Chereads / How to be Your Girlfriend? / Chapter 3 - Part 02

Chapter 3 - Part 02

Cuaca siang hari ini sangat terik. Suhu panas di sepanjang kota Seoul membuat beberapa karyawan di sebuah perkantoran tengah beristirahat atau sekedar berbincang di kafetaria. Rasanya malas, melihat suhu panas mencapai tiga puluh tiga derajat celcius untuk kembali mengerjakan aktivitas seperti biasanya. Tapi itu untuk beberapa karyawan disana. Tidak untuk Min Yoongi. Dirinya masih sibuk mondar-mandir mengangkat beberapa kardus berisikan barang-barang impor.

Ya, pria itu bekerja hanya sebagai tukang akut barang. Tidak terlalu sulit dilakukan. Tapi, harus dilihat juga upah per bulannya. Min Yoongi ini orang yang tidak mudah mengeluh. Semua akan dikerjakan asal itu bisa pekerjaan yang baik dan menghasilkan uang. Dia ingin membantu adiknya yang sudah menjadi langganan keluar masuk ruang kepala sekolah hanya untuk tagihan tunggakannya.

Yoongi bekerja mulai dari siang hari setelah pulang sekolah, hingga larut malam. Dan esok paginya ia harus kembali pergi sekolah. Itu terhitung setiap hari. Melelahkan memang, tapi ini satu-satunya cara agar dia bisa menghasilkan lebih banyak uang. Ambil lembur.

Mengingat dirinya juga tulang punggung keluarga. Jadi, dia yang bertanggung jawab atas semua biaya sehari-hari. Mulai dari uang sekolahnya, adiknya, tagihan hutang ibunya, dan makan sehari-hari.

_____***_____

"Yoon, sudah istirahat dulu. Tidak lelah?" ujar teman kerjanya yang bernama Jung Hoseok.

Bohong kalau tidak. Tapi, biar bagaimana pun Yoongi menargetkan hari ini selesai semua. Tanpa tersisa untuk kerjaan besok.

Mengusap peluhnya perlahan, namun Yoongi masih melanjutkan kegiatannya "Ini sangat melelahkan. Tapi aku harus kerjakan sampai tuntas. Agar besoknya bisa mengerjakan yang lain."

"Jangan dipaksa. Tubuhmu juga perlu istirahat, Yoon."

Menghela nafasnya kasar, sepertinya tubuh itu tidak bisa diajak kerja sama sekarang. Benar-benar melelahkan hari ini. Yoongi sampai tersengal-sengal. Memaksakan diri terus bekerja, berusaha mendapatkan apa yang dia butuhkan. Lanjut lagi bekerja.

"Yoon! Min Yoongi?"

.

.

.

.

.

.

.

Pria itu mengintip dari samping. Sulit menatap ke depan. Kardus besar yang dia angkut mengganggu penglihatannya dengan jelas.

"Cepat minggir! Buat apa kesini?" ketusnya.

Yoongi hafal betul suara itu. Raut wajah yang tak ingin ia lihat sekarang. Bertemu di sekolah saja Yoongi terus menyuekinya. Lantas, bagaimana dengan situasi kali ini?

"Yoon, aku hanya ingin bertemu denganmu. Apa tidak boleh?" lirih gadis itu.

"Aku sibuk. Nanti saja." jawab Yoongi datar.

Gadis di sebelahnya hanya terdiam. Wajahnya ditekuk sedih. Menyesal bukan main. Datang dari rumahnya jauh-jauh hanya untuk bertemu pria Min itu di tempat kerjanya.

"Aku bawa makan sore untukmu." ujar gadis itu seraya menyerahkan satu kantong plastik berisi makanan berat.

Tanpa menoleh, Yoongi terus melanjutkan pekerjaannya "Taruh saja di meja. Dekat Hoseok." ujar Yoongi kelewat cuek.

