Aku hanya benggong melihat kak Verra yang berjalan menerobos kamarku.
"Kak nanti di lihat ibu asrama gimana?" Tanyaku.
"Memangnya kita kenapa? Kita sama sama cewek, lagian ibu asrama kan ga tinggal di sini dia pulang kerumah pribadinya." Jawab kak Verra.
Pipiku merona melihat kak Verra pagi ini.
Kenapa dia begitu keren pagi ini.
Detak jantung ku semakin tak beraturan.
Kenapa ini tuhan? Kenapa kau buatku mencintai wanita, sedangkan kah membenci hal itu.
"Ran, ayo sini baring disini." Ujar kak Verra sambil menepuk nepuk sisi kasur di sebelahnya.
"Aku gak jadi tidurnya kak, kita nonton youtube saja ya." Ajakku.
"Oke terserahmu saja wanitaku."
"Apaan sih kak, nanti di dengar sama yang lain gimana?" Ujarku sambil mencubit lengan kak Verra.
Kak Verra mengeluarkan HPnya dan memberikan kepadaku.
"Pilihlah video mana yang mau kamu tonton Ran, aku suka jika kamu suka." Gombalnya.
"Iya kak, kita nonton kartun saja ya."
"Iya." Ujarnya singkat.
Tak terasa kami nonton youtube sampai jam 11 siang.
Gila aku benar benar sudah gila karena perasaan ini.
Tak ada hal yang aneh di hubungan kami saat ini.
Tak seperti yang ku bayangkan saat mendengar lesbian.
Kak Verra benar benar menjagaku.
Dia tak pernah menyentuh tubuhku.
Paling ekstrim hanya mencium keningku.
Rasa nyaman benar benar di berikan kak Verra kepada ku.
Hari ini tepat hari jadian kami ke 6 bulan.
Tak terasa sudah setengah tahun aku menjalani dosa besar ini.
Tak ada perayaan, karena memang aku tak suka perayaan yang berlebihan.
***
Tiingg... Bunyi pertanda pesan masuk di HPku.
"Sayang, malam ini kita jalan yuk. Kakak gak bisa pulang bareng kamu karena ada hal yang harus kakak kerjakan sepulang sekolah. Maaf ya wanitaku."
Ohh ternyata dari kak Verra.
"Okey bey" balasku.
Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam.
Tak ada persiapan yang ku lakukan saat ini.
Aku memang tak pantai bersolek, bagiku begini saja sudah cukup.
"Ayo Ran." Suara itu mengagetkanku.
"Ayo kak." Jawabku.
"Kita mau kemana kak?" Tanyaku.
"Ketempat kesukaanmu."
"Maksud kakak taman kota?" Tanyaku.
"Iya Ran, tapi sebelum kesana kita makan dan nonton dulu oke sayang." Ujarnya.
"Iya kak."
Nonton dan makan berjalan dengan lancar.
Kami pun menuju taman kota.
Aku melihat jam tanganku, ternyata jam menunjukkan pukul 10.
"Kak sudah larut, pasti sepi."
"Santai saja ada kakak." Ujarnya menenangkanku.
Bukan tanpa alasan aku merasa aman dekatnya.
Kak Verra adalah atlet taekwondo sewaktu ia duduk di SMP dulu.
Dia selalu dapat juara di perlombaan.
****
Sesampinya di tempat tujuan, aku berjalan menuju bangku taman.
Benar saja keadaan disini mulai sepi.
Hanya ada beberapa pasanganan yang sedang bercanda ria.
"Kak udah mulai sepi, apa kakak gak takut." Tanyaku.
"Takut apa? Kita pacaran sesama jenis aja gak takut, terus kenapa harus takut dengan hal yang ada disini?" Ujarnya.
Aku menoleh ke arahnya dan mencubit lengan kak Verra.
"Ayo kak pulang, dingin aku mulai tak nyaman dengan suasana disini." Rengekku.
"Yasudah ayo." Jawabnya sambil beranjak dari posisi nya tadi.
Kami masuk mobil dan langsung menuju asrama.
"Kakak marah?" Tanyaku.
"Kenapa harus marah."
"Lalu kenapa kakak diem begitu, biasanya kakak yang selalu memecahkan keheningan kita." Ujarku.
"Kakak sedang tak mood." Jawabnya singkat.
Sesampainya di asrama.
Kak Verra pun berlalu begitu saja tanpa sepatah kata pun.
Aku benar benar tak nyaman dengan keadaan ini, apa dia marah karena ku ajak pulang.
Biasanya dia yang selalu mengingatkan jam untuk pulang agar tak terlambat sampai asrama.
"Kak tunggu!" Teriakku sambil berlari mengejarnya yang dari tadi berjalan meninggalkan ku diparkiran.
"Kakak kenapa?" Tanyaku.
"Tak apa Ran, kamu langsung tidur ya. Jangan begandang." Ujarnya.
"Kakak mau kemana? Gak mau mampir ke kamarku dulu?" Tanyaku.
"Gak perlu Ran." Jawabnya.
Keadaan ini benar benar membuatku salah tingkah.
Aku berjalan mengikuti kak Verra menuju kamarnya.
Sesampai di depan pintu kamarnya kak Verra berbalik menghadapku.
Cupp... Terasa ada yang menyentuh bibirku.
Apa itu ciuman pertamaku? Ciuman pertama kami?
Ku beranikan diri untuk membuka mata.
Tapi dengan cepat tangan kak Verra menutup mataku.
Ciuman yang mulanya lembut semakin lama semakin menganas.
Aku hanya mengikuti alur saja.
Apa karena setan benar benar bersarang di otakku sekarang.
Tak lama kemudian, kak Verra melepaskan ciumannya.
Dia menarikku ke dalam kamar.
Dia menangis dan memelukku.
"Maaf Ran, maaf." Hanya itu yang ku dengar darinya.
"Aku sudah sekuat tenagaku untuk tidak melakukannya." Ujarnya.
"Gak apa apa kak, aku gak marah." Jawabku.
"Kenapa kamu gak marah? Bukankah kamu pernah bilang kalau kita bisa berpacaran tapi jangan saling menyentuh?" Tanya kk Verra padaku.
"Aku tau ini sulit bagi kakak. Kakak sudah melakukan yang terbaik, kakak sudah menahannya selama setengah tahun."
"Jadi kakak gak salah kok, aku yang salah. Aku terlalu egois." Ujarku.
Matanya menatapku lekat.
Nafasnya mulai terdengar sedikit memburu.
Sebenarnya aku takut, tapi aku enggan beranjak dari posisiku.
Kak Verra kembali menciumku.
Ciumannya terasa sangat liar.
Kecupan demi kecupan membuat darahku semakin cepat mengalir, setan benar benar menguasai kami saat ini.
Aku merasakan tangan kak Verra mulai menjelajahi tubuhku.
Ciumannya kini beralih ke telingaku.
"Maafkan kakak Ran." Bisiknya di telingaku.
Aku tak merespon kini aku benar benar menikmati dosa besarku.