Chereads / Wanita Sang Boss / Chapter 20 - Permainan Busuk Fabian

Chapter 20 - Permainan Busuk Fabian

Dia bisa melihat bagaimana bosnya itu sesekali memijat pelipisnya, untuk kemudian memijat tengkuknya yang Meta rasa benar-benar sudah pegal.

Lagi, Meta tersenyum hambar. Rupanya menjadi seorang bos tak sesimpel yang ia bayangkan. Bahkan tanggung jawabnya sangat besar. Terlebih, pihak keluarga pun mencoba terus untuk menghancurkannya.

"Jika kamu lelah maka berhentilah untuk sesaat. Lalu setelah itu kamu bisa berjalan lagi," kata Meta tiba-tiba.

Yoga memandang Meta, dia cukup kagum dengan ucapan Meta barusan. Dia benar-benar tak menyangka jika akan dkuatkan oleh seorang perempuan seperti Meta.

Ya, Meta benar. Dia harus berhenti sekarang, jika tidak kepalanya akan benar-benar pecah oleh masalah perusahaan, dan masalah Fabian dengan Meta.

Setelah menghela napas panjang, dan menghentikan kegiatan makannya. Yoga pun menutup laptopnya, menarik tangan Meta untuk duduk di sofa kemudian dia tidur di pangkuan Meta.

"Sekarang, biarkan aku berhenti sejenak," katanya. Memejamkan matanya kemudian terlelap.

Meta mengelus lembut rambut ikal milik Yoga, kemudian mengamati setiap inci wajah bosnya. Setelah ia pun merasa mengantuk. Dia pun memilih untuk tidur.

*****

Malam ini Meta sudah sangat siap untuk pergi ke perayaan hari jadi perusahaannya. Tapi malam ini dia tidak berangkat dari apartemen Yoga, dia memilih berangkat bersama Kinan dan teman-teman lainnya. Menikmati sebuah pesta tanpa harus berada di sekitar Yoga.

"Ah, seneng gue! Nanti gue bakal minum, terus ngedipin cowok cakep, terus ena-ena dengan sangat panas!"

"Otak elo!!" teriak Kinan, dan Mbak Tanti bersamaan,

Keduanya mendengus mendengar ucapan Meta yang semakin lama semakin ngawur. Atau karena sudah berapa puluh purnama Meta tak melihat koleksi vidio-vidio panasnya karena harus berada di rumah Yoga.

"Gue kasian ama elo, Met. Elo kan tinggal di apartemen ama cowok cakep, tajir, bodynya aduhai. Tapi kenapa elo kayaknya jadi perempuan paling ngenes sedunia sih?" ejek Kinan.

Mbak Tanti terkekeh mendengar hal itu, karena benar Meta ini sangat lucu. Entah karena dia tak pernah memiliki pacar, atau karena hal lainnya.

"Elo sih punya pacar, enak. Pengen cipokan tinggal minta, pengen ena-ena tinggal minta. Lha gue, minta ama siapa? Gue ini perempuan dewasa, sudah ingin merasakan namanya begituan juga kali," dengus Meta.

"Tapi sadar, elo cewek. Jangan mesum lah," timpal Mbak Tanti. "Lagi pula elo itu cantik, nggak susah dapetin cowok. Tapi cowok yang serius, yang bukan hanya mau enaknya aja. Elo tahu, kan? Gimana berengseknya cowok?"

Meta mengangguk juga, dia lebih tahu dari siapa pun bagaimana berengsek dan busuknya cowok. Karena ayahnya pun seperti itu.

"Udah sampai nih. Jadi kapan lo mau turun?" tanya Kinan.

Meta langsung turun, kini dia pun membisu. Tak banyak bicara selain mengikuti ke mana pun Kinan, dan Mbak Tanti pergi. Di sini, dia tak memiliki kenalan seorang pun selain Kinan, dan Mbak Tanti. Itu sebabnya dia merasa begitu canggung.

"Elo Meta, kan?" tanya salah seorang pegawai laki-laki yang menghampirinya. Meta mengangguk sekenanya, kemudian tak acuh dengan laki-laki itu. "Banyak yang ngomgin elo. Bener kata mereka, elo cantik juga,"

"Oh," ketus Meta.

Merasa diabaikan laki-laki itu lantas pergi. Tapi ada gurat senyum licik yang menghiasi bibirnya.

"Jadi gimana permainan nanti malam?"

Samar-samar Yoga mendengar perbincangan salah seorang pegawainya, yang sedang asik mengobrol dengan pegawai lainnya.

