Eh, eh... Cerita yang saya tulis ini bagus, ya? Banyak yang baca dan terus bertambah jumlahnya. Saya tidak pernah menyangka kalau ternyata saya punya bakat terpendam dalam menulis novel hahaha! Keren juga saya, ya... Ufufufu...
Selamat membaca!
____________________________________________
"Berhenti!"
Tepat ketika Arka dan para siswa hendak melangkahkan kaki memasuki sebuah gerbang yang terlihat seperti gerbang utama untuk memasuki sebuah desa, atau kota kecil, dua orang penjaga gerbang yang mengenakan plate armor dan memegang tombak baja sepanjang 2 meter menghentikan mereka.
Mereka mengenakan helm yang menutupi hampir seluruh wajah. Hanya ada celah sempit berbentuk seperti huruf T pada bagian wajah dari helm tersebut, yang membuat orang dapat sedikit mengintip kedua mata, hidung, serta sebagian kecil bibirnya.
"Kalian akan memasuki Desa Undead Tower. Mohon tunjukkan tanda pengenal kalian." Sang penjaga gerbang kembali berbicara.
Dulu, ketika Arka masih aktif sebagai petualang, tentu ia memiliki plat tanda pengenal petualang. Atau lebih populer dengan sebutan Plat Petualang. Dan Plat Petualang terakhir yang dimiliki Arka, yang terbuat dari kristal bening, sudah ia simpan di dalam lemari yang ada di rumahnya. Tentu saja Arka tidak membawanya.
Padahal, jika ia membawa itu dan menunjukkannya, bisa jadi para penjaga gerbang itu langsung berlutut kepada Arka. Ya, Petualang Plat Diamond seperti Arka sangatlah diagungkan di semua wilayah. Kehadiran mereka akan mengundang tatapan penuh takjub dari semua orang di sekitar. Tidak kalah jika dibandingkan dengan kehadiran seorang keluarga royal.
Tapi, Arka memang tidak pernah membawa Plat Petualangnya lagi karena dia sudah menyatakan pensiun sebagai Petualang.
Yang ia bawa saat ini hanyalah tanda pengenal rakyat jelata yang cuma mencantumkan titel Pelatih Knight Academy Arvena. Yang mana titel tersebut bisa dikatakan titel medioker bagi seorang rakyat jelata. Tidak rendah, tapi juga tidak tinggi. Sesuatu yang berada di tengah-tengah.
"Ini tanda pengenalku." Ucap Arka sambil menyerahkan selembar tanda pengenal resmi dari Kerajaan Balvara.
Sebenarnya, Arka memiliki dua buah tanda pengenal biasa. Yang pertama adalah yang ditunjukkannya barusan, yang satu lagi adalah tanda pengenal dari Kerajaan Elysium, yang bertitel Baron (bangsawan kelas bawah). Hanya saja, Arka tidak pernah membawanya karena ia pikir tanda pengenal itu tidak akan berguna jika digunakan di luar wilayah Kerajaan Elysium.
"Hoo... Pelatih akademi. Dan saya menduga, anak-anak ini adalah siswa dari akademi ibukota?"
"Hm. Bener." Jawab Arka singkat sambil mengangguk sekali.
"Ada surat resmi dari Kepala Akademi?"
Mendengar pertanyaan ini, Arka merasa seperti sedang mengalami dejavu. Tapi ia mencoba tetap tenang dan menjawabnya, "Nggak ada. Kami dalam kegiatan yang tak resmi."
"Hmm... Begitu... Kalau memang begitu, kalian dipersilahkan masuk. Tapi kalian akan mendapatkan prioritas paling rendah jika ingin memasuki Undead Tower karena tidak ada surat resmi dari akademi." Ujar sang penjaga gerbang sambil melakukan gestur tangan seperti mempersilahkan masuk.
"Ya, nggak masalah. Makasih, Pak Penjaga Gerbang."
Akhirnya mereka masuk ke Desa Undead Tower. Sambil melihat-lihat, mereka menemukan bahwa desa ini benar-benar hidup. Bisnis jual beli perlengkapan dan peralatan untuk memasuki dungeon. Bisnis kuliner juga tidak kalah meriah. Toko-toko dengan bangunan permanen sudah banyak yang dibangun.
Terakhir kali Arka ke Undead Tower, yaitu sekitar setahun yang lalu ketika dia berniat untuk melamar Syla dan Ren, ia sama sekali tidak melalui bagian luar dari Undead Tower. Arka menggunakan Teleportation Gate untuk langsung menuju gerbang ruang singgasana Vioraze. Jadi ia sama sekali tidak mengetahui perkembangan Desa Undead Tower kala itu.