Sepertinya pria itu tetap tidak ingin berubah menjadi lebih ramah sedikit dengan Yewon. Gadis itu kurang baik apa lagi padanya? Selama ini Yewon berusaha meneguhkan hatinya menghadapi sikap dingin pria yang dicintainya itu sedari dulu. Sering kali sahabatnya Yewon menyuruhnya untuk berhenti mengejar Yoongi.

Namun, entah mengapa sampai sekarang gadis itu belum bisa melupakannya. Hatinya masih kuat, bahkan keterlaluan kuat untuk bertahan menghadapi perasaan itu. Berusaha meluluhkan hati keras seorang Min Yoongi. Walaupun dia tahu, cintanya bertepuk sebelah tangan. Yewon selalu merasa kehadirannya selalu membuat Yoongi rasanya ingin buru-buru kabur meninggalkannya. Muak dengan wajah menyedihkannya itu.

"Baik, ku taruh disana ya?" ujar Yewon yang tak henti memasang wajah senyumnya pada Yoongi.

"Hm"

Yewon kemudian menyusul ke tempat dimana rekan kerjanya Hoseok tengah duduk beristirahat. Menaruh kantong plastik itu di meja, tepat di hadapannya.

"Untuk Yoongi?" tanya pria Jung itu.

"Iya. Tapi kalau kau mau, ambil saja. Aku sengaja membeli banyak untuk kalian makan berdua."

Hoseok tersenyum sumringah dan langsung meraih kantong itu "Kau memang yang terbaik, Yewon-ah! Gumawo."

Yewon tersenyum kecut. Sering sekali dia mendengar kata terimakasih dari mulut Hoseok. Itu biasa baginya. Padahal, yang dia inginkan jika Yoongi yang mengatakan itu langsung padanya. Namun, realitanya tak pernah seindah harapan. Dia hanya terbiasa dengan wajah cuek dan dingin dari Yoongi. Bagaimana jika Yoongi datang bersama senyuman manis untuknya? Itu mustahil.

"Enak tidak?" tanya Yewon yang menompang dagu seraya memperhatikan Hoseok menyantap lahap makanannya.

Hoseok tersenyum dan mengusak pucuk kepala gadis itu "Ini sangat enak. Kau pasti membelinya dengan banyak cinta. Dan aku yakin---Yoongi juga akan menyukai ini."

Yewon tersenyum puas. Senyumannya manis dengan satu buah lesung pipi di sebelah kirinya "Terimakasih, Jung Hoseok."

Pria Jung itu tersenyum menangguk.

_____***_____

"Dia masih cuek padamu?" Hoseok kembali membuka suara. Memecah keheningan seketika.

Menghela nafasnya perlahan. Wajah imut itu yang tadinya tersenyum manis akhirnya berubah masam dengan mudahnya. "Iya, masih seperti biasa. Dan masih sulit berubah." ujar Yewon.

Pria itu kembali mengusak---Ah, lebih tepatnya mengelus sekarang. Hoseok mengelus kepala gadis itu perlahan. Senyumnya tak pernah absen ia perlihatkan pada Yewon. "Tidak apa. Kau gadis yang kuat kan? Aku yakin Yoongi bisa berubah--- kalau kau sendiri tidak akan melepasnya."

Yewon tersenyum menangguk.

"Aku tahu ini sangat sulit. Dan---aku juga mengerti perasaanmu. Tapi, aku tidak bisa bantu apa-apa." Jeda, "Min Yoongi itu sering kali ku nasehati. Tapi namanya juga kepala batu! Sudahlah---sepertinya orang yang sampai sekarang masih kuat menghadapi si Yoongi itu hanya kamu." ujar Hoseok panjang lebar.

"Hm---terimakasih Jung Hoseok." sahut gadis itu dengan wajah yang masih masam.

Hoseok kembali menyuap nasi ke dalam mulutnya. "Tidak menyusul Yoongi?"

Gadis itu menggeleng pelan, seperti orang yang patah semangat. "Itu akan mengganggunya bekerja."

"Susul sana! Jangan jadi gadis payah begini tiba-tiba."

