Gaskan? Gaaassss!
Ayo vote kalau suka ceritanya yaa...
Selamat membaca!
___________________________________________
*BHUGG!*
Arka meninju ulu hati Pelatih lancang itu dengan cukup kuat, tapi tanpa menggunakan buff. Untuk seseorang dengan level di atas seratus, Strength Arka sudah sangat tinggi.
Apalagi, untuk seorang Pelatih biasa, paling tinggi levelnya hanya sekitar 70-an. Dan Pelatih ini pastinya dia bukan salah satu di antara mereka yang sudah mencapai level 70. Paling, dia hanya level 50-sekian. Paling tinggi 60.
Alhasil, Pelatih itu hanya bisa terbungkuk kaku. Untuk bernafas saja sangat sulit. Ia memegangi perutnya dengan mulut terbuka karena menahan sakit.
Tapi Arka belum puas. Kedua tangannya langsung mencengkram rahang orang itu. Jempolnya menahan dagu, jari lainnya menarik barisa gigi rahang bawah. Lalu ia menghentakkannya ke arah bawah.
*Klak!*
"HAAARRRGH!!!" Pelatih itu berteriak kesakitan.
Sendi rahang Pelatih itupun lepas. Arka sudah puas, tapi puas saja belum cukup bagi Arka. Oleh karena itu, Arka langsung mencengkram pergelangan tangannya dan memegang bahunya. Lalu ia menghentakkan lengan Pelatih hina tersebut.
*Krak!*
Sendi glenohumeral Pelatih miris itupun lepas. Melihat itu, Arka sudah benar-benar puas. Ia tersenyum kecil dengan ekspresi menghina dan meremehkan Pelatih yang sedang tergeletak kesakitan di boulevard akademi setelah sendi-sendinya dilepas oleh Arka.
"Woi, Penjaga Gerbang! Buka gerbangnya!" Arka berteriak kepada Petugas Penjaga Gerbang yang bukan Pelatih.
Setelah melihat kebrutalan Arka, Penjaga Gerbang tersebut tidak berani melakukan kesalahan yang sama seperti yang dilakukan oleh Pelatih barusan. Dia langsung membukakan gerbang tanpa basa-basi.
Dan merekapun berangkat.
"Lari!" Arka memerintahkan seluruh siswa untuk berlari ketika mereka sudah keluar dari gerbang Kota Arvena.
"""Siap, Pelatih!"""
***
"Ketua, bagaimana ini? Setelah markas kita yang berada di Hutan Goturg dihancurkan bersama seluruh anggota yang berada di dalamnya, pendapatan kita jadi menurun drastis. Kalau begini terus kita mau makan apa?"
"Bersabar dulu. Aku juga memikirkan apa yang kau pikirkan. Namun, untuk sementara waktu, kita harus bersembunyi. Kita targetkan ke Pejalan yang kecil saja untuk sekedar mengisi perut kita. Jika kita masih mencolok, nanti malah kita akan bernasib sama dengan mereka yang bermarkas di Hutan Goturg. Lagipula, untuk apa mendapatkan uang banyak jika mati sia-sia dengan cepat? Kita tidak bisa mengeluh."
"Uh... Baiklah, Ketua. Kalau begitu, aku akan kembali mengintai jika--"
"--Ketua! Pengintai kami mendapatkan informasi bahwa sekumpulan bocah sedang dalam perjalanan ke arah barat! Dan mereka hanya berlari, tidak membawa kereta, apalagi pasukan pengawal! Tapi, dari pakaian mereka, sepertinya mereka adalah anak-anak orang kaya! Dan yang paling menggiurkan adalah... Ada wanita Demihuman cantik dan seksi di antara mereka! Kalau kita jual ke pedagang slave, pasti harganya sangat mahal!"
"Ho? Kau dengar, Hadan? Rezeki tidak akan kemana! Hahaha! Siapkan pasukan! Selesaikan secepat mungkin! Kalian harus bermain dengan bersih! Jika kubilang bersih, berarti aku ingin semuanya benar-benar bersih! Tidak ada tersisa, tidak ada yang lolos, dan tidak ada yang boleh melapor ke tentara busuk kerajaan!"
"Kami mengerti, Ketua!"
***
Para siswa Kelas Z sudah berlari selama sekitar dua hari. Mereka beristirahat setiap 5 jam berlari. Dan mereka mendirikan camp setiap mentari mulai terbenam.
Hari ketiga, pagi hari. Di sebuah jalan di tengah padang rumput, sembilan orang siswa Knight Academy Arvena sedang berlari. Hamparan pemandangan yang menyejukkan hati ini begitu segar rasanya di pagi hari. Dengan sinar keemasan dari mentari yang jatuh miring memberikan cahaya yang terpantul oleh gumpalan embun di dedaunan membuat padang rumput ini menjadi seperti taman batu permata.
"Huaaaa segarnyaaa!" Teriak Felsy yang sedang berlari santai di paling depan.