Setelah berkeliling untuk melihat-lihat, mereka sampai di area penginapan. Di sekitar situ, sangat banyak penginapan berjejer. Penginapannya memang hanya sekelas penginapan murah. Tapi bagi para Petualang Plat Silver kebawah yang memenuhi desa ini, mereka tidak butuh penginapan mewah karena sebagian besar waktu mereka dihabiskan untuk menaklukkan Undead Tower.
Arka memutuskan untuk menyewa beberapa kamar bagi para siswa. Arka tidak menanggung biaya penginapan mereka, melainkan menyuruh mereka membayarnya sendiri dengan hasil yang mereka dapatkan dari item yang mereka dapatkan saat memasuki Undead Tower besok. Memang pelit kok MC satu ini.
"Bocah-bocah, hari ini kalian istirahat dulu. Jangan keluyuran. Kalian harus nyiapin tenaga buat besok. Karena besok pagi kalian bakal bertarung dengan monster-monster di dalam sana." Kata Arka sambil duduk di lobby penginapan.
Para siswa mematuhi perintah Arka dan masuk ke kamar mereka masing-masing. Kamar mereka dipisah antara laki-laki dan perempuan. Masing-masing bagian mendapat satu kamar. Arka memang meminta seperti ini agar mereka dapat berbagi ilmu dan pengetahuan di kamar sebelum dan sesudah memasuki Undead Tower. Lagipula, kamar di penginapan ini memang didesain untuk dapat menampung maksimum enam orang karena pihak penginapan menyediakan tiga unit kasur bertingkat untuk setiap kamarnya. Tidak jauh berbeda dengan kondisi kamar di asrama para siswa.
Untuk Arka dan Cyane? Mereka tidak menginap di penginapan. Untuk apa menginap di sana kalau mereka bisa teleportasi ke mansion kapanpun mereka mau?
***
"Waaaa! Seru juga, ya! Pelatih Arka emang beda! Saat yang lainnya berlatih di akademi, Pelatih Arka ngajak kita untuk latihan di dungeon! Ini pertama kalinya aku akan memasuki dungeon!" Felsy teriak kegirangan di kamarnya.
"Hehehe... Iya, ini juga pertama kalinya aku akan memasuki dungeon. Semoga monsternya nggak serem..." Anvily menanggapi.
"Aku juga baru pertama kali. Tapi aku harap monsternya cukup kuat supaya kemampuanku bisa meningkat."
"Quinta, kamu udah pernah ke dungeon?"
"Belum, Fel. Aku deg-degan ini."
"Aku pernah denger, katanya setiap party yang masuk hanya bisa maksimum lima orang. Sedangkan kita ada sembilan orang. Salah satu party harus masuk dengan empat orang dong?" Tanya Anvily kepada teman-temannya.
"Kalau melihat tujuan dari latihan ini, kemungkinan besok kita akan masuk per tiga orang. Karena latihan ini untuk persiapan turnamen. Pasti Pelatih Arka akan memerintahkan kita masuk sesuai tim yang sudah kita ajukan waktu itu." Jawab Halea menyampaikan hasil pemikirannya.
"Kalo kamu bilang gitu, mungkin juga. Tapi kita nggak tau apa yang ada di pikiran Pelatih Arka. Kita liat aja besok. Eh! Ada yang mau mandi bareng? Badanku lengket rasanya! Udah seminggu nggak mandi hahaha!" Ucap Felsy sambil mengambil handuk yang sudah disediakan oleh pihak penginapan.
"Mandiii! Aku juga mau mandi! Ketekku udah bau neraka!" Anvily mengikuti Felsy dengan wajah bersinar.
"Aku juga ikut..." Quinta menyusul.
Halea, masih sibuk mempersiapkan peralatan tempurnya. Sambil mengelap armor dan halberd-nya, ia berkata, "Kalian duluan. Masih ada yang ingin kulakukan sebelum mandi."
***
"Oi, Androa! Menurutmu, Pelatih nginap di sini juga, nggak?" Revon yang sedang membuka baju, bertanya kepada Androa yang juga sedang membuka baju di dekatnya.
"Mana kutahu!"
"Revon, apa lagi rencana iblis yang ada di otak kerdilmu itu?" Tanya Alex.
"Bah! Jangan sok suci kamu, Lex! Kalo aku kasih tau, pasti kamu bakal ngiler dan merengek pengen ikutan!"
"Menurutku, apapun yang kamu pikirkan sekarang, sebaiknya kamu urungkan saja." Logavi berbicara sambil membongkar isi ranselnya, tanpa melihat Revon.
"Kenapa emangnya?" Revon bingung.
"Tidak salah Pelatih memanggilmu otak udang. Kamu lupa? Terakhir kali kita mengintip asrama para gadis?"
Mendengar ucapan Logavi, seketika ekspresi Revon berubah gelap. Lalu tawa putus asa keluar dari mulut Revon. Tapi, beberapa detik kemudian, Revon kembali bersemangat.
