saya agak sakit jadi saya menunggu sepi baru bisa turun" jawab Natasya sambil memijit betisnya
Marco menggertakkan giginya ponselnya yang sudah di aktifkan berbunyi
"hhmmm..."
"Marco kamu sudah sampai ? istrimu membuat ulah si rambut jagung mau membawanya pergi....hei....hei...mau kemana kalian...C....jangan pergi dulu.....bagaimana kalau kita lomba dance ?" terdengar suara setuju samar dari seberang "sebaiknya kamu cepat sampai di rumah kalau tidak aku sudah kehabisan akal menahan istrimu di rumah" dan Stefan mengakhiri panggilan
Marco menatap ponselnya tanpa ekspresi lalu beralih menatap Natasya dengan penuh tatapan membunuh
"jadi kamu tetap tidak mau berdiri ?" tanya Marco dingin
"en....bisakah saya minta tolong pak Marco membantu saya karna kaki saya kram" Natasya mengedipkan matanya dengan penuh permohonan.
Wajah Marco makin kaku dia paling benci tatapan seperti itu, tatapan penuh permohonan yang di gunakan para wanita untuk memikatnya. Kebetulan saat itu seorang pramugara berjalan ke arah mereka
"ada yang bisa kami bantu nona ?" tanya pramugara dengan sopan
"kakinya kram dan tidak bisa berdiri, bantu dia menyingkir dari jalan saya, saya sedang buru-buru" jawab Marco menekan amarahnya
Sang pramugara menunduk dan mengulurkan tangannya hendak membantu Natasya tapi tiba-tiba wanita itu berdiri seakan-akan tidak terjadi apa-apa dan berjalan keluar kabin.
Marco berjalan keluar dari terminal kedatangan saat ponselnya berdering Ny. Suri memanggil
"hhmmm....."
"Marco kamu di rumah ?"
"otw ke rumah"
"oh....kamu lagi di luar sama Chloe ?"
"tidak"
"oh bagus, Jason sedang menuju rumahmu mama menyuruhnya mengantar makanan kesukaan Chloe"
"hhmmm...."
Natasya menarik ujung lengan baju Marco membuatnya menoleh dan mengerutkan alisnya "pak Marco bisa tolong beri saya tumpangan ?"
Suara Natasya cukup keras di dengar oleh Ny. Suri, membuat Ny. Suri berteriak marah "Marco kenapa ada suara perempuan ? apa kamu selingkuh dari Chloe ? kalau kamu berani melakukannya mama akan menjadikanmu makanan hiu"
"ma.....jangan berpikir liar, sudah aku mau pulang" Marco langsung mengakhiri panggilan dan berkata pada Natasya yang masih menatapnya penuh harap "minta orang kantor menjemputmu" kata Marco sambil menepis tangan Natasya dan meninggalkannya dengan langkah lebar.
ššššš
Marco sampai di rumah dan wajahnya langsung keruh, ketika dia membuka pintu rumah pemandangan di depannya membuat wajahnya menjadi hitam.
Chloe sedang duduk sambil memegang gelas di tangannya, wajahnya merah, Stefan duduk di sebelahnya berusaha merebut gelas dari tangannya. Febiola 'si rambut jagung' sedang menyanyi duet dengan Jason, Jocelyn duduk di seberang Chloe sambil menatapnya dengan mengejek.
Marco berjalan mendekati istrinya dan merebut gelas dari tangannya, mengendusnya dan menatap Stefan
"ah.....kamu sudah datang, urus istrimu aku pergi dulu" Stefan melompat dari tempat duduknya
"hei kamu tidak bisa kabur" Chloe menjegal Stefan membuatnya kehilangan keseimbangan dan jatuh kembali di sofa, Chloe memutar badan Stefan membuatnya tengkurap lalu duduk di atas punggungnya dan memutar tangan kanan Stefan ke belakang punggungnya dan menahannya
"aaaaa...ampun.....C....kau mematahkan tanganku" teriak Stefan
"Chloe lepaskan Stefan dan turun dari punggungnya" perintah Marco dengan suara sedingin es
Chloe mengangkat kepalanya, menatap Marco dan memicingkan matanya "siapa kamu ?" tanya Chloe penuh provokasi
"CHLOEE...." geram Marco
"itu aku, kamu siapa ?"
"aku SUAMIMU" kata Marco marah
"aku tidak punya suami...suamiku sudah mati....aku membunuhnya....apa kamu hantu suamiku ?" jawab Chloe sambil menangis tiba-tiba
"Chloe...apa kamu mengutukku ?" Marco semakin marah "turun dari atas Stefan"
"tidak !" jawab Chloe keras kepala
"turun !" Marco tidak mau mengalah
"tidak !" Chloe masih keras kepala
"oke kamu yang memaksaku" Marco maju dan meraih Chloe dan dengan mudah dia menaruhnya di pundak "kalian semua pulang" perintah Marco sambil menyapukan pandangan ke arah Jason, Febiola dan Jocelyn, tapi mereka diam tak bergerak"apa aku perlu mengulanginya ?" Mereka bertiga segera bergegas berlari keluar rumah.
"dan kamu..." Marco menatap Stefan "bereskan kekacauan yang kalian buat"
"apa ....?" Stefan menatap sekeliling dengan wajah pucat, dia harus beres-beres rumah lagi ?
"kalau tidak mau kamu boleh pulang" ancam Marco.
"lepaskan aku pria brengsek.....cabul.....pengkhianat.....tukang selingkuh" teriak Chloe berusaha memberontak dari gendongan Marco dan dia berhasil menendang rusuknya dengan lututnya, membuat Marco mengaduh dan menjatuhkannya di sofa, sebelum Chloe berdiri Marco sudah menindihnya dengan badannya.
"siapa yang selingkuh ?" tanya Marco dingin.
"kamu.....memangnya siapa lagi ?...minggir !.....jangan menyentuhku" Chloe meraih ponselnya yang tergeletak di sofa dan tepat di bawah tangannya, dia menggunakannya untuk menghantam kepala suaminya, tapi Marco berhasil mengelak dan menahan tangannya di atas kepala. Chloe tidak menyerah dia menggunakan kepalanya menghantam wajah tampan suaminya, membuatnya mengerang kesakitan lalu mendorongnya dan berlari naik ke lantai dua.
Chloe masuk ke kamarnya dan membanting pintu, tapi sebelum pintu tertutup Marco berhasil menahannya, menyusulnya masuk dan mengunci pintu dengan rapat.