"Hah... Hah... Hah... Tu-tunggu... F-Felsyy!" Anvily yang tidak memiliki fisik dan stamina sebagus Felsy, sudah ngos-ngosan karena mereka telah berlari selama sekitar satu jam nonstop.
Karena Felsy berlari terlalu jauh di depan, yang lainnya jadi berusaha agar tidak tertinggal terlalu jauh. Namun karena Anvily tidak memiliki tubuh petarung, akhirnya dia sendiri yang tertinggal paling jauh.
"Ahahaha! Maap, maap!" Setelah mendengar panggilan penuh nada kesedihan dari Anvily, akhirnya Felsy melambat.
Mereka terus berlari. Sampai sekitar 3 jam, Arka yang berlari di paling belakang bersama Cyane akhirnya menghampiri Anvi.
"Anvi, coba kamu pake skill Heal kamu buat tubuh kamu sendiri." Arka secara mengejutkan berbicara dalam Bahasa Indonesia kepada Anvi.
Anvi yang tak menduga hal tersebut, entah kenapa jadi terlihat sedikit lebih ceria dan bersemangat. Lalu ia mulai mengeluarkan skill-nya, "Heal!"
Cahaya berwarna biru langit menyelimuti tubuhnya untuk sesaat. Ia memberikan Heal pada dirinya sendiri.
Setelah itu, rasa pegal di badannya berkurang drastis. Walaupun nafasnya masih tersengal-sengal karena kelelahan, setidaknya beban yang dirasakan tubuhnya bisa berkurang.
"Makasih sarannya, Pelatih!" Anvi pun membalas Arka dalam Bahasa Indonesia.
"Kamu bisa pake Mana Sheath untuk ningkatin kemampuan fisikku. Tapi aku saranin kamu pake itu kalo udah bener-bener kecapekan." Ujar Arka sambil berlari di samping Anvi, menyetarakan kecepatan larinya dengan Anvi. Setelah hening sesaat, Arka bertanya, "Anvi, aku penasaran. Nama aslimu siapa, sih?"
"Namaku sebelum reinkarnasi, Pelatih?"
"Ho oh."
"Namaku Putri Syarah. Aku dulu tinggal di Riau. Terus, pas umurku 17 tahun, kayaknya aku meninggal karena ditabrak tronton. Terus, entah kenapa, aku direinkarnasi ke dunia ini." Anvi menjelaskan dengan semangat 45.
"Siapa?"
"Aku, Pelatih..."
"Yang nanya anjay... Aku kan cuman nanya nama aslimu."
"Iiiih Pelatih nyebelin banget!" Anvi cemberut dan menggembungkan kedua pipinya. Setelah beberapa detik, Anvi balik bertanya kepada Arka, "Kalau Pelatih sendiri, siapa nama asli Pelatih?"
"Ya ini... Ini nama asliku. Arkanava Kardia."
"Loh? Pas reinkarnasi dulu, Pelatih tidak dikasih nama lokal oleh orangtua Pelatih?"
"Emangnya semua orang yang ditransfer kesini harus reinkarnasi dulu? Bisa aja di-summon atau tiba-tiba ditransfer gitu aja, kan? Nah, aku ditransfer kesini sama persis kayak keadaanku sebelum mati ditabrak mobil."
"Oooh... Wah, ternyata kita sama-sama mati ditabrak, ya, Pelatih!" Mata Anvi dengan tidak anehnya terlihat menjadi berbinar-binar setelah mengetahui ternyata nasib mereka hampir sama. Sitolol ini, sama-sama mati ditabrak mobil kok malah senang. Lalu ia melanjutkan, "Pengemudi-pengemudi itu memang banyak yang ugal-ugalan."
"I-iya, yah... Ha-haha..." Arka malu mengatakan bahwa ia sendirilah yang menabrakkan dirinya ke mobil yang lewat karena kakinya terkilir akibat tersandung di parit kecil.
Setelah beberapa menit kemudian, sekelompok orang menghadang mereka di depan. Mereka membawa bermacam-macam senjata. Baik itu senjata tajam, senjata tumpul, senjata jarak jauh, maupun tongkat sihir. Wajah mereka tertutup kain yang dililitkan dengan ketat. Dilihat dari sinar matanya, mereka pasti berniat buruk.
"Heyyy berhenti duluu... Kenapa kalian terburu-buru begitu, adik-adik?" Salah satu dari mereka mulai melangkah maju mendekati kelompok siswa Kelas Z sambil berbicara.
***
"Hadan, di belakang sana." Kata seorang Rogue sambil mengangkat dagunya untuk mengarahkan pandangan Hadan ke barisan belakang para siswa.
Hadan adalah Ketua Grup Perampok. Dia mendapat perintah dari Ketua Organisasi Perampok yang bermarkas di Hutan Zurg untuk membungkus seluruh harta yang dimiliki oleh para pelintas jalan yang kebetulan merupakan gerombolan dari Kelas Z.