"Tapi----"

"Yoon! Yewon ingin bicara padamu, katanya."

_____***_____

Ah, sial! Kenapa semuanya jadi seperti ini---? Hoseok dengan beraninya berteriak memanggil Yoongi yang masih sibuk disana. Padahal, tidak ada yang ingin Yewon bicarakan padanya. Lantas, apa yang harus ia katakan?

"Jung! Kau keterlaluan."

Hoseok tersenyum geli. "Sudah, sana!" ujar Hoseok seraya mendorong pelan tubuh Yewon.

Akhirnya, mau tidak mau Yewon menghampiri Yoongi yang masih setia mengangkat beberapa kardus.

Sebenarnya, Yewon ragu-ragu menghampiri pria Min itu. Dia takut Yoongi marah. Jika sudah, Yewon bingung mau bagaimana lagi. Pernah, suatu kejadian waktu Yoongi sangat marah pada Yewon. Dan itu sungguh menyeramkan. Yewon tak ingin hal itu terjadi lagi. Mulai saat itu, Yewon jadi lebih berhati-hati dengan pria itu.

Dadanya bergetar hebat. Bibirnya terasa kelu. Entah apa yang harus ia katakan pada pria itu. Jantungnya berdegub tak normal. Langkahnya pun sedikit takut-takut menghampiri Yoongi. Tapi, dia memberanikan diri. Apa yang Hoseok ucapkan tadi bisa membuatnya lebih tenang sedikit.

"Y---Yoon?" ujarnya gugup.

Pria itu menghela nafasnya kasar, "Apa lagi? Kau tidak lihat aku masih sibuk?"

Yewon bungkam. Menundukkan kepalanya takut. Dirinya hanya bisa memainkan jari-jari tangannya. Air mata sialan itu akhirnya tidak bisa ditahan, dan---perlahan mengalir.

"M---maafkan aku." lirih Yewon.

Mengontrol emosi dan nada suaranya perlahan. "Baiklah, maaf. Kau mau bicara apa?" ujar Yoongi datar.

Gadis itu akhirnya berani mendongkakan kepalanya, menatap Yoongi dengan bulir air mata yang masih ada di bola matanya. "A---Aku tidak tahu. Aku hanya ingin pergi denganmu, Yoon.."

"Kemana?"

Gadis itu kembali menggeleng pelan, "Kemana saja. Asal itu denganmu."

"Tapi aku masih lama. Aku baru bisa pulang nanti larut." ujar Yoongi.

"Tidak apa, aku akan menunggumu."

Yoongi kembali menghela nafasnya kasar, "Dasar keras kepala! Ya sudah, terserah. Aku tidak mau tanggung jawab jika kau sakit." ketus pria itu dan langsung kembali bekerja. Meninggalkan Yewon yang masih berdiri kaku di hadapannya.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Selesai.

Akhirnya setelah sekian lama melewati hari panjang yang melelahkan ini, Yoongi bisa pulang.

Seketika pria itu melirik ke arah jam tangan yang melingkar manis di pergelangan tangan kirinya. Ini sudah pukul sepuluh malam. Dan Yoongi baru saja menyelesaikan pekerjaannya.

Yoongi mengerenyitkan dahinya setelah melihat gadis itu tertidur pulas di kursi yang tak jauh dari tempat ia bekerja. Kemudian, perlahan pria Min itu menghampirinya. Astaga, Yoongi lupa memakan makanan yang diberikan gadis itu tadi. Sanking sibuknya bekerja dan tak ingin diganggu. Sampai makan sorenya pun ia lewati begitu saja.

Yoongi ikut duduk di sebelahnya. Senyum itu pun akhirnya berhasil lolos seraya menatap wajah imut gadis yang masih pulas tertidur. Tangan sialnya tiba-tiba mengelus kepala gadis itu perlahan.

"Eunghh, Y---Yoon?" Tanpa Yoongi sadari, Yewon terbangun akibat sentuhannya.

.

.

.

.

.

.

.

~ to be continued ~