Chereads / I beg You.. Please Love me!! / Chapter 21 - Chap 21

Chapter 21 - Chap 21

Memikirkan perkataan Reyhan tentang Nada berhasil menarik seluruh perhatian Devian sepanjang hari ini. Ia bahkan tidak bisa fokus dengan pekerjaannya dan memilih pulang kerumah untuk mengistirahatkan dirinya lebih awal dari biasanya ia pulang. Jika biasanya Devian pulang tengah malam, maka hari ini ia sudah dirumah tepat pukul 7. Sialan memang Reyhan, kenapa dia membuat Devian menambah beban pikiran saja?

Kakinya menapaki marmer cream rumahnya, tujuannya langsung menuju kamar, tapi bau harum masakan membuatnya terhenti sesaat lalu beralih menuju sumber bau itu berasal. Seketika keningnya mengerut melihat Nada yang termangu menatap masakan dihadapannya, ia terlalu fokus hingga tidak menyadari Devian tengah berdiri dihadapan sana sembari berkacak pinggang. Sedang apa dia? Devian penasaran dengan apa yang ada didalam kepala cantiknya yang sudah Devian akui.

Sama-sama terhanyut dalam keheningan, Nada yang lebih dulu menoleh dan sontak memekik karena kaget akan kehadiran Devian "Akh!! Ayam bodoh!"

"Ayam bodoh?" Nada membeliak, tangannya refleks menutup mulutnya. Dia tidak bermaksud berbicara seperti itu, semuanya karena spontanitas akan keterkejutan, dan sorot mata yang menuntut dihadapannya membuat Nada buru-buru mengucapkan maaf.

"De-devian maaf aku tidak bermaksud" Sahutnya tergagap, apakah Devian akan marah padanya? Sungguh Nada tidak sengaja melakukannya. Mendengar helaan nafas yang keluar dari bibir Devian, membuat Nada semakin takut lalu beringsut mundur selangkah. Ia takut Devian memarahinya.

"Apa yang kau lakukan?" Devian rupanya mengabaikan permintaan maaf Nada juga masalah yang baru saja terjadi, tapi syukurlah setidaknya Nada tidak mendapat omelan darinya.

"Aku? Ah.. aku ingin merapikan ini semua" jelasnya seraya menunjuk makanan dihadapannya, namun meskipun telah mendapati jawabannya agaknya Devian kurang puas dengan jawaban Nada. Ia kemudian mendekati perempuan itu"Kenapa dirapikan? Bukankah ini jam makan malam? Kulihat ini belum tersentuh sama sekali" Nada menundukkan kepalanya "Aku tidak sanggup menghabiskannya. Ini terlalu banyak"

"Kalau tidak makan banyak kenapa masak sebanyak ini? Apa ini kebiasanmu setiap hari? Membuang-buang makanan?"

Nada mulai gelisah, sebenarnya ia memang tidak bermaksud membuang-buang makanan, tapi hari ini ibu Devian datang, mengajak Nada ke supermarket kemudian membuatkan makan malam untuk mereka, niatnya Tetia juga berencana makan malam disini tapi karena tiba-tiba saja ada sesuatu yang harus diurus, Tetia tidak jadi makan malam bersama dan menyuruh Nada untuk makan malam berdua saja dengan suaminya.

Tapi justru karena itu, tadi ia jadi kebingungan sendiri, harus berbuat apa dengan makanan ini sebab Devian tidak pernah pulang cepat dan makan masakan Nada, pria itu selalu pulang dengan perut yang sudah terisi. Membuat Nada selalu menghabiskan sendiri jatah suaminya. Hal itu juga yang membuatnya terkejut bukan main saat mendapati Devian dihadapannya pukul segini.

"Tadi ibu datang dan berencana untuk makan makan bersama. Jadilah aku memasak ini semua. Tapi tiba-tiba saja ibu mendapat panggilan dan setelahnya pulang tanpa sempat makan dulu."

"Lalu kau ingin membuangnya?"

"Tidak!" Nada mengibaskan kedua tangannya diudara "Biasanya aku membagikannya pada orang lain juga"

"Biasanya? Jadi kau sering melakukannya?" Alis Devian terangkat merasa tak suka jika Nada melakukan sesuatu tanpa sepengetahuannya. Bukannya ia pelit dan tidak suka akan tindakan Nada, ia hanya tidak suka jika Nada melakukan sesuatu tanpa seizinnya.

Nada diam ia terlihat menggigit bibir bawahnya, ia ragu untuk mengatakannya tapi ekspresi Devian menuntunya untuk bicara dengan jujur dan jangan coba-coba membohonginya. "Aku biasa memasak untukmu. Maaf karena itu aku jadi menghabiskan bahan makanan. Aku tidak akan melakukannya lagi" jawab Nada akhirnya dengan pandangan kebawah, ia tidak berani melihat Devian yang pada saat itu terperangah dengan jawaban Nada. Benar juga, Devian selalu enggan pada apapun yang berhubungan dengan Nada sekalipun itu makanan.

"Hahh!! Kali ini tidak perlu dibagikan pada siapapun. Apa kau sudah makan?"

Merasa salah dengar nada refleks bertanya "A-apa?"

"Kau tidak dengar? kau tuli? Haruskah aku mengulanginya?"