Setelah melihat ke barisan belakang para siswa, Hadan tersenyum dan menjilat bibirnya. Apa yang ia lihat adalah seorang manusia ikan perempuan dengan rambut biru, kulit putih dengan sedikit corak biru, tubuh yang sangat menggiurkan bagi mata para pria dewasa. Dan yang paling mencolok adalah sepasang payudara yang hampir tumpah keluar dari pakaiannya di dada wanita itu.
"Informasimu bagus sekali, Fodel. Perempuan itu pasti sangat mahal jika kita jual ke pedagang slave. Tapi, sebelum dijual, aku harus mencicipi gumpalan daging raksasa di dadanya dan lendir gurih di selangkangannya dulu. Aku belum pernah bercinta dengan manusia ikan sebelumnya."
"Tentu saja, Hadan... Kau bosnya di sini! Hahaha..."
"Ayo, tidak perlu membuang kata-kata berbasa-basi di sini. Ingat kata Ketua, kita harus bergerak cepat dan bersih, jangan sampai ketahuan Tentara Kerajaan."
Dua puluh perampok mendekati sekelompok siswa. Salah satunya maju dan mulai berbicara kepada para siswa tersebut.
"Kalau kalian mau lewat, serahkan semua harta dan peralatan kalian! Dan serahkan kakak seksi berambut biru itu! Kalau tidak, terpaksa kami harus membunuh kalian semua! Ayo, cepat! Kami tidak punya banyak waktu untuk bermain dengan bocah-bocah seperti kalian!"
Para siswa tidak menjawab. Mereka mengeluarkan senjata mereka masing-masing dan sudah mengambil kuda-kuda untuk bertempur.
Revon, Quinta, dan Halea berdiri memposisikan diri mereka di depan dengan Revon berada di tengah-tengahnya. Halea bergerak ke arah kanan untuk meng-cover serangan dari arah kanan juga. Sedangkan Quinta, mengambil posisi di bagian kiri.
Para siswa mengerti bahwa saat ini mereka sedang dikepung dari berbagai arah. Dua puluh orang yang berada di depan mereka hanyalah sebagai pengalih perhatian agar mereka hanya fokus kepada musuh yang ada di depan.
Para Perampok itu memang sudah mempersiapkan semuanya sejak awal. Mereka sudah menempatkan anggotanya tersebar dan bersembunyi untuk menunggu waktu yang tepat. Pada saat fokus dari mangsa mereka tertuju ke depan, maka serangan dari samping dan dari belakang akan sulit ditepis oleh mangsa mereka.
Ada yang bersembunyi di atas pohon di balik rimbunnya dedaunan pohon tersebut, ada yang membuat lubang di tanah dan bersembunyi di dalamnya, ada juga yang berkamuflase dengan membuat seolah-olah dirinya hanyalah semak dan rumput di padang rumput ini.
Lokasi yang mereka pilih memang sangat efektif untuk serangan dadakan. Karena meskipun ini padang rumput, tapi hanya di sekitar sini yang banyak pohon dan semak. Mereka dapat dengan mudah menyembunyikan diri mereka.
Setelah Revon, Halea, dan Quinta memposisikan diri mereka untuk bertindak sebagai tank, yang lainnya juga bersiap untuk menerima serangan. Mata mereka aktif memperhatikan sekeliling. Dengan begini, serangan dari arah depan, kanan, maupun kiri akan dapat mereka hadapi tanpa adanya celah bagi perampok itu untuk melancarkan serangan dadakan.
Untuk bagian belakang? Mereka tidak akan mengkhawatirkan itu. Karena di belakang ada Arka dan Cyane. Meskipun salah satu dari para siswa itu menjaga bagian belakang, itu hanya akan sia-sia. Mungkin hanya akan merepotkan Arka dan Cyane saja.
Jadi mereka memutuskan untuk membiarkan sisi belakang mereka tanpa harus mengkhawatirkan apapun.
Melihat reaksi dari para bocah di hadapan mereka, Perampok itu berkata, "Hoo... Ternyata kalian bocah-bocah yang pemberani juga... Kalian lebih memilih mati daripada menyerahkan harta kalian... Baiklah, kalau kalian memang sangat menginginkan kematian, maka kami akan dengan senang hati membawakannya kepada kalian. Serang mereka!"
Baru saja mereka mau menyerang, salah seorang dari barisan para siswa Kelas Z berteriak...
"BUNUH MEREKA SEMUA! MEREKA CUMAN PERAMPOK RENDAHAN! DARAH MEREKA CUMAN SEBATAS AIR COMBERAN! KALAU KALIAN NGGAK BISA ATAU NGGAK BERANI MEMBUNUH MEREKA, BERARTI KALIAN CUMAN SAMPAH! AKU NGGAK BUTUH SAMPAH DI KELASKU!"
***BERSAMBUNG***