Chereads / Terjerat Kawin Kontrak / Chapter 4 - Kembalinya Ayu ke Rumah Lama

Chapter 4 - Kembalinya Ayu ke Rumah Lama

Dua Bulan kemudian, surat-surat perpindahan sekolah Ayu, Liza dan Zainal pun selesai. Ayu bersekolah di sekolah negeri SMP favorit di kawasan Jakarta Timur yaitu di SMP Negeri 49 Jakarta Timur kelas VIII, dan Liza sekolah swasta di SMP Labschool Jakarta yang berlokasi di Rawamangun Jakarta Timur, sedangkan Zainal kuliah di Universitas Trisakti jurusan Arsitektur semester 6. Mereka masuk sekolah hampir dipertengahan tahun ajaran, sehingga orang-orang merasa janggal mereka pindah bukan pada tahun ajaran baru.

Hari pertama dimulainya sekolah, Ayu bangun subuh-subuh jam 04.00 WIB untuk beres-beres rumah dan menyiapkan sarapan untuk semuanya. Beginilah kegiatan yang dimulai Ayu pada pagi hari semenjak pindah ke rumahnya di komplek Pulo Mas Residence yang merupakan kawasan elit di Jakarta Timur. Dahulu dirumah ini, ibunya mempekerjakan 6 orang pekerja dengan tugasnya masing-masing, untuk beres-beres rumah sebanyak 2 orang, seorang koki, 2 orang supir dan seorang tukang kebun. Sekarang bibinya hanya mempekerjakan 2 orang saja yaitu seorang ditugaskan untuk bersih-bersih rumah dan memasak, sedangkan seorang lagi sebagai supir sekaligus tukang kebun.

Ayu disuruh bibinya untuk memasak dan bersih-bersih rumah sekaligus tukang kebun yang rumahnya termasuk besar dengan luas bangunan rumah utama berlantai 2 seluas 580 m, beserta rumah pekerja berlantai 2 seluas 160 m, dengan luas tanah keseluruhan sebesar 0,12 Ha. Rumah utama terdiri dari 1 kamar tidur utama, 5 kamar tidur anak-anak dan 2 kamar tidur tamu, 8 kamar mandi, 1 ruang fitness, 1 dapur, 2 ruang makan (besar dan kecil), 2 ruang tv (atas dan bawah), dan 1 ruang tamu dalam serta 1 ruang tamu luar. Samping rumah utama berdiri rumah khusus pekerja terdiri dari lantai dasar sebagai garasi mobil yang menampung 6 mobil dan 2 motor, dan lantai atas terdiri dari 5 kamar tidur masing-masing untuk pegawai yang dulu dihuni salah satunya sepasang suami istri, 1 dapur, 1 ruang makan dan 1 ruang tv. Halaman depan rumah terdapat taman bunga, dan kolam ikan dengan air mancur, sedangkan di belakang rumah terdapat 1 kolam renang yang mengelilingi gazebo dengan 2 jembatan penyebrangan yang menyebrangi kolam renang tersebut, 1 ruang olahraga terbuka (dulu untuk bermain basket bagi ayah dan kakak laki-laki Ayu, yoga bagi Ibu dan senam zumba bagi kakak perempuannya), serta kebun yang ditumbuhi oleh berbagai pohon buah, diantaranya pohon mangga, pohon jambu batu, pohon rambutan dan pohon belimbing serta rumput hijau sepanjang area kebun. Rumah yang cantik dan teduh dengan berbagai tanaman yang sangat jarang ditemui di daerah perkotaan. Jadi bisa dibayangkan kan bagaimana capenya membersihkan rumah sebesar ini.

Kegiatan pada pagi hari itu, agak sedikit berbeda. Hari itu Ayu mulai bersekolah sehingga ia sedikit terbebas dari pagi hingga sore hari dari pengawasan bibi dan sepupunya di rumah yang memperlakukan Ayu bagaikan pegawai di rumahnya sendiri, sedangkan mereka bagaikan majikannya, ironis bukan? Awalnya ia protes atas perlakuan mereka, namun ia tidak memiliki handphone dan telepon rumahnya yang dulu sudah dicabut oleh pihak telkom karena bertahun-tahun rumah tersebut tak berpenghuni, ia pun tidak memiliki nomor telepon dan alamat pengacara yang sudah dipercaya pamannya untuk mengurus harta warisan dari paman dan ayah ibunya itu karena bibinya tidak memperbolehkannya menghubungi pengacara tersebut sehingga tak ada tempat pengaduan bagi Ayu atas ketidakadilan yang dilakukan oleh bibinya itu.

Untuk pertama kalinya Ayu merasa senang bersekolah, selain berpisah sekolah dengan Liza sehingga tidak di bully lagi oleh Liza beserta gengnya, ia juga merasa terbebas dari pengawasan dan perintah bibinya dirumah. Ketika pertama kalinya Ayu masuk sekolah, ia bingung arah jalan ke sekolahnya. Pengurusan kepindahan sekolah diurus oleh pengacaranya, ia pun tidak memiliki hp sehingga tidak ada petunjuk arah dari bang gugel map, dan pertama kalinya ia berangkat sendiri dari rumah tanpa ada Liza yang mengikutinya. Dengan modal nekad dan bertanya kepada orang-orang yang ditemuinya dijalan, akhirnya Ayu tiba disekolah.

Hampir saja ia terlambat masuk sekolah gara-gara ia pergi naik angkutan umum, padahal dirumahnya kendaraan tak terpakai dan ada supir di rumah namun supir itu khusus dipakai oleh bibi dan sepupunya saja, sedangkan ia tidak diperbolehkan memakai kendaraannya sendiri. Saat itu usianya 13 tahun, mana mungkin boleh menyetir kendaraan roda 4, kendaraan roda 2 pun dalam hukum tidak diperbolehkan karena belum cukup usia dalam mengendarai kendaraan. Ia pun tidak diajarkan oleh bibinya untuk belajar menyetir, baik mobil, motor maupun sepeda. Seandainya diperbolehkan belajarpun, ia tidak sanggup untuk membeli bensin karena bibinya memberikan uang pas-pasan untuk ongkos naik angkutan umum saja, uang jajanpun tak cukup untuk makan siang. Sehingga ia membawa bekal makan siang dari rumah yang sudah disiapkannya pada pagi hari sebelum berangkat sekolah.

Setibanya di sekolah bersamaan dengan bunyi bel masuk sekolah. Penjaga keamanan segera menutup gerbang, untungnya ia sudah melewati gerbang sehingga tak terlambat masuk sekolah. Ia bertanya kepada penjaga sekolah "Permisi pak, saya murid baru, mau bertanya dimana letak ruang kepala sekolah?". Penjaga sekolah menjawab "Oh Adek murid baru? Ko aneh ya masuk di waktu pertengahan tahun ajaran". Dengan enggan ia pun menjawab "iya pak, saya pindahan dari Bogor. Ayah saya baru saja meninggal, jadi saya pindah ke kerabat disini". Ia sengaja berbohong, karena sulit menceritakan riwayat kehidupannya kepada orang yang baru ditemui dan pamannya memang sudah ia anggap sebagai ayahnya ke 2.

"Kasihan sekali kamu dek, sini bapak antar adek ke ruang kepala sekolah". Kemudian mereka pun berjalan menuju ruang kepala sekolah. Selama diperjalanan, penjaga sekolah memberitahu kawasan sekolah itu supaya Ayu tidak tersesat dan penjaga sekolah merasa iba akan nasib Ayu yang yatim piatu diusia dini sehingga baik kepadanya.

Setibanya di ruang kepala sekolah, "Nah ini dia ruang kepala sekolah, sekarang bu Nia yang menjabat sebagai kepala sekolah, sama-sama masih baru kaya dek Ayu, baru sebulan menjabat. Masih muda, baik hati dan cantik lagi, makanya banyak fansnya. Kalau aja bapak masih muda dan kaya, pasti bapak juga gak mau kalah jadi pengagumnya". Mendengar hal itu, saya pun merasa geli sendiri "Hah fans? Kaya artis aja. Ingat umur pak". "Dek Ayu belum lihat paras cantiknya sih kepala sekolah disini, nanti juga lihat dan nilai sendiri" jawab pak penjaga dengan sewot.

Setau Ayu, kepala sekolah biasanya berusia sudah tua dengan pengalaman mengajar berpuluh-puluh tahun, jadi mana mungkin usia kepala sekolah masih muda. Namun ketika ia melihat sendiri, barulah mengerti mengapa penjaga sekolah mengatakan bahwa kepala sekolah seorang wanita cantik, memang rupawan paras wajah kepala sekolah yang tergolong cantik untuk wanita seusianya yang berusia kira-kira 45 tahun yang mengenakan pakaian seragam PNS dan berhijab. Nada bicaranya pun lemah lembut.

Tok-tok, bunyi pintu diketuk. "Masuk" seruan ibu kepala sekolah. Maka Ayu dan penjaga sekolahpun masuk ruangannya. Ibu kepala sekolah segera berdiri dan menyambut kami "Mari silahkan duduk. Pasti ini Eneng Ayu kan? Ibu sudah bertemu pengacara Ayu, ibu turut berduka cita atas meninggalnya anggota keluarga Ayu. Semoga almarhum di terima amal ibadahnya dan Ayu tabah menerimanya, ini salah satu bentuk cobaan dari Tuhan YME. Kalau ada sesuatu yang ibu bisa bantu, jangan sungkan ya beritahu ibu!". Entah kenapa perkataan ibu kepala sekolah terdengar tulus dan bukan kata-kata manis belaka. Ayu merasa senang, "iya terima kasih Bu. Ayu sudah tidak apa-apa kok" jawabnya.

Ibu kepala sekolah menengok jam dinding yang terpasang di atas dinding. "Waduh sudah jam segini, ngobrolnya dilanjut nanti ya, sekarang waktunya jam pelajaran dimulai. Masuklah ke kelas, guru yang bersangkutan sudah mengetahui akan kedatangan Ayu dan di kelaspun sudah disediakan bangku kosong untuk Ayu. Ayu sudah tahu kan jadwal pelajarannya? Minggu kemarin saya sudah menyerahkan jadwal pelajaran, dan seragam olahraganya ke pengacara. Nanti pak Baim yang akan memberitahu lokasi seluruh wilayah sekolah ini" kata bu kepala sekolah kepada Ayu, lalu beralih ke penjaga sekolah "Pak Baim, tolong antar neng Ayu ke kelasnya dan tolong beri tahu juga secara keseluruhan lokasi sekolah ini ya!". "Baik bu, tadi juga sebelum kemari, bapak sudah memberitahu sebagian kawasan sekolah ini" jawab penjaga sekolah.