"Ti-tidak perlu. Maafkan aku. tapi Ya, maaf aku baru saja makan" Tidak enak hati Nada mengatakannya sebenarnya, ia merasa menjadi istri yang tak berbakti, membiarkan suaminya belum makan disaat perutnya sendiri sudah sangat kenyang. Maka dengan telaten ia mempersilhkan devian duduk, tangannya aktif menata piring Devian dengan Nasi beserta lauknya. Semua kegiatan itu tak luput dari pengawasan Devian, sehingga ia merasa seperti tengah memberi makan Singa, jikalau kau terlambat memberi makan, maka kaulah sendiri yang akan menjadi makanannya.

"Sudah, selamat makan Devian" kata Nada saat hendak meninggalkan Devian seorang diri, ia tahu diri untuk tidak merusak mood Devian ketika makan. Bukankah Devian sangat membencinya? Kendati mereka sudah sepakat untuk saling memperlakukan satu sama lain dengan lebih baik. Tetap saja, tidak ada jaminan dari Devian jika ia nanntinya tidak bisa mengontrol emosinya kembali.

Lalu Cekalan ditangan Nada yang secara mendadak itu menghentikan langkah kaki Nada juga menciptakan sebuah tanda tanya.

"Ada apa Devian?" Tanya Nada lembut menyihir Devian karena kelembutannya.

"Kau mau kemana? Kau membiarkanku makan Sendiri disini?

"Tapi kupikir—"

"Duduk!! Temani aku makan dan jangan banyak bicara" Tanpa membantah perkataan Devian, Nada mendudukan dirinya dihadapan pria itu. Tidak ada pembicaraan apapun di menit-menit pertama sampai akhirnya Devian tidak tahan dan bertanya tentang apa yang dipikirkannya sejak tadi.

"Nada—"

"Ya!!" Nada hampir berteriak sebab ia amat terkejut "Ada yang ingin kutanyakan padamu"

"Ya Devian"

Tampak menimang Devian ragu mengatakannya, sebenarnya ia ingin tahu siapa ayah bayi itu, ingin menanyakan hal yang terus mengganggu pikirannya sejak tadi. Akan tetapi apa yang dipikirkannya tidak sesuai dengan apa yang dilontarkannya "Kau hamil tapi sangat kurus, apa kau tidak pernah makan?" Demi apapun Devian ingin mengutuk dirinya sendiri karena mengeluarkan pertanyaan konyol itu.

"Eeh??"

Melihat Nada kebingungan, Devian langsung menggelengkan kepalanya. "Lupakan" dan buru-buru berdiri dari duduknya "Aku sudah selesai. Aku akan ke kamar"

"Devian..." panggil Nada saat Devian mulai meninggalkannya "Aku akan membuatkanmu sarapan besok. Apakah kau mau memakannya?"

"Hmm" gumam Devian dengan anggukan lalu berlalu dari sana. Setelah Devian benar-benar menghilang dari pandangan Nada. Perempuan itu tersenyum begitu lebar hingga jari jemarinya menyentuh dadanya. Ia merasa jantungnya berdegub kencang seolah seperti akan meledak "Oh Tuhan jantungku. Rasanya menyenangkan sekali"

✖️✖️✖️

"Selamat pagi"

Devian terperangah dengan sapaan Nada yang disertai senyuman, sepertinya wanita itu tengah berbahagia pagi ini, biasanya ia terlihat murung dan pucat. Tapi pagi ini, wajahnya merona membuatnya semakin tampak cantik. Meski begiu Devian tak membalas tersenyum ia hanya bergumam dan duduk di meja makan. Ia tidak tahu harus bersikap bagaimana. Sebagian hatinya mulai berdamai menerima Nada sebagai istrinya, namun sebagian hatinya masih belum bisa menerimanya, belum bisa menerima bahwa ia mulai menyukai senyuman itu dan merasa bahwa ia telah mengkhianati Clara. Astaga Devian tidak tahu perasaannya untuk siapa saat ini. Namun ia selalu meyakinkan dirinya bahwa Clara wanita yang selalu ia cintai.

"Ini kopi untukmu" Devian menerimanya, lalu menyesapnya dengan nikmat. Aroma kopi selalu bisa menenangkan pikiran Devian, rasanya yang pahit menjadi ciri khas tersendiri dalam minuman berwarna pekat itu.

"Dimana susumu? Buatlah dan minum bersamaku, kau tidak perlu banyak melakukan aktivitas, biarkan piring kotor itu disana. Aku akan mencari seseorang untuk mengurus rumah ini"

"Susu?" Nada memutar tubuhnya, ia memang sedang membersihkan piring yang baru saja digunakan tapi susu? Susu apa? Nada tidak mengerti. Lalu Alis Devian terangkat "Ibu hamil, bukankah mereka selalu minum susu, untuk nutrisi?"

"Oh, aku tidak pernah meminumnya."

"Kenapa?"

"Kenapa? Karena aku tidak memilikinya" sahut Nada lirih, jemarinya kini bertautan. Devian diam sesaat, ia tahu alasan Nada tidak memilikinya. Maka setelah menghabiskan setengah gelas kopinya ia bangkit dari duduknya. "Bersiaplah, kita akan ke supermarket. Aku ganti baju dulu"

"Terima kasih Devian tapi Ini hari liburmu, kau tidak perlu repot melakukannya"

"Kau selalu membantahku Nada"

Nada menunduk "Ma-maafkan aku"

"Aku akan melakukan apapun yang kuinginkan. Dan aku ingin kau bersiap lalu pergi bersamaku. Tidakkah aku jelas mengatakannya?"

"Ya Devian"

"Bagus! Sekarang ganti bajumu. 10 menit kita berangkat"