Meta terduduk, dipeluknya mayat yang kini sudah terbujur kaku itu. Dia benar-benar tak menyangka, jika pagi tadi adalah pertemuan terakhirnya dengan Yoga. Bagaimana bisa Yoga pergi secepat itu? Dengan begitu egois meninggalkannya tanpa izin terlebih dahulu. Dia nyaris tak percaya, jika jenazah yang ada di depannya ini adalah Yoga. Hatinya benar-benar hancur, hatinya masih belum bisa menerima. Jika Yoga, cowok yang selama ini telah mengobrak-abrik kehidupan serta hatinya akan pergi meninggalkannya dengan cara tak disangka-sangka.
Meta tak mau percaya, Meta masih enggan menerima. Bahkan dia belum mengatakan apa-apa. Dia belum bilang terimakasih, dia juga belum meminta maaf. Dari apa yang telah Yoga lakukan, dan dia perbuat selama ini. Lagi, air mata Meta mengalir dengan sangat deras. Dadanya terasa begitu sasak, bahkan untuk bersuara pun terasa sangat susah. Dia, benar-benar kehilangan Yoga untuk selamanya.