"Fazar! Kamu kan anak baru. Ayo, ikut aku! Aku yakin Pelatih nggak akan tau! Kalopun dia tau, pasti dia nggak akan marah!" Revon mengalihkan target operasinya kepada Fazar yang tidak banyak bicara.
"E-eh? Aku? Memangnya kamu mau apa?" Tanya Fazar yang sedikit terkejut.
"Jangan dengarkan dia. Dia selalu nyusahin kita."
"Sudah, abaikan saja orang goblok ini kalau kamu tidak mau celaka..."
Androa dan Logavi memperingati Fazar. Mendengar itu, Revon langsung menepisnya.
"Udahlah! Mereka itu cuman penakut! Ayo, ikut aku! Kamu nggak akan nyesel!" Revon semakin gencar mengajak Fazar.
"Emm... Ok. Tapi apa?" Jawab Fazar karena merasa tidak enak menolak ajakan seniornya.
"Nahhh! Ini baru my man! Ayo, kita tinggalin aja mereka membusuk di kamar ini!"
Dengan itu, Revon dan Fazar pergi keluar kamar.
***
Malam menjelang. Sebagian besar Petualang Plat Iron, Copper, dan Silver sudah kembali dari Undead Tower beserta hasil jarahan mereka yang kemudian dijual ke penadah yang ada di desa ini. Lampu-lampu yang ditenagai oleh magic crystal mulai menerangi desa. Bagai butiran-butiran permata berkilauan, lampu-lampu itu menerangi seluruh jalanan dan bangunan.
Tempat yang awalnya merupakan camp penaklukan dungeon, seketika berubah menjadi dunia gemerlap di malam hari. Semua Petualang yang ada di desa ini keluar untuk mencari hiburan dan melepas penat. Alunan musik yang berbeda-beda terdengar di seluruh penjuru desa. Ya, semua restoran dan bar menyediakan live music untuk dinikmati oleh seluruh pelanggan mereka.
Semakin malam, bukannya menjadi semakin sepi, malah menjadi semakin meriah. Mendekati tengah malam, hiburan di desa ini menjadi semakin gila. Yang awalnya hanya restoran biasa, berubah menjadi tempat mabuk-mabukan. Pelacur-pelacur dengan pakaian sangat seksi mulai berkeliaran untuk mencari pelanggan. Sebagian dari mereka sudah berhasil menggaet para Petualang yang kantongnya tebal setelah meraup keuntungan dari Undead Tower, untuk dikuras habis di atas kasur.
Tempat ini bukan lagi desa yang berdiri di sekitar dungeon. Tapi praktis menjadi lokalisasi hiburan malam yang penuh gemerlap dan liar.
Arka yang tidak ingin melewatkan ini, juga ikut berpartisipasi menghadiri suguhan hiburan malam yang tak pernah ia ikuti sebelum ditransfer ke dunia ini. Arka, meskipun kuliah kedokteran, ia juga merupakan otaku garis keras. Bau bawang dari indomie yang sering ia makan sehari-haripun tidak jarang ikut menemaninya kuliah. Melengkapi statusnya sebagai wibu.
Dan untuk meningkatkan gengsinya, Arka membelikan mini dress untuk Cyane dan menyuruh Cyane mengenakannya. Hasilnya? Wanita super seksi dengan tubuh yang bernilai 9/10 menemaninya minum-minum di salah satu bar yang ada di Desa Undead Tower.
Tentu saja Cyane melompat kegirangan ketika Arka memintanya untuk menemani minum-minum. Cyane tak peduli dia harus memakai pakaian apapun asalkan dia bisa gelendotan menemani Arka semalaman. Bahkan, kalau Arka menyuruhnya untuk telanjang pun, ia akan dengan senang hati melucuti seluruh pakaiannya secepat kilat untuk sekedar dapat menemani Arka.
Ini adalah kencanku dengan Tuan Arka!
Begitu yang ada di pikiran Cyane.
Semua laki-laki di sekitar mereka melirik ke arah Arka dengan tatapan penuh iri dengki. Melihat seorang pria bertubuh kecil dengan dandanan yang super biasa saja dan sama sekali tidak terlihat kuat ataupun kaya, didampingi oleh wanita yang luar biasa cantik dan seksi dengan tubuh idaman setiap kaum Adam. Pria mana yang tidak iri? Bahkan para wanita yang melihat juga iri terhadap kecantikan dan keerotisan tubuh Cyane yang berbalut mini dress ketat.
"Eh, tunggu... Bukannya itu... Si Otak Udang dan Summoner bau kencur?" Gumam Arka sambil melihat dua orang siswanya sedang berjoget bersama para pelacur di bar sebelah sambil menikmati musik dan menenggak minuman keras di tangan mereka.
***BERSAMBUNG***