Torak yang mendengar hal tersebut, menggeram dengan kesal atas pernyataan Belinda yang tidak menghormatinya. "Dia adalah pasanganku."
Dengan konfirmasi itu, Belinda terkesiap, terkejut, dia menutup mulutnya dengan dramatic seraya matanya yang serupa almond melebar.
"Kamu tahu siapa dia?" Belinda bertanya pada Torak dengan tidak percaya. "Dia adalah seorang Angel."
Raine mengintip melalui bulu matanya yang panjang dan menelengkan kepalanya dengan penasaran. Tangan Torak masih di pinggangnya sementara tangannya yang lain mengusap rambutnya dengan lembut.
"Aku tahu Belinda," Torak menjawab dengan tegas dan melihat pada Raine yang masih menatap padanya, matanya yang hitam bersinar dengan pertanyaan.
Di beberapa hari terakhir ini, karena kebanyak waktu Torak di habiskan dengan dirinya, Torak menyadari satu hal; Raine penuh dengan rasa penasaran.
Gadis ini akan bertanya apapun apabila dia telah terbiasa dengan orang tersebut dan untuk saat ini salah satu orang tersebut adalah Torak.
Raine pasti akan menjadi gadis yang mudah bergaul kalau saja bukan karena trauma yang menyebabkannya tidak ingin berbicara.
Dokter sudah memeriksa Rained an mereka mengatakan, dia sebenarnya baik- baik saja, maka dari itu ketidakmampuannya dalam berbicara adalah karena trauma yang di alaminya.
Apabila dia sudah bisa melewati rasa takutnya tersebut, Raine akan bisa mulai bicara kembali dan Torak sangat tertarik untuk mendengar suara Raine yang merdu.
"Apa maksudmu dengan mengatakan kalau dia adalah Angel?" Raphael, yang daritadi terdiam akhirnya bicara, dia mengerutkan keningnya dan memicingkan matanya ke arah Raine. "Seorang Angel?" dia mengulanginya lagi.
"Ayo kita bicara mengenai hal ini di ruangan pribadiku," Torak berkata dengan nada yang kaku. "My love, aku perlu berbicara dengan mereka, bagaimana kalau kamu menunggu di kamar?"
Raine melihat Torak da ketiga orang lainnya, kemudian menggelengkan kepalanya.
"Perpustakaan?" Torak bertanya lagi dan Raine mengangguk sambil memberikannya senyum samar. "Baiklah, aku akan menemanimu ke perputakaan."
Torak melepaskan pinggang Raine dan lalu menggenggam tangannya sambil berjalan menuju perpustakaan.
Ketika Torak dan Raine sudah agak jauh dari ketiga orang tersebut, Belinda merapat, mendekati Calleb seraya dia berbisik sesuatu ke telinganya. "My love?" dia mempertanyakan cara Torak memanggil Raine.
Panggilan ini sangatlah aneh kalau datangnya dari bibir Torak, tapi pada saat yang bersamaan terdengar sangat tulus, tanpa sungkan- sungkan menunjukkan kasih sayang yang Torak miliki untuk Raine.
"Aku tahu," Calleb berbisik kembali. "Aku tidak tahu kalau dia bisa memiliki sisi romantis juga."
"Kalian berdua sebaiknya berada di ruangan pribadi Torak sebelum dia menangkap kalian bergosip mengenai dirinya." Raphael menyarankan, dirinya sendiri telah berjalan menuju ruangan tersebut.
==============
Torak mendudukkan Raine di sofa yang nyaman dan menuangkan segelas susu dari kulkas, kemudian dia meletakkan gelas tersebut di meja terdekat sebelum akhirnya sang Alpha berjongkok di hadapan Raine.
"Apakah tidak apa- apa kalau kamu kutinggalkan sendirian disini? Atau kamu mau kupanggilkan seseorang untuk menemanimu?" Torak bertanya dengan penuh perhatian.
Torak yakin kalau Belphegor atau makhluk- makhluk lainnya tidak akan berhasil meraih mereka disini, terutama karena Belinda telah kembali, tapi karena Torak harus berbicara pada sang Beta dan Gamma, Raine harus sendirian untuk sementara waktu.
Gadis itu menggelengkan kepalanya, menolak. Dia tidak ingin bertemu dengan orang asing.
"Baiklah. Apakah tidak apa- apa kalau kamu kutinggalkan sendirian?"
Raine mengangguk sebagai jawaban dan menunjukkan buku di tangannya, mengindikasikan kalau dia akan membaca sementara menunggu.
"Okay, aku akan meninggalkanmu sekarang kalau begitu." Torak berdiri dan mencium kening Raine sebelum dia berjalan keluar dari perpustakaan.
Di lantai Sembilan, lantai yang di dedikasikan untuk Torak, selain dari kamar tidur mereka yang berada di ujung akhir koridor, ada tiga kamar lainnya. Salah satunya adalah ruangan pribadi Torak yang berada tepat di seberang perpustakaan ini dan kamar lainnya ada di samping lift, Raine masih belum tahu ada apa di kamar terakhir itu.
Raine kemudian membaca bukunya dengan patuh untuk beberapa menit setelah dia mendengar suara pintu di seberang koridor tertutup.
Saat Raine sudah yakin kalau Torak dan orang- orang lainnya telah berada di ruangan pribadi Torak, dia bergegas menyeberangi ruang perpustakaan itu dan membuka pintunya dengan hati- hati.
Gadis yang penasaran ini sangat ingin tahu apa yang mereka sedang bicarakan, dia hampir yakin kalau mereka akan membicarakan mengenai dirinya, tapi kenyataan Torak tidak ingin melibatkan dirinya dalam pembicaraan ini membuat Raine semakin penasaran.
Sesaat kemudian, Raine sudah menempelkan telinganya ke pintu kayu ruangan Torak, mencoba untuk mendengarkan pembicaraan di dalam.