Mereka tampak antusias membahas sebuah permainan. Yoga yakin, permainan itu tak lain adalah permainan yang akan dimainkan oleh Fabian. Yang Yoga sendiri pun tak tahu, apa bagian terseru dari permainan itu.

"Nanti jalan, gue ama elo kebagian Kinan, Tanti, dan Sasi. Sedangkan Pak Fabian yang akan eksekusi Meta,"

Dada Yoga merasa aneh, saat nama Meta disebut dengan lantang oleh para pegawainya.

"Nanti di game itu, ada lima kertas yang isinya 'pecundang' dan Pak Fabian akan mengganti kertas-kertas mereka. Yang kalah dalam permainan itu, harus meneguk segelas bir, kemudian mencium salah satu peserta cowok lainnya. Gimana, seru, kan? Kita bisa ngerasain bibir salah satu di antara mereka. Sementara Meta, bakal tamat malam ini. Sebab Pak Fabian sudah merencanakan hal yang lebih dari sekadar ciuman,"

Yoga menghela napas panjang, setelah dia mendengar semua perbincangan itu, dia pun langsung keluar dari toilet. Duduk di tempat yang bisa menjangkau keberadaan Meta dan kawan-kawannya.

"Pak Yoga sendirian?" Musa, salah satu direkturnya menyapa. Untuk kemudian dia berbincang-bincang dengan Yoga. Kemudian perbincangan itu berubah menjadi bahasan bahasan bisnis kecil yang menarik minat Yoga.

Di sisi yang lain, setelah acara puncak. Meta dan kawan-kawan pun disuruh berkumpul. Dia sendiri tidak tahu, apa yang hendak direncanakan oleh Fabian dan rekan-rekannya. Lampu ruangan dibiarkan sedikit meredup, untuk kemudian sebuah kertas dan bulpoin menyebar untuk dibagikan kepada mereka.

"Tanda tangani dulu surat perjanjian permainan ini," perintah Fabian. Mereka yang ada di sana tampak merasa aneh, tapi tetap menuruti perintah atasannya itu. "Ayolah, ini sangat menarik. Permainan malam ini akan sangat menyenangkan," rayunya lagi.

"Apaan isinya?" tanya Meta pada Kinan, Kinan pun menggeleng.

"Yakali mata gue mata kelelawar yang seremang-remang ini bisa liat. Mana ponsel kita disita lagi. Kenapa juga permainan ini hanya kita? Sementara di devisi lain permainnya nggak seaneh ini. Udah, Met, tanda tangan aja," kata Kinan.

Mereka pun kembali mengumpulkan kertas yang telah mereka tanda tangani, dan itu berhasil membuat Fabian semakin bersemangat.

"Jadi, dalam surat perjanjian ini disebutkan. Karyawan mana pun yang melanggar, dan menolak permainan ini saat permainan ini berjalan, mereka akan dipecat dari perusahaan,"

Lagi kasak-kusuk kembali terdengar, sementara Kinan terus menyikut lengan Meta.

"Ini gila nggak sih?" kata Kinan. Tapi Meta hanya bisa diam. Dia benar-benar tak habis pikir dengan jalan pikiran Fabian.

"Jadi permainannya apa, Pak?" tanya salah seorang pegawai laki-laki. Senyum itu masih terukir manis di bibirnya, benar-benar senyuman yang penuh arti.

"Oke, dalam permainan ini kita akan mendapatkan sebuah kertas. Kertas pemenang, dan pecundang. Bagi pemenang mereka bisa mendapatkan doorprise dari perusahaan berupa motor, handphone, dan mesin cuci...," jelas Fabian. Mereka langsung kegirangan, dan seketika pikiran aneh kepada permainan itu pun lenyap seketika. "Tapi bagi si pecundang, mereka harus meminum segelas bir. Kemudian...," kata Fabian lagi kembali menggantung. Mata Fabian tak luput dari bibir ranum Meta, kemudian turun ke tubuh seksi perempuan itu. "Kemudian si pecundang harus mencium salah satu pegawai berjenis kelamin berbeda di ruangan ini,"

Meta, Kinan, Mbak Tanti, dan kawan-kawan pun langsung kaget. Pun dengan Yoga yang posisinya tepat di belakang Fabian, dan tak jauh dari tempat duduk mereka.

Yoga memandang Meta yang masih terdiam, tapi dia pun bingung apa yang harus ia lakukan. Sebab mungkin saja, Meta pun ingin, atau bahkan yang lainnya. Lagi, Yoga mengumpat dalam hati. Untuk kemudian dia diam membisu tak mengatakan sepatah kata pun.