Chereads / Isekai Medic and Magic / Chapter 132 - Chapter 44

Chapter 132 - Chapter 44

Halo para Reader!

Kemarin, saya iseng coba membuat akun di Noveltoon, lalu saya post juga cerita ini di sana. Dan coba tebak apa yang saya dapatkan?

Jeng jeng jeeeeng!

Well, saya tidak mempermasalahkannya. Hanya saja, saya kecewa. Kecewa karena cerita saya ditolak, padahal saya sudah memberi label "mengandung konten dewasa" pada setiap chapter-nya. Ya begitulah, sekedar menyampaikan saja. Sekaligus menjadi alasan kenapa saya lebih suka mengetik cerita di Wattpad.

Selamat membacaaa!

_________________________________________

"Kurang aja! Siapa yang berani berbicara seperti itu!? Kupastikan kematianmu tidak akan mudah! HUURRRAAAAHH!!!"

Para Perampok yang berjumlah dua puluh orang itu langsung menyerang tanpa menahan apapun lagi.

Di barisan para siswa, Androa tersenyum keji sambil membidikkan Androazer, senjata pelontar vial alchemy miliknya, ke arah para Perampok. Androa bergumam, "Benar kata Pelatih. Mereka hanya manusia rendahan dan kematian mereka tidak akan berarti apa-apa. Ini saatnya aku melakukan uji coba bayi-bayiku yang baru saja lahir. Sekuat apakah mereka?"

*Shpang!* Explosive Vial

Androa melontarkan sebuah vial kecil berisi serbuk berwarna kebiruan. Warna birunya lebih pekat daripada warna biru yang dimiliki oleh Explosive Vial pada umumnya. Tentu saja, karena Explosive Vial yang baru saja diciptakan oleh Androa itu merupakan varian yang lebih tinggi.

Stronger Explosive Vial!

Produk dari skill alchemy tingkat menengah. Androa termasuk sangat berbakat karena sudah dapat membuat itu di usia semuda ini. Alchemist tipe Bomber, yaitu Alchemist yang berfokus kepada membuatan zat-zat ofensive, termasuk jarang ditemui. Di seluruh dunia ini, Alchemist Bomber yang sudah memiliki kemampuan tingkat atas dapat dihitung dengan jari. Melihat kemampuan dan usia Androa, dia pasti bisa mencapai ilmu alchemy tingkat tinggi di usia yang lumayan muda.

"Menyingkir! Menyingkir dari benda itu!" Salah seorang perampok yang melihat lontaran Stronger Explosive Vial memperingatkan rekan-rekannya. Tapi, di saat yang sama ketika kalimatnya berakhir, vial tersebut sudah mencapai targetnya. Terlambat.

*Blegarr!*

Ledakan besar. Vial sekecil itu dapat menghasilkan ledakan yang besar. Jauh lebih besar daripada Explosive Vial standar. Jika Explosive Vial biasa dapat menghancurkan sebuah kamar kost-kostan kecil dengan harga miring tanpa isi tanpa kamar mandi dalam yang cocok untuk mahasiswa kere atau pekerja dengan gaji di bawah UMR, maka Stronger Explosive Vial dapat menghancurkan sebuah rumah mewah bertingkat hasil korupsi dari program pengadaan kain kafan untuk korban bencana alam.

Efek ledakan yang ditimbulkan memang jauh lebih besar. Dengan ledakan sebesar itu, dua puluh orang Perampok bisa dibunuh hingga hancur termutilasi hanya dengan satu vial saja.

Tapi sungguh disayangkan. Dengan ledakan sebesar itu, hanya lima orang yang mati. Tiga lainnya hanya terlempar dan mengalami luka yang tidak begitu parah.

Mereka bukan Perampok sembarang Perampok. Mereka ternyata juga memiliki kemampuan tempur yang lumayan. Meskipun peringatan terlambat, tapi mereka sudah melihat bahaya yang datang dan sudah mengambil langkah untuk menghindar. Lima korban jiwa itu, bagaimanapun, mereka hanya terlambat menghindar sepersekian detik.

"Buset, Roa! Keren juga mainanmu! Kapan-kapan aku pinjem, ya!" Revon, terkejut melihat ledakan yang dihasilkan oleh Explosive Vial milik Androa.

"Waaa kembang apinya besaaar! Androa! Habis Revon, aku juga mau pinjem!" Felsy menimpali ucapan Revon dengan permintaan yang serupa.

"Cih! Bayiku ini, hanya aku yang boleh menyentuhnya!" Jawab Androa dengan wajah sombong.

"Peliiiiit!" Kata Felsy sambil menjulurkan lidahnya.

"Kalian! Fokus ke pertempuran di depan! Ini bukan saatnya bermain-main!" Halea kesal melihat tingkah teman-teman sekelasnya.

*Syuu syuu syuu!*

*Blarr blarr blarr!*

Flame Shot!

Logavi, tidak ikut-ikutan bercanda, langsung menembakkan tiga buah anak panah ke tiga orang perampok terluka yang berhasil selamat dari ledakan vial Androa. Arrow yang ditembakkan telah diimbuhi dengan magic elemen api. Saat kontak dengan targetnya, maka targetnya langsung terbakar hingga hangus.

Bau daging gosong menusuk hidung para Perampok yang masih hidup. Di dalam hati beberapa Perampok yang belum terlalu banyak pengalaman dalam pertempuran, mereka mulai merasakan gentar. Untuk sesaat, bulu kuduk mereka merinding melihat delapan orang rekan mereka mati begitu saja di tangan bocah-bocah.

"Jangan takut! Berpencar! Semuanya, serang mereka!"

Setelah ada aba-aba dari salah satu Perampok yang merupakan pemimpin mereka, para Perampok yang dari tadi bersembunyi langsung keluar dari tempat persembunyiannya. Mereka langsung bergerak cepat untuk mengepung dan menyerang para siswa.

Sekarang, dua belas orang Perampok menyerang dari depan, sepuluh dari masing-masing sisi samping, dan sepuluh orang dari belakang. Total ada 42 orang Perampok yang menyerang para siswa.

"Mampus kaliaaan!"

"Aaaaarrrgh!"

"Huyaaaahhh!"

Para Perampok berteriak dan mulai menyerang para siswa.

Untungnya, para siswa tidak panik dan memberikan perlawanan yang hebat. Mereka kalah jumlah, tapi entah kenapa, sekilas terlihat bahwa grup Perampok itulah yang sedang dalam posisi kalah.

Revon menebaskan bermacam-macam skill pedang sambil tertawa bagai iblis yang sedang memanen jiwa tak berdosa. Halea menari-nari dengan halberdnya. Ia merobek, menusuk, bahkan tidak jarang ia memutuskan anggota gerak targetnya.

Quinta sedikit lebih kalem. Dengan kecepatan dan keahliannya dalam bertarung menggunakan Qi, ia tak memberikan banyak luka pada targetnya. Tapi yang tidak diketahui semua orang yang melihat adalah, Quinta menghancurkan organ-organ dalam dari targetnya menggunakan Qi hingga lebur menjadi bubur. Dimana pukulannya mendarat, di dalamnya organ-organ hancur.

Anvily fokus memperhatikan teman-temannya dan juga memperhatikan pergerakan lawan. Setiap kali ia melihat ada Perampok yang akan menembakkan panah atau melempar pisau, Anvi langsung melepaskan skill Blinding Flash untuk membuat musuhnya silau. Dengan begitu, otomatis tingkat akurasi serangan mereka akan menjadi terjun bebas.

"Heal!" Anvi memberikan Heal kepada Revon yang sedikit tergores karena ia tidak cukup cepat untuk menghindari banyak serangan sekaligus.

"Enak, Anvi! Enaaak! Hahaha!" Revon pun malah bercanda.

Di sisi kanan, Alex yang bertanggung jawab untuk menghadapi musuhnya. Alex sudah terbiasa dalam pertarungan. Dia sangat tenang menghadapi serangan dengan skala sekecil ini. Untuk urusan membunuh, dia sudah lama sejak terakhir kali merasakan merinding setelah membunuh. Sekarang, darahnya sudah terlalu dingin untuk merasakan itu kembali.

"Aku, Alexander Zardona, akan memberikan kalian peristirahatan abadi! LASER!"

*Ziiing*

Concentrated Heat Beam, atau sering disingkat sebagai Laser oleh Alex, merupakan skill fire magic tingkat atas yang memiliki daya penghancur sangat besar bagi satu target monster ukuran kecil sampai sebesar manusia. Jika digunakan kepada manusia, Laser tersebut akan langsung membuat organ yang ditembak langsung meleleh dan terbakar.

Apalagi Alex menggunakannya dengan mengayunkan tangannya secara vertikal ke barisan musuhnya. Laser tersebut menjadi seperti pedang panjang yang panas membara, menebas beberapa Perampok yang terlalu lamban untuk menghindar. Tubuh-tubuh rapuh itupun terpotong menjadi dua bagian dengan irisan rata yang hangus.

"Alex, kalimatmu sangat heroik sekali hahaha..." Ujar Fazar sedikit mengejek, lalu melanjutkan, "Sekarang giliranku. Summon Dire Wolf!"

*Shi shi shi shi shi shi...*

Di udara yang kosong, tiba-tiba muncul 20 lingkaran sihir dengan diameter 1 meter. Dari dalam masing-masing lingkaran sihir tersebut, monster serigala buas dengan dua taring panjang dan cakar-cakar setajam pisau silet melompat keluar. Dalam hitungan 1 detik saja, sisi kiri yang dijaga oleh Fazar sudah dipenuhi oleh 20 ekor Dire Wolf.

Setelah melolong panjang dan saling bersahutan, Dire Wolf langsung menerjang para Perampok.

Namun sesuatu yang tak terduga pun terjadi. Entah dari mana datangnya, seorang Rogue dari kawanan Perampok sudah berada di tengah-tengah pertahanan para siswa. Lalu Rogue itu menilai siapa yang paling lemah di antara mereka, yang paling mudah dibunuh, hanya dengan satu gorokan saja. Anvily lah yang menjadi targetnya.

Yang lain masih fokus menghadapi bagian mereka masing-masing. Sehingga Anvi hanya berdiri sendiri di tengah-tengah lingkaran pertahanan.

"Nyawamu, kuambil! Yah!"

Perampok dengan job class Rogue tersebut melompat ke depan, ke arah Anvi. Satu tangan diayunkannya ke arah leher Anvi. Tatapannya tajam terfokus ke satu titik di leher Anvi. Sedangkan Anvi sendiri, baru menyadari bahwa seorang Rogue sedang menyerangnya tepat di saat Rogue itu sudah hampir membunuhnya.

Tak dapat terelakkan lagi. Apalagi dengan tubuh yang tidak terlatih seperti itu, Anvi tidak mungkin bisa menghindarinya.

Di dalam hati, Anvi sempat menyesal kenapa selama ini dia tidak melatih fisiknya. Dia hanya membantu mengerjakan pekerjaan rumah tangga saja. Dia juga bukan tipe yang sering beraktivitas di luar rumah. Anvi terlalu menikmati hidupnya yang penuh dengan jadwal baringan selama ini.

Akibatnya, di saat-saat genting seperti ini, tidak ada yang bisa dilakukannya lagi. Dalam radius 2 meter, hanya ada dia dan Rogue itu.

"Kyaaaaaaaa!"

Seperti anak gadis pada umumnya yang sedang dalam situasi distres dan ketakutan, Anvi pun berteriak kencang.

*Crass!*

Sebuah bagian tubuh terpotong dan menyemburkan darah ke rumput di sekitar mereka.

Sang Rogue yang sudah yakin bahwa serangan daggernya tidak akan meleset, tiba-tiba memasang ekspresi wajah bingung.

"Ha? Kenapa?" Rogue itu bertanya pada dirinya sendiri.

Seharusnya, ayunan dagger-nya saat ini sudah menggorok leher gadis itu. Seharusnya, tangan yang memegang dagger itu merasakan getaran ketika daggernya berhasil merobek tenggorokan si gadis.

Dan pertanyaan itupun segera terjawab. Jawabannya terletak pada sepotong tangan yang sedang memegang dagger. Dia mengenal dagger itu. Itu adalah dagger kesayangannya. Tidak salah lagi. Dan tangan yang memegang dagger itu, memiliki tato kepala naga pada bagian punggung telapak tangan. Dengan begitu, Rogue itu yakin bahwa itu adalah tangannya sendiri.

Tapi, ada yang aneh. Kenapa tangan itu bisa lepas dari lengannya dan melayang di depan matanya?

"A--!"

Rogue itu menyadari bahwa tangannya putus. Ia terkejut dan ingin mengatakan sesuatu. Tapi, baru saja ia berusaha untuk berbicara, lidahnya tiba-tiba terasa kaku.

Ketinggian pandangannya tiba-tiba menjadi rendah dengan cepat. Yang tadinya ia melihat ke depan pada ketinggian lebih dari 170 centimeter, kini seakan-akan tubuhnya menyusut dengan cepat. Menjadi 150 centimeter, lalu 1 meter, dan terus berkurang.

Sesaat kemudian, pandangannya membentur tanah dan terguling-guling. Setelah berhenti berguling, betapa kagetnya dia melihat tubuhnya sendiri di sebelahnya.

Dalam keadaan sudah tercincang-cincang bagai ayam yang sudah dipotong-potong dan siap untuk dijadikan sup ayam.

Lalu sesaat sebelum pandangannya menjadi semakin gelap, pandangannya pun terpisah menjadi dua. Satu menatap ke langit, satu menatap ke tanah. Sepersekian detik sebelum nyawa meninggalkan jasadnya, ia mengetahui sesuatu hal yang menjadi kemungkinan terbesar penyebab dari semua yang terjadi pada tubuhnya. Dan ia yakin akan hal ini.

Sebagai Rogue senior yang memiliki kemampuan dan pengalaman bertempur yang tinggi. Sebagai ahli dalam menggunakan skill-skill Rogue tipe assassination, ia juga familiar dengan skill Rogue tipe trap. Dan skill yang digunakan kepadanya ini adalah skill trap tingkat atas, yang sangat jarang bisa dikuasai oleh seorang Rogue. Apalagi musuh mereka saat ini adalah segerombolan bocah-bocah ingusan. Wajar kalau dia tidak berhasil memprediksi hal seperti ini.

Ini adalah skill trap tingkat atas.

Razorblade String!

"Hihihi... Lucunya... Kamu masuk perangkapku... Sekarang, tubuhmu cuman kayak puzzle yang udah dipecah-pecah... Hihihi..." Felsy berbicara dalam nada dingin. Wajahnya memancarkan aura membunuh dari seorang pembunuh berdarah dingin. Senyuman di wajah Felsy pun lebih cocok dikatakan mengerikan daripada manis.

Melihat Rogue andalan mereka sekaligus pemimpin mereka, Hadan, mati begitu saja, semua Perampok mulai ketakutan. Bahkan salah satu berteriak, "Mundur! Mundur semuanya! Mereka bukan manusia! Mereka adalah monster yang berkedok manusia!"

Mendengar itu, semua Perampok yang masih hidup dan selamat langsung mengambil langkah seribu.

"Bocah-bocah, kalian wajib ngabisin semua Perampok yang ada di sini. Jangan sampe ada yang berhasil kabur. Terus, tunggu di sini, bentar lagi aku balik." Ujar Arka sambil melemparkan senyuman iblis. Lalu Arka bergumam pada diri sendiri, "Kalian pikir bisa datang dan pergi seenak udel kalian? Kalian udah bikin jadwal perjalananku berubah, loh... Fufufu..."

***BERSAMBUNG***