Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 5 - Hari Pertama Ayu bersekolah SMP di Jakarta

Chapter 5 - Hari Pertama Ayu bersekolah SMP di Jakarta

Mereka berduapun keluar dari ruang kepala sekolah dan menuju ke kelas Ayu yang berada di kelas VIII A. Setibanya didepan kelas, penjaga sekolah mengetuk pintu kelas. Tok tok, bunyi ketukan pintu terdengar, penjaga sekolah langsung membuka pintu kelas, "Punten pak Cahyo maaf mengganggu. Ini ada murid pindahan yang dijadwalkan masuk ke kelas ini ya" sahut penjaga sekolah. "Oh iya ya saya lupa, murid pindahan mulai sekolah hari ini. Mari masuk. Terima kasih ya pak Baim sudah mengantarnya". jawab pak guru. "Sama-sama pak guru Cahyo, kalau begitu saya permisi dulu".

Dengan ragu dan malu dilihat oleh teman sekelas, Ayu masuk dengan langkah pelan dan berdiri disamping pak guru yang berada di depan kelas menghadap murid-murid didikannya.

"Nah adik-adik semuanya, mulai hari ini di kelas ini ada murid pindahan baru dari Bogor". Lalu pak guru menghadap Ayu dan berkata "Silahkan perkenalkan diri kepada teman-teman sekelas". Lalu Ayupun memberanikan diri berbicara di depan kelas "Perkenalkan namaku Eneng Ayu Duschenka dari Bogor, panggil aja Ayu. Hobi membaca dan berkebun. Senang berkenalan dengan teman-teman semua".

Sontak tanggapan teman sekelas gaduh, terutama anak laki-laki yang melihat ada teman baru dikelasnya yang blasteran, berparas cantik, berambut coklat panjang yang diikat ekor kuda, bermata coklat dan kulit kuning langsat yang disempurnakan dengan tinggi badan hingga 156 cm, termasuk murid perempuan paling tinggi jika dibandingkan dengan tinggi badan siswi sekelasnya yang kurang dari 150 cm dan disertai dengan pembawaan yang kalem sehingga terlihat dewasa dibandingkan anak seusianya.

"Perkenalan selanjutnya mengenai Ayu, silahkan bertanya pada saat jam istirahat. Silahkan Ayu duduk di kursi depan sudut ruangan sebangku dengan Xinxin" tutur pak guru. Murid yang guru maksud adalah seorang siswi keturunan tionghoa yang cantik, namun kecantikannya tertutup oleh kaca mata besar dan berponi panjang, sepertinya tipe murid yang rajin belajar, batin Ayu. Awalnya ia terkejut mendengar bahwa bangku di depan masih ada yang kosong, namun setelah melihat teman bangkunya, iapun mengerti, mungkin teman sebangkunya itu tidak pandai bergaul atau teman yang lain enggan berteman, entahlah tapi mungkin bisa cocok dengannya, ia di sekolahnya dulu juga tidak memiliki banyak teman akibat fitnahan dari Liza dan teman-teman perempuannya yang dulu pada iri dengan kecantikannya.

Ayu menghampiri Xinxin dan duduk disebelahnya, sebelum duduk berkata "Halo salam kenal, boleh kan saya duduk di sini?". "Iya duduk aja" jawab Xinxin dengan singkat. Ayu pun duduk.

"Nah sekarang lanjutkan LKS matematika halaman 25, kita bahas PR yang sudah bapak tugaskan minggu yang lalu". Murid-muridpun membuka LKSnya masing-masing dan membahas PR pelajaran matematika dengan memecahkan soal rumus dengan murid maju satu persatu ke depan kelas dan menuliskan di papan tulis, pak Cahyo yang merupakan guru matematika di kelas VIII tahun ajaran 2012, menjelaskan sekali lagi mengenai rumus yang jawabannya salah dari salah satu murid yang maju tersebut sehingga murid-murid lebih faham, materi pelajaran dilanjutkan membahas rumus selanjutnya.

Untung saja Ayu sudah lengkap membawa buku-buku teks beserta LKSnya disertai dengan buku catatan, pelajaran yang berlangsung sudah ia pahami karena kurikulumnya hampir sama dengan apa yang ia pelajari di sekolahnya dulu sehingga tidak tertinggal pelajaran. Pelajaran selanjutnya dilanjutkan dengan mata pelajaran Geografi dan dijeda dengan jam istirahat.

Saat jam istirahat, biasanya murid-murid segera keluar ruangan, namun hari itu sedikit berbeda dari biasanya. Mereka berkumpul mengelilingi murid pindahan yaitu Ayu, mereka penasaran akan asal usul Ayu yang pindah tidak saat ajaran baru terutama teman laki-lakinya. Ayu pun menjelaskan secara singkat seperti yang pernah diceritakannya kepada penjaga sekolah. Ia memilih berbohong daripada menjelaskan panjang lebar dan akan membuatnya sedih. Xinxin yang tidak terbiasa dikerumuni oleh teman sekelasnya, bergegas keluar kelas "Permisi, saya mau lewat". Ayu yang tidak suka menjadi bahan perhatian, menanggapinya "Eh Xinxin, aku ikut ke kantin donk. Salam kenal semuanya, maaf tadi pagi tidak sempat sarapan jadi sekarang kelaparan. Permisi".

Segera Ayu berlari kecil mengejar Xinxin keluar kelas. Di taman sekolah Ayu berkata "Huft untunglah Xinxin jadi penyelamatku, kalau aja kamu gak keluar kelas, aku bakalan terjebak dikelas lebih lama lagi, mungkin sampai habis waktu jam istirahat". Xinxin berkomentar "Sekarang sudah tidak ada teman sekelas kan, jadi kita berpisah disini saja". "Loh ko pisah sih, aku kan murid baru disini, kalau nyasar gimana?" ujar Ayu. Dengan berat hati, Xinxinpun menjawab "Baiklah, kamu boleh mengikutiku ke kantin". "Hore..Makasih ya. Oh iya sejak tadi kita duduk bersebelahan tapi lupa memperkenalkan diri. Perkenalkan namaku Ayu" kata Ayu. "Iya udah tau. Aku Xinxin. salam kenal juga" jawab Xinxin. "Nama lengkap Xinxin apa?" tanya Ayu. "Udah engga perlu tau nama lengkapku, cukup Xinxin saja" jawab Xinxin. Maka Ayu tidak mendesak jawabannya, mengetahui nama depan saja sudah cukup baginya.

Mereka berjalan menuju kantin. Sepanjang jalan mereka berpapasan dengan murid-murid kelas lain yang keluar kelas di saat jam istirahat dan menjadi pusat perhatian. Jarang ada murid asing bule atau blasteran yang bersekolah di sekolah negeri, makanya terasa aneh dan menonjol jika dibandingkan dengan murid lainnya yang merupakan anak pribumi. Sesampainya dikantin, Ayu berkata "Wow kantinnya ramai sekali, kita duduk disebelah sana ya, kebetulan tuh ada 2 kursi yang kosong. Aku tunggu disana, xinxin pesan aja duluan. Oh iya jangan pesan makanan buatku, nih udah bawa bekal". Ayu memperlihatkan tas bekal ditangan yang berisikan kotak makan siang dan botol minuman. "Oh daritadi yang dipegang kamu tuh bekal makan siang, ku kira apa. Ya sudah aku antri pesan makan dulu. Menu bekalnya kurang tidak? Nanti saya pesankan, gratis". komentar Xinxin. "Eh tidak usah, sudah lengkap ko. Makasih tawarannya. Duduk duluan ya, nanti takut keburu ditempatin yang lain" kata Ayu. "Ok deh" kata Xinxin.

Hmm.. walaupun Xinxin kelihatannya pendiam dan cuek tapi ternyata baik juga mau saja Ayu ikutin ke kantin. Dia pun menjelaskan lokasi sekolah seperti yang sudah dijelaskan oleh penjaga sekolah tadi pagi dan menawarkan makan di kantin. Coba saja kacamatanya dibuka dan poninya jangan panjang menutupi mata, kecantikannya pasti terlihat menonjol apalagi ia keturunan tionghoa yang berkulit putih mulus, bermata sipit dan bertubuh mungil. Pasti menjadi idola sekolah. Apakah ia tahu potensi kelebihan fisiknya itu? Batin Ayu selama berjalan menuju ke kursi kantin yang kosong yang berada diantara kerumunan murid-murid yang sedang duduk menikmati makan siangnya.

Ini pertama kalinya Ayu makan dikantin yang murid-muridnya membeli jajanan dan makan siang sendiri. Dulu disekolah lamanya, menu makan siang sudah disiapkan oleh kantin sekolah yang menunya sudah ditentukan oleh kantin seusai dengan anjuran gizi yang baik. Namun menurutnya dikantin ini lebih baik walaupun menunya tidak sesuai dengan ahli gizi namun kita dapat memilih menu makanan sesuai dengan suasana hati dan seleranya masing-masing.

Setelah Xinxin memesan makanan, ia duduk di depan Ayu. Meja mereka berbarengan dengan murid lainnya yang sedang makan. Xinxin memberikan jeruk kepada Ayu dan berkomentar "Jangan karbohidrat, sayuran dan protein aja yang dimakan. Buah juga bagus buat tubuh". "Makasih" sahut Ayu. Tak berapa lama mie ayam bakso pesanan Xinxin datang, Ayu pun membalas komentar "Jangan karbohidrat dan buah aja yang dimakan, protein dan sayuran juga bagus buat tubuh". Kamipun sontak tertawa bersama. Dua murid dimeja mereka yang sedang makan, berhenti dari kegiatan mengunyahnya setelah mendengar tertawaan mereka.

Dua murid perempuan tersebut berasal dari kelas sebelah yaitu VIII B yang bernama Aminah dan Kirana. Aminah berasal dari keturunan Minang, berhijab, berkulit kuning cerah, hidung mancung dan bibir tipis dengan tinggi badan termasuk tinggi, sedangkan Kirana bertubuh gemuk dengan tinggi sedang, berkulit kecoklatan dan berambut hitam pendek. Mereka merupakan teman sejak kecil yang letak rumahnya berdekatan dan selalu bersekolah bersama-sama walaupun berbeda suku ras. Walaupun secara fisik Kirana kurang cantik jika dibandingkan dengan Aminah, namun fisiknya tersebut tidak membuatnya sedih karena sifatnya yang ceria, menyenangkan dan tomboy sehingga banyak berteman dengan siapa saja.

Kirana berkata "Kalian menertawakan apa? Kelihatannya asik, sorry gue sibuk makan jadi gak merhatiin sekitar". "Ah maaf, tawa kami berisik ya. Kami juga tidak menertawakan orang disini ko, takut salah paham" jawab Ayu. "Bukan itu maksud gue, sepertinya obrolannya menarik sampai tertawa lepas bersama dalam waktu bersamaan" timpal Kirana. "Ah elu Kira kepo aja, udah gak usah ladenin dia. Ngomong-ngomong kamu anak baru ya? Baru pertama kali liat. Kenalin Aminah dan orang yang kepo tadi namanya Kirana, kami kelas VIII B" kata Aminah. Akhirnya kamipun saling berkenalan, mereka murid perempuan yang tidak merasa terancam akan kecantikan Ayu sehingga mereka nantinya akan bersahabat hingga dewasa kelak.