Uhh... Saya sedang melanjutkan membaca Dragon King's Son-in-Law. Lumayan sebagai alat penyegar pikiran, isi ceritanya. Sekaligus memberikan sedikit inspirasi untuk cerita yang sedang saya ketik ini.
Efek sampingnya, update tidak bisa setiap hari.
Selamat menikmati!
__________________________________________
Di dalam Hutan Zurg yang sekilas tampak rimbun dan tak pernah dilalui oleh manusia, berdiri seorang pria berpakaian kaos hitam dan celana panjang hitam. Katana yang terbungkus sarung pedang hitam tergantung di pinggangnya. Bandul bersinar kemerahan diikatkan ke gagang katana miliknya sebagai hiasan.
Sekilas memang area ini hanya seperti hutan belantara penuh semak belukar biasa. Namun, siapa yang tahu di bawahnya merupakan markas persembunyian para Perampok?
Orang biasa tidak akan tahu. Tapi pria berpakaian serba hitam ini tahu persis apa yang ada di bawahnya. Dia memiliki dark magic yang bisa dimanipulasi menjadi apaoun yang diinginkannya. Termasuk sebagai alat pendeteksi untuk area luas di sekitarnya.
"Woooooiii keluar kalian semuaaa! Tanggung jawab karena udah bikin perjalananku terhambat!" Pria berpakaian serba hitam itupun berteriak, disambut dengan beterbangannya semua burung dan monster terbang yang ada di sekitar situ.
***
Anjirlah. Perjalanan santaiku udah diganggu. Sekarang mereka harus tanggung jawab dan memohon ampun kepadaku. Kalau mereka bersungguh-sungguh, mungkin aku akan mempertimbangkan untuk mengasihani nyawa mereka. Tapi beberapa saja. Karena sebagian besar dari mereka harus kubunuh. Untuk memberikan pelajaran berupa shock therapy bagi mereka.
*Kresekesek...*
Salah satu semak belukar terangkat. Dan ternyata di bawahnya terdapat pintu tersembunyi yang perlahan-lahan terbuka. Satu, dua, tiga, sepuluh, dua puluh, tiga puluh orang keluar dari pintu tersebut dan mengepungku. Mengepungku? Hahaha... Mereka pikir dengan sekedar mengelilingiku sudah sama dengan mengepungku?
"Kau, bocah kecil ingusan! Bagaimana kau bisa mengetahui persembunyian kami?" Tanya salah satu Perampok yang dari kelihatannya merupakan pimpinan mereka.
Dia pasti mengira aku bocil karena aku pendek. Kulit wajahku kencang dan kenyal seperti pantat bayi, orang bilang baby face. Terimakasih kepada blessing Eternal Youth yang diberikan oleh Vioraze dulu. Aku jadi imut dan awet muda selamanya. Efek sampingnya, hormonku juga menjadi selalu remaja. Meledak-ledak dan bisa ngaceng tak kenal waktu dan tempat. Ah, sudah ngelanturnya.
*Gluduk...*
Tanpa perlu capek-capek menjelaskan, kulemparkan saja setengah kepala Rogue yang tadi sudah dicincang oleh Felsy, ke depan kakinya.
Pimpinan Perampok itu berjongkok, meraih setengah kepala itu, dan berbicara, "I-ini... Hadan!?!? Kau!!!" Kemudian ia berdiri kembali dan mencabut dua buah pedang yang dikaitkan di punggungnya. Melihat itu, Perampok lainnya juga mengeluarkan senjata mereka dari sarungnya.
Haha... Mereka mau membuang-buang waktu dengan melakukan usaha sia-sia seperti berusaha membalas atas kematian temannya? Mereka tidak berpikir kalau saat ini merekalah yang sedang dalam posisi mengkhawatirkan? Tidak, lebih tepatnya, saat ini mereka sudah sekarat. Dan seharusnya mereka memohon belas kasihanku untuk membiarkan nyawa-nyawa tak berarti mereka supaya tetap melekat di jasad kotornya? Lucu sekali, mereka ini...
"Sebelum kalian sok kuat mau nyerang aku, kukasih kalian satu kesempatan untuk meminta maaf udah gangguin perjalananku, dan memohon sedikit belas kasihanku buat ngebiarin beberapa di antara kalian tetep hidup..." Ya, setidaknya kuberikan mereka setitik cahaya harapan. Kalau mereka sayang nyawa, harusnya mereka berlutut dan mulai memohon ampun kepadaku sebentar lagi.
"Bacot kau bocah sialan! Aku akan mengantarmu untuk menemui Hadan di alam baka! Hurryyaaaaaa!!!"
Tapi, ternyata mereka tolol. Begitu bodoh sampai tak menyadari perbedaan kekuatan yang sejauh ini. Bahkan ujung kelingkingku saja sudah cukup untuk membuat mereka semua menjadi adonan nugget daging manusia. Mereka tetap menyerangku.
