Keesokan harinya, seperti biasa Ayu memulai harinya dengan bangun jam 4 pagi, membereskan rumah, memasak sarapan plus menyiapkan bekal nanti siang, barulah jam setengah 6 bisa mempersiapkan diri ke sekolah dengan mandi dan salat subuh. Mandipun sekedarnya hanya cuci muka, sikat gigi dan gosok badan dengan sabun, 15 menit selesai. Mandi sorepun demikian, tak pernah ada waktu untuk luluran, maskeran dan berendam di bak mandi sambil dengarkan musik atau nyanyi didalam kamar mandi bagaikan sedang konser. Anak-anak seusianya yang ABG, walaupun bagi orang dewasa dianggap masih anak kecil namun mereka ingin dianggap dewasa, sehingga meniru perawatan tubuh ala wanita dewasa dari kakak dan ibunya, maka tak aneh semua teman Ayu melakukannya, kecuali Ayu sendiri.
Segera jam 6 berangkat sekolah. Apabila menaiki kendaraan pribadi membutuhkan waktu kurang dari sejam untuk sampai ke sekolahnya, namun Ayu pergi ke sekolah dengan naik angkutan umum yang kadang kala tak dapat diprediksi waktunya karena supir angkutan umum kadang-kadang ngetem lama mencari penumpang mobil, apabila sudah penuh barulah berangkat, apalagi ditambah dengan kemacetan di ibukota di pagi hari sehingga makin menambah lamanya waktu perjalanan.
Namun kadangkala cepat sampai ke tujuan gara-gara sang supir angkutan umum nyetirnya sangat ngebut bagaikan dikejar setan. Bagi penumpang anak muda sih tidak masalah malahan senang jadi tidak lama dijalan dan mempersingkat waktu tempuh perjalanan hingga sampai ke tempat tujuan, namun bagaimana dengan orang yang sudah tua? atau bagi orang yang patah tulang memakai tongkat kruk? atau orang yang sedang hamil tua? atau anak-anak kecil yang masih lemah? Sang supir tak memikirkan hal itu, baginya cari penumpang lebih penting, apabila mobilnya sudah penuh penumpang maka harus ngebut biar cepat sampai ke tujuan rute trayeknya, sehingga bisa mencari penumpang baru lagi jadinya sehari bisa bolak balik sebanyak mungkin, hasilnya pendapatan hari itupun banyak.
Yak benar saja hari itu angkutan umum yang Ayu naiki mengetem dulu sehingga perjalanan dijalan membutuhkan waktu lebih dari sejam. Untungnya ia sampai di sekolah 10 menit sebelum bel berbunyi sebagai pertanda masuk sekolah dan murid harus segera berada di dalam kelas. Ketika Ayu masuk kelas, teman sebangkunya sudah berada dikelas.
"Pagi Xin" sapa Ayu.
"Pagi juga Ayu. Eh tadi sebelum kamu datang, wali kelas kita mampir menanyakan kamu lho" kata Xinxin.
"Wali kelas? Belum pernah ketemu dan bu Nia gak ngasih tau siapa wali kelas kita, dia ngajar pelajaran apa?" tanya Ayu.
"Masa sih belum tau? Itu lho mister Josef yang ngajar bahasa Inggris" jawab Xinxin.
"Wow hebat donk sekolah ini ada guru bulenya kaya sekolah internasional aja. Atau jangan-jangan blasteran?" tanya Ayu.
"Bule tulen tau. Emangnya gak lihat nama-nama guru di jadwal pelajarannya dan foto tiap guru dipajang di ruang kepala sekolah. Kemarin kamu ke ruangan kepala sekolah kan?" tanya Xinxin.
"Emang foto guru-guru dipajang ya? Hehehe..gak liat aku. Habisnya kemarin cuma bentar di ruangan bu Nia biar gak telat masuk kelas" balas Ayu.
"Panggil kepala sekolah cuma bu Nia doang, tidak sopan tau" ketus Xinxin.
"Bu Nia terlalu muda dan cantik sih buat jadi kepala sekolah. Mungkin laki-laki disini ada yang jadi fansnya" kata Ayu.
"Iya sih masih muda dan banyak fansnya. Kamu tau aja infonya padahal baru kemarin masuk". kata Xinxin.
"Pak Baim yang ngasih tau infonya. Bahkan dia juga katanya seandainya saja usianya masih muda, bakalan jadi fansnya ibu juga lho" jawab Ayu.
"Gila.. pak Baim si penjaga sekolah? Usianya kan sudah 60 tahun, cucunya juga banyak. Sedangkan bu Nia usianya 44 tahun, dan masih single". kata Xinxin.
"Eh masa sih? yang bener bu Nia masih single? Janda kali" tebakan Ayu.
"Suer..masih single. Makanya badannya masih bagus gak melar gitu" jawab Xinxin.
"Masa sih LGBT?" gumaman Ayu dengan suara kecil yang menebak-nebak dengan ragu.
Xinxin yang mendengarnya berkomentar "Hush ngarang! Jangan Suudzon! Pamali tau".
"Wow Xin tau aja kata suudzon. Bukannya kamu itu non muslim" Ayu yang terheran-heran.
"Ya tau lah, hidup diantara masyarakat mayoritas muslim, otomatis jadi tau sedikit kata-kata yang sering digunakan. Kadang-kadang aku juga keceplosan bilang Alhamdulillah padahal maksudnya bersukur" jawab Xinxin.
"Pernah bilang syahadat belum?" usil Ayu.
"Hush ngaco" balas Xinxin dengan cemberut.
"hehehe..becanda non" balas Ayu dengan cengiran yang lebar.
Mereka asik mengobrol hingga lupa waktu dan tidak sadar guru sudah masuk. Tiba-tiba terdengar suara berdehem tenggorokan yang besar "ehem-ehem.. asik betul ngerumpinya" kata bu guru. Mereka berdua segera berhenti bicara dan duduk dengan tegap.
"Eh bu guru, maaf Bu. hehehe" jawab Ayu dengan malu tertangkap basah sedang asyik mengobrol.
"Lanjutkan saja ngerumpinya, sekalian di depan kelas ya" kata bu guru.
"Udahan kok bu guru Eli, silahkan dimulai pelajarannya" kata Xinxin .
"Ya sudah kalau begitu kamu anak baru maju ke depan dan gambar tentang sistem tata surya" suruh bu guru. Rupanya mata pelajaran kali ini mengenai fisika. Segera Ayu menggambar rotasi bumi dan planet lainnya yang mengelilingi matahari.
Tak terasa waktunya istirahat, pak guru Josef mampir ke kelas sewaktu Ayu dan Xinxin sedang membereskan buku dan peralatan tulis menulisnya. Pak guru Josef menghampiri meja mereka "Ini ya murid baru yang bernama Ayu?" tanya pak guru Josef dengan fasih berbahasa Indonesia namun lucu dengan logatnya yang cadel. Ayu yang mendengar pertanyaan itu segera menjawab "Iya pak, aku Ayu. Ada apa ya bapak mencari Ayu?".
"Kamu sudah tahu bahwa setiap murid diwajibkan untuk memilih ekstrakurikuler? Ekskul dapat menambah tambahan nilai. Jadi ini formulir biodata dan kegiatan ekskul apa yang diminati. Dan ini daftar ekskul yang ada di sekolah ini. Kamu isi formulir dan pilih ekskul apa yang ingin diikuti dari daftar ini" kata pak guru Josef sambil menyerahkan dua kertas yang tertuliskan formulir dan daftar ekskul sekolah.
"Boleh Ayu pikir-pikir dulu pak?" tanya Ayu.
"Oh tentu saja boleh. Bahkan boleh dibawa pulang. Formulirnya ditunggu sampai jumat. Minggu depan kamu sudah harus ikut kegiatan salah satu ekskul yang dipilih". kata pak guru Josef.
"Baik pak guru Josef, terima kasih atas pemberitahuannya". kata Ayu.
"Baiklah kalau begitu selamat beristirahat, semoga harimu menyenangkan" ujar pak guru Josef berpamitan.
Ayu dan Xinxin segera ke kantin. Diperjalanan Ayu membaca daftar ekskul sambil berjalan. Xinxin yang melihat Ayu fokus membaca, diam saja selama diperjalanan. Namun sampai kantinpun Ayu masih membaca daftar itu bahkan dengan dahi berkerut. Mereka duduk bersama Aminah dan Kirana lagi yang sedang makan, Aminah dan Kirana sengaja mengosongkan dua kursi di meja makan mereka untuk diduduki oleh Ayu dan Xinxin. Xinxin memesan makanannya dari kantin, sedangkan Ayu membuka kotak bekal makannya. Mereka berempat makan siang dalam diam, sibuk mengunyah makanan yang sedang mereka makan, namun tatapan Ayu berpindah-pindah antara melihat daftar ekskul sekolah yang ada di tangannya dengan melihat makanan bekal yang sedang dimakannya, sambil berfikir eksul apa yang akan diikuti.
Kirana yang daritadi kepo, akhirnya bertanya setelah ia menghabiskan makanannya "Kamu kenapa Yu? Daritadi ngeliatin kertas itu mulu. Apa sih isinya?".
"Ini formulir pendaftaran ekstrakurikuler sekolah. Pilihannya banyak jadi bingung nih" jawab Ayu.
"Hobimu apa? atau hal apa yang ingin kamu inginkan diluar? atau cita-citamu apa? Dari situ bisa menentukan ekskul apa yang cocok. Misalkan saya suka musik tradisional dan mengikuti acara keagamaan, jadi memilih ekskul Rohis dan angklung" timpal Aminah.
"Gitu ya? Hobiku membaca dan berkebun, hal lain yang diminati apa ya? masih bingung. kalau kalian apa?" tanya Ayu.
"Kalau aku ingin jadi dokter, seperti cita-cita ibuku yang ingin jadi dokter karena suka menolong orang lain, jadi mengikuti ekskul PMR". jawab Xinxin.
"Wow hebat sekali kau Xin. Kalau aku suka olahraga dan bersosialisasi jadi masuk ekskul basket dan jadi anggota OSIS" jawab Kirana.
Ayu yang mendengar hal itu jadi kaget. "bukannya pemain basket itu tinggi-tinggi ya?" tanya Ayu keheranan.
"Ih Ayu jahat deh.. Gini-gini juga shooting gue tuh jitu lho. Gue juga bisa lari cepet, pokoknya gak kalah dengan orang yang badannya tinggi. Lagian gue masih dalam masa pertumbuhan, jadi masih ada kemungkinan bisa tinggi lagi" jawab Kirana.
"Kira tuh orangnya optimis ya" komentar Ayu.
"Ya harus donk! Hidup itu harus optimis, jangan pesimis. Kalau kita berpikiran positif, maka ada semangat berjuang untuk meraih apa yang kita mau. Sedangkan kalau kita berpikiran negatif, maka kita akan kalah duluan sebelum berperang". ucap Kirana dengan berapi-api.
"Keajaiban dunia kali kalau elu berubah jadi tinggi" celetuk Aminah.
"Ah elu Ami juga jahat, percuma gue sobatan sama elu sejak TK. Bukannya ngebelain gue malah bikin gue down" Kirana cemberut mengerucutkan bibirnya yang tebal.
"iye deh sorry sobatku yang lucu menggemaskan. Udah deh tuh bibir jangan dimonyong-monyongin kaya orang pengen di cium aja. Minta dicium? Sini aku cium" Aminah yang usil mendekatkan badannya ke arah Kirana.
Kirana yang melihatnya segera berdiri dari tempat duduknya "Astagfirullah Ami becandanya jangan keterlaluan, disini kantin nanti gimana penilaian orang lain yang mengira kira lesbian. Mit amit jabang bayi, mimpi apa gue semalem?"
Kami bertiga serempak tertawa terbahak-bahak sampai perut sakit. Sedangkan Aminah tertawa hinga keluar air mata lalu berkata "Berarti di rumah boleh cium dong ya?"
"Ami..elu jahat " teriak Kirana lalu memukul ringan pundak Ami. Pukulan pertama mendarat di pundak Aminah namun pukulan selanjutnya tidak kena karena Aminah lari sambil tertawa yang disusul Kirana yang mengejarnya.
"Enak ya Kira dan Ami deket begitu jadi bikin iri" komentar Ayu.
"mereka kan temen dari dulu, selalu bersama rumahnya pun dekat. Jadi wajar begitu" timpal Xinxin.
"kamu Xin, punya sahabat? tanya Ayu.
"tidak" jawab singkat Xinxin.
"kenapa?" tanya Ayu.
"aku tidak butuh teman warga lokal" komentar Xinxin.
Ayu kaget atas kata-kata yang diucapkan oleh Xinxin. "Kenapa? Kan kamu tinggal disini. Sebagai orang asing yang numpang tinggal disini, bukannya itu sombong? Sebaiknya bergaul dengan masyarakat disini" saran Ayu.
"Kamu yang gak tau apa-apa sebaiknya diam aja dan urus masalahmu sendiri. Jangan campuri urusan orang lain". Xinxin marah dan bergegas keluar kantin tanpa menghabiskan makanannya.
"Xin tunggu!" Ayu bergegas membereskan makanan bekalnya lalu menyusul Xinxin dan kehilangan jejaknya. Ayu masuk ke kelas namun Xinxin tidak ada, entah kemana perginya. Ayu menyimpan kotak bekalnya di mejanya kemudian keluar kelas mencari Xinxin. Ayu mencari kemana-mana namun tidak menemukan Xinxin hingga akhirnya waktunya istirahat habis. Terpaksa Ayu masuk ke kelas dan ternyata Xinxin sudah berada dikelas.
"Xin maaf ya.." kata Ayu yang meminta maaf atas perkataannya yang kelewatan hingga Xinxin marah.
"Bukan salah kamu kok" Xinxin memaafkannya namun tidak menjelaskan penyebab kemarahannya itu. Pelajaran selanjutnya dimulai, mereka serius belajar dikelas. Dalam hati Xinxin merasa lega bahwa Ayu tidak menuntut penjelasannya karena ia belum siap menjelaskannya. Waktu sekolahpun akhirnya berakhir, Ayu pulang sendiri karena Xinxin berkata bahwa ia akan mengikuti kegiatan PMR dalam latihan penanganan bencana.
Sesampainya di rumah, Ayu segera membersihkan rumah seperti biasa. Malam harinya ketika bibi dan sepupunya pulang sehabis belanja, Ayu meminta izin untuk pulang lebih sore karena mengikuti ekskul di sekolahnya.
"Maaf bi Lisa, di sekolah ternyata siswanya diwajibkan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, jadi bolehkan Ayu mengikutinya?" tanya Ayu.
"Hah ekskul? Gaya banget sih. Ingat ya! Ekskul itu kegiatan bagi orang yang gak punya kerjaan. Sedangkan kerjaan kamu di rumah kan banyak, jadi gak usah ikut-ikutan ekskul segala" jawab bibinya.
"Tapi kan bi, kalau Ayu tidak ikut salah satu ekskul nanti berpengaruh dengan nilai" jawab Ayu.
"Nilai elu kan dari dulu selalu bagus, apa salahnya sih sesekali jelek. Biar ngerasain gimana rasanya jadi orang yang nilainya pas-pasan" timpal Liza sepupunya.
Ayu hanya terdiam tak dapat berkata apa-apa. Tiba-tiba zainal berkomentar "Ikut PMR aja, tapi jadi anggota pasif disaat upacara sekolah aja. Kegiatan lainnya di luar sekolah, bisa ko gak perlu diikuti, kasih aja alasan membantu orangtua berjualan di pasar. Ayu terdaftar anggota salah satu ekskul tapi tiap hari bisa pulang sorenya. Beres kan. Lagian jadi PMR tuh enak gak perlu kepanasan berdiri mengikuti kegiatan upacara di tengah lapangan yang panas".
"Oh begitu ya kak Zainal, makasih atas masukannya, Ayu akan masuk anggota PMR" tanggapan Ayu. Akhirnya sebelum tidur, Ayu menulis formulir menjadi anggota PMR, dan untungnya disana ada Xinxin yang bisa menemaninya mengikuti kegiatan tersebut.