Ini adalah pertama kalinya dalam tiga tahun belakangan Chen Youran menatap langsung ke mata Gu Jinchen, tetapi dia hanya menatapnya selama sedetik. Matanya jernih dan pupil matanya hitam pekat seperti biasanya. Saat dia menatapnya, tatapan itu tidak lagi penuh cinta, tetapi berubah menjadi tatapan dingin dan acuh tak acuh. Seketika hati pria itu terasa kosong dan matanya menjadi gelap selama beberapa saat.
"Youran, ayah dan ibu pergi ke Oakland untuk menjemput kakek, jadi tidak ada orang di rumah. Kamu bisa tinggal disini selama beberapa hari ke depan." Perilaku Chen Shuna benar-benar tampak seperti kakak perempuan pada umumnya yang selalu memikirkan keadaan adiknya. "Aku akan menjagamu selama aku berada di rumah. Kamu telah menderita hidup di luar negeri sendirian selama bertahun-tahun."
Chen Shuna mengetahui bahwa Chen Youran memiliki masa lalu dengan Gu Jinchen, tetapi dia tetap menyuruhnya tinggal di rumah keluarga Gu. Sementara Chen Youran tidak mengerti maksud dari perilaku kakaknya itu. Entah apakah kakaknya sengaja mempermalukan dirinya dan membuatnya tampak menyedihkan.
Chen Shuna memiliki penilaian yang baik di kalangan orang kaya. Dia selalu terlihat luar biasa, lembut, dan juga murah hati.
Namun, apakah membiarkan mantan pacar suaminya dan suaminya tinggal serumah termasuk murah hati? Meskipun mantan pacar suaminya adalah saudara perempuannya, bukankah wanita harus berhati-hati untuk mempertahankan kebahagiaan pernikahannya? Batin Chen Youran.
"Selama bertahun-tahun di California aku juga hidup sendirian," kata Chen Youran dengan senyum dingin.
Selama ini, Chen Youran bisa bertahan hidup di tempat aneh yang penuh dengan hantu. Dia telah belajar hidup mandiri, apalagi rumah keluarga Chen adalah rumah keluarganya sendiri. Disana juga ada pelayan keluarganya, jadi dia merasa tidak masalah jika harus tinggal di rumah keluarganya walaupun sendirian.
"Youran, kita adalah saudara perempuan yang sudah tidak bertemu selama bertahun-tahun. Tidakkah kamu ingin bernostalgia denganku?" tutur Chen Shuna sambil memandangi pipi kurus Chen Youran dengan tatapan sedih.
"Bernostalgia?" tanya Chen Youran. Dia dan Gu Jinchen sekarang ini berada dalam hubungan yang canggung. Mereka tidak bisa hidup di dalam satu atap. "Kakak, minta sopir untuk mengantarkanku kembali ke rumah keluarga Chen."
Kemudian, Gu Jinchen meletakkan tehnya, mengambil jas dan bersiap untuk naik ke atas. Setelah dua langkah, dia berhenti dan berkata, "Ini sudah malam. Jika ingin pergi, tunggu besok pagi saja."
Chen Youran melihat jam dinding yang ada di ruang tamu, rupanya masih pukul 09.30. Menurutnya, ini masih belum terlalu malam. Tetapi saat dia melihat tatapan khawatir Chen Shuna, lalu merenung sejenak dan berkata, "Maaf merepotkan."
Gu Jinchen yang baru saja menginjak anak tangga, merasa tubuhnya sedikit kaku. Nada suara Chen Yoran terdengar begitu lembut. Suara gadis itu bagaikan senjata tajam yang menusuk hatinya dan membuatnya merasa sesak napas.
***
Chen Youran baru saja kembali dari luar negeri, jadi dia mengalami jet lag yang parah. Dia pun melemparkan tubuhnya ke tempat tidur dan hanya berguling-guling sepanjang malam. Dia tidak bisa tidur, namun sempat terlelap sebentar ketika hampir fajar.
Hari ini, Chen Youran memutuskan untuk kembali ke rumah keluarganya. Ketika bangun, dia mengemas pakaian yang dikenakannya tadi malam, memasukkannya ke dalam koper dan bergegas turun ke bawah.
Saat tiba di lantai bawah, Chen Youran melihat sosok Gu Jinchen yang ada di ruang tamu. Pria itu tengah mengenakan pakaian rumah dan dengan santai duduk di meja makan sambil membaca koran. Tepat di depannya, ada segelas susu dan sandwich yang masih utuh. Pria itu menundukkan kepalanya dan membaca koran dengan sangat teliti.
Mendengar langkah kaki di lantai bawah, Chen Youran