Padahal, jika mereka melakukan hal yang benar, aku bisa menjadikan mereka sebagai bawahanku. Kehidupan gelap di negeri ini yang isinya dipenuhi dengan penjahat, perampok, pencuri, dan mafia jadi bisa kumasuki juga. Otomatis, aku akan mendapat banyak informasi ilegal.
Tapi sayang, mereka terlalu bodoh.
Atau... Mungkin mereka perlu disadarkan dengan diberikan sesuatu sebagai percontohan agar mereka bisa tunduk kepadaku? Hm. Lumayan juga kau, otakku. Ternyata kau masih bisa memberikan ide yang lumayan cemerlang. Tidak sia-sia selama ini kau kumanja dan kuizinkan bermalas-malasan.
Mungkin, aku akan menyisakan pemimpinnya beserta dua puluh orang bawahannya? Ah, dua puluh terlalu banyak. Kusisakan sepuluh anak buah saja.
"Oi, Dryad... Bunuh mereka semua. Oh, ya... Sisain orang itu dan sepuluh orang lainnya terserahmu mau yang mana." Aku menunjuk orang yang kelihatan seperti pemimpin mereka.
'Laksanakan, Tuan Arka... Gan Eden. Ancient Earthfall.' Dryad yang muncul entah darimana, langsung melaksanakan perintahku dengan mengeluarlan dua skill ancient magic sekaligus.
Tiba-tiba, akar tanaman yang besar keluar dari tanah di bawah kaki sang Pemimpin Perampok. Menjeratnya, melilit dan mengikat seluruh tubuhnya. Hal sama juga terjadi kepada sepuluh anggota di sekitarnya.
Bersamaan dengan itu, muncul retakan di tanah yang semakin melebar denhan sangat cepat. Retakan berubah menjadi lubang besar seakan planet ini terbelah. Bagian retakan bertambah besar dan bagian tepi retakan meninggi. Saking cepatnya proses ini terjadi, seolah-olah sepetak tanah luas tiba-tiba lenyap entah kemana, menyisakan lubang dalam yang tal terlihat dimana ujungnya.
Akibatnya, semua Perampok yang tidak terikat oleh akar langsung terjun bebas dan lenyap dari pandangan. Baik fisiknya maupun suaranya. Termasuk Perampok yang masih bersembunyi di bawah tanah. Dan tak lama kemudian, tepi retakan tersebut menggulung bagai ombak dan menutup lubang besar itu hingga seolah tidak pernah ada lubang besar di sana.
Semua perampok itu dikubur hidup-hidup tanpa penghormatan maupun ritual adat.
'Dryad, rupanya caramu ngebunuh orang itu sadis juga, yak... Kamu anggap mereka limbah organik rumah tangga yang dikubur di tempat penampungan limbah. Tapi bagus, deh. Makin sadis makin ampuh buat nakut-nakutin mereka hahaha...'
'
Terima kasih atas pujiannya, Tuan Arka. Hamba tidak pantas menerima pujian dari Tuan Arka.'
Aku dan Dryad berbicara hanya via telepati. Kubiarkan sisa Perampok yang masih hidup terlilit akar tanaman itu meratapi nasibnya untuk beberapa menit. Terlilit tanaman masih lebih enak dibandingkan dengan terlilit hutang dan dikejar-kejar debt collector apalagi sampai seluruh keluarga dan kerabat ikut-ikutan diteror. Tapi banyak juga sih yang nakal dan santai saja menikmati hutang rampasannya dari pinjaman online.
Wah, jadi menyimpang. Kenapa malah jadi memikirkan hutang. Ok, lanjut ke negosiasi.
"Kamu, om-om brewokan muka codet. Namamu siapa?"
"Na-namaku Wagos... A-ampun... Ampuni k-kami..."
Oh, ok. Namanya Wagos. Semoga aku tidak lupa seperti biasanya.
"Wagod, ya... Ok."
"Wagos, T-Tuan... Bukan Wagod..."
Aduh, dasar Author. Tanpa disengaja saja sudah banyak typo, ini malah sengaja mengetik typo.
"Ah, maaf, typo. Anyway, kalian sebelas orang yang kusisain ini, aku kasih dua pilihan." Aku mengeluarkan Kuroshi dari sarungnya. Lalu aku memain-mainkan Kuroshi, menebas ringan ke rumput dan ranting di sekitarku. Kemudian melanjutkan kata-kataku, "Kalian mau jadi pengikut setiaku atau mau nyusul temen-temen kalian di bawah sana?" Kataku sambil menghentakkan kaki ke tanah dua kali.
Mendengar pertanyaanku, mereka tidak langsung menjawabnya. Tapi hanya bisa menganga dan melotot ketakutan. Kenapa mereka ketakutan? Padahal mereka tinggal pilih salah satunya saja...
"Kalo kalian jadi pengikutku, aku bakal ngasih hadiah. Yaitu kekuatan yang besar. Bonus status yang tinggi buat kalian. Asalkan kalian setia kepada perintahku, kalian tetap bebas melakukan apapun selama nggak ada perintah dariku. Tapi, kalo kalian lebih milih mati, ya silahkan aja. Kalian bisa pilih, mati dikubur hidup-hidup, mati tenggelam, mati terbakar, atau mati diiris kecil-kecil."
Wagos langsung menoleh ke teman-temannya. Teman-temannya langsung mengangguk dengan panik, menyatakan bahwa mereka bersedia jadi pengikutku.
"Ba-baiklah, Tuan. K-kami akan menjadi pe-pengikutmu!" Setelah mendapati bahwa yang lainnya setuju, Wagos langsung berbicara untuk mewakili mereka semua.
Nah, kalo gini, aku kan jadi punya link ke sisi gelap dari politik dan sosial di benua ini. Perampok pasti punya link informasi yang tidak dimiliki oleh orang biasa, bukan? Haha aku memang cerdas.
"Pilihan yang tepat. Hahaha... Ok, mulai sekarang, kalian adalah pengikutku. Sebentar lagi status kalian akan meningkat pesat. Untuk sementara, kalian bebas melakukan apapun yang kalian mau, tapi inget dua hal ini. Jangan pernah sebut namaku dalam apapun yang kalian lakukan. Dan jika kalian berkhianat, kekuatan yang kuberikan ini akan lenyap, dan akan kucabut nyawa kalian saat itu juga. Oh, ya. Aku bisa tau kalo kalian berkhianat. Karena saat itu terjadi, maka ikatan magic yang menghubungkan kita akan terputus, dan itulah yang bikin bonus status yang akn kuberikan ini hilang. By the way, namaku Arka. Manggilnya nggak usah formal, santai aja."
"B-baik, Tuan Arka!"
"Tugas dariku sekarang cuman satu. Kalian kumpulin semua info tentang kristal Ameth-Or dan Emer-Or. Tentang dimana keberadaannya sekarang, siapa yang ngambil kristal-kristal itu dari tempatnya, dan mau dipake buat apa kristal-kristal itu."
"Laksanakan, Tuan!"
'Dryad, lepasin mereka semua.'
Atas perintahku, semua akar yang melilit perampok ini lepas. Dan tiga orang anak buah Wagos langsung berlari ke arahku untuk menyerang.
"Hahaha... Udah kuduga... Death Fate."
Aku memberikan mereka curse kematian. Syarat kematiannya adalah apabila mereka menyerangku. Dan sekarang mereka sedang menyerangku.
"Bodoh! Siapa yang menyuruh kalian menyerang!?" Melihat itu, Wagos langsung panik dan kesal. Wajahnya semakin pucat setelah melihat yang berikutnya terjadi.
*Bruk... Bruk... Bruk...*
Beberapa langkah sebelum serangan mereka mengenaiku, mereka tumbang satu per satu. Lemas, tak bergerak lagi. Bahkan mereka tak bernafas. Seperti yang diperkirakan dari skill yang memiliki efek death curse. Targetnya bisa mati begitu saja.
"Kayaknya, tiga orang ini cuman domba idiot yang terlepas. Kalian nggak akan mengkhianatiku, kan? Ya nggak apa-apa sih kalo mau coba atau kalo kalian pikir aku bohong. Hahaha..."
Aku sudah menandai mereka semua dengan skill Death Fate. Aku atur bahwa skill curse ini akan bertahan sampai 10 tahun ke depan. Di saat mereka melakukan pengkhianatan terhadapku, mereka akan mati. Aku benci pengkhianat. Mati saja semua pengkhianat itu.
"Ok, kalo udah dapet info, kasih tau aku. Aku seminggu atau lebih di Undead Tower. Abis itu aku balik ke Knight Academy Arvena. Kalian bisa nyari aku di sana."
Tanpa ragu, Wagos menjawab, "Baik, Tuan Arka. Kami akan melaksanakan semaksimal yang kami bisa!"
Aku pergi untuk kembali ke siswa-siswaku. Saat aku pergi, aku mendengar mereka mengungkapkan rasa takjub mereka akan efek peningkatan status mereka akibat adanya skill pasif Darkness Vassal dariku. Ya, sebentar lagi mereka akan menjadi Perampok Terkuat di benua ini. Dan siapa bosnya? Tentu saja aku.
Beberapa detik saja, aku sudah sampai di tempat para siswa menunggu.
"Kuy, kita lanjut!"
"""Siap, Pelatih!"""
Setelah itu, dua hari berlari, akhirnya kami bisa melihat Undead Tower dari kejauhan. Dan sesuatu hal membuatku kaget.
Kenapa Undead Tower menjadi sangat ramai? Bahkan di sekitar Undead Tower sudah bisa dikatakan sebagai sebuah desa.
Desa!
Cepat sekali perkembangan dan pembangunan di sini! Kalau seperti ini terus, bisa-bisa malah menyaingi Kota Dranz dalam waktu beberapa tahun ke depan!
***BERSAMBUNG***