Chereads / Cinta Sang Monster / Chapter 47 - MEREKA SEPERTI MATI

Chapter 47 - MEREKA SEPERTI MATI

Penjara dimana mereka menahan Jenedieth berjarak satu jam dari desa Raven.

Torak membawa Calleb dan sepuluh petarung bersamanya. Dia meninggalkan Raphael untuk menjaga Raine karena sang Beta adalah yang terkuat dan salah satu Lycan yang paling dia percayai.

Sebenarnya, Torak tidak ingin meninggalkan Raine, tapi penjara bukanlah tempat yang baik bagi Raine untuk memulai therapinya.

Dalam kasus ini, hal ini hanya akan membuatnya terlihat lebih buruk. Raine memaksa untuk mengantarkan Torak, maka dari itu dia datang ke garasi di basement.

"Aku akan meninggalkanmu bersama dengan Raphael dan kembali secepat yang aku bisa, okay?" Torak menangkupkan wajah Raine diantara kedua tangannya dengan hati- hati dan mencium ujung hidung Raine.

Gadis itu menutup mata dan merasakan sensasi yang terasa setelah kecupan singkat tersebut, Raine sangat menyukainya.

"Kalau kamu ingin pergi ke suatu tempat, Belinda akan menemanimu." Torak melirik pada Belinda, yang sedang berdiri di belakang Raine.

Torak tidak ingin Raine merasa terkurung di dalam mansion dalam kurun waktu yang lama. Ini juga merupakan tempat tinggalnya dan Torak ingin Raine untuk membiasakan diri berada disini.

Sebenarnya, Torak ingin menemani Raine berjalan- jalan hari ini, tapi dengan datangnya kabar ini di pagi ini, Torak harus melihat apa yang sebenarnya terjadi di penjara. Bagaimana bisa Jenedieth melarikan diri?

Raine mengikuti tatapan Torak dan melihat Belinda yang tengah tersenyum dengan hangat padanya, Raine mengangguk dan memberikans sebuah senyum samar pada wanita paruh baya itu.

Suara deru mesin mobil terdengar dari arah belakang Torak yang merupakan tanda bahwa Torak harus segera pergi.

"Jaga dia," Torak berkata pada Raphael sambil memberikan sebuah pelukan singkat pada Raine dan meninggalkannya bersama dengan enam mobil lain yang telah menunggu.

Belinda menepuk tangannya setelah mobil terakhir tidak lagi dapat terlihat. "Baiklah! Raine, bagaimana kalau kita berjalan- jalan sebentar di sekitar mansion?" Dia menyarankan dengan semangat, antusiasme terpancar dari dirinya.

"Raine, kamu mau berjalan- jalan?" Raphael bertanya padanya, memastikan kalau Raine tidak merasa tertekan dengan undangan Belinda. "Kalau kamu tidak mau, kita bisa kembali ke kamar."

"Tidak mungkin, apa bagusnya kembali ke kamar?" Belinda menggerutu seperti anak berumur Sembilan tahu, menatap Raine dengan penuh semangat. "Kita telah membahas hal ini kemarin, anak muda."

Belinda melangkah maju, tapi Raphael menghalangi dengan menempatkan Raine di balik tubuhnya. "Dan kamu setuju untuk tidak memaksakan apapun padanya yang dia tidak inginkan." Suaranya terdengar sangat tegas dan hampir seperti Torak.

Belinda tidak bereaksi dengan impulsif seperti kemarin seperti saat dia menghadapi Calleb, sikapnya jauh lebih hormat pada sang Beta ketika dia melangkah mundur.

"Apa kamu mau pergi bersama dengan Belinda?" Raphael membalikkan badannya dan bertanya pada Raine.

Raine kemudian menatap Belinda yang sedang tersenyum sangat lebar padanya, mencoba untuk membuktikan kalau dia tidak berniat menyakitinya sama sekali.

Pertemuan pertama mereka memang sedikit kurang menyenangkan ketika Belinda mencoba untuk mencekik Calleb dan pemandangan tersebut masih tertanam di dalam ingatan Raine.

Namun, melihat wanita paruh baya ini sekali lagi, dia tidak semengerikan kemarin. Apalagi, Raphael akan bersamanya juga, jadi Raine pikir segalanya akan baik- baik saja.

Perlahan, Raine menganggukkan kepalanya dan menunjuk ke suatu tempat di balik punggung Belinda.

"Kenapa? Ada apa?" Belinda membalikkan kepalanya untuk melihat kebelakang, tapi dia hanya melihat pintu yang menuju ke dalam mansion. "Ada apa denganku?" dia bertanya dengan bingung, tidak begitu mengerti apa yang yang Raine inginkan dengan menunjuknya.

"Kamu ingin pergi ke padang rumput?" Raphael cepat tanggap akan apa yang Raine tidak bisa katakan.

Raine mengangguk lagi.

Arah menuju padang rumput memang tepat berada di balik punggung Belinda.

"Oh," wanita paruh baya itu memukul kepalanya sendiri setelah mengerti. "Aku tidak berpikir mengenai itu, kalau begitu, ayo kita pergi ke padang rumput!" dia berkata dengan antusias.

==============

Kamuflase dari penjara ini merupakan sebuah rumah tua yang sudah tidak ditinggali dengan dua lantai yang memiliki gaya abad pertengahan dan batu bata merah sebagai fondasinya.

Walaupun dengan tinggi dinding batu yang mengelilingi area tersebut, kata- kata 'Properti Pribadi' menggantung di gerbang baja di pintu masuk untuk mencegah orang- orang yang penasaran dan makhluk- makhluk tidak di undang, menarabas tempat ini.

Namun sepertinya semua tindakan pencegahan ini tidak berarti apapun pada pihak yang telah datang semalam.

Seorang pria muda memimpin jalan bagi Torak dan sang Gamma ke lantai dua sementara kesepulung Lycan berjaga- jaga di luar rumah.

"Jimmy, apakah kamu yakin kalau tidak ada tanda- tanda masuk dengan paksaan?" Calleb bertanya kepada Jimmy yang tengah mengantarkan mereka.

"Tidak. Ini hampir seperti pihak penyusup hanya berjalan masuk dan keluar tanpa seorang pun mencoba untuk menghentikan mereka," Jimmy menjawab. Rasa lelah sangat terlihat dari wajahnya. "Tapi, penjaga yang berjaga semalam, entah kenapa berakhir seperti ini…"

Dengan kata- kata itu, Jimmy membuka pintu ke arah ruangan lain di lantai dua ini, ruangan kedua ini seperti sebuah ruangan rumah sakit dengan dua baris ranjang di kedua sisinya.

Ada sekitar dua puluh tempat tidur dan kesemuanya penuh. Di setiap tempat tidur, terbaring pria- pria yang seolah tak bernyawa dengan mata yang terbuka sedikit dan pandangan yang kabur.

Wajah mereka sangat pucat dan tidak menampilkan ekspresi apapun.

"Apa yang terjadi pada mereka?!" Calleb berseru ketika dia menghampiri ranjang terdekat.

Disana berbaring seorang pemuda dengan rambut cokelat keriting, menatap dengan sorot mata yang kosong. Calleb melambaikan tangannya di depan mata sang pemuda tapi tidak ada reaksi apapun. Bahkan ketika Calleb menunjuk pipinya, kepala pemuda itu hanya berpaling ke sisi lain dan masih tidak ada respon apapun.

"Saya tidak tahu. Shift pagi menemukan mereka sudah seperti ini. Hanya setelah kami meletakkan para shift malam disini, kami menyadari kalau penjara tempat Jendieth ditahan telah terbuka dan dia tidak bisa ditemukan dimanapun." Jimmy menjelaskan.

"Bagaimana mereka bisa berakhir seperti ini?" Calleb bergumam, tangannya mengepal dengan sangat erat. Walaupun ini adalah pertama kalinya dia melihat mereka, tapi mereka adalah satu Kawanan dan hal ini membuat Calleb gusar dengan fakta bahwa ada seseorang yang bermain- main dengan mereka.

"Succubus," Torak berkata dengan suara yang jernih. Tatapannya terfokus pada matta orang yang berbaring tepat di hadapannya.

"Succubus?" Calleb dan Jimmy mengulanginya secara bersamaan. Alis mata mereka bertaut sementara hidung mereka mengerut dengan ekspresi wajah yang menunjukkan kebencian.

Kalau ini adalah succubus, maka orang- orang ini sama saja seperti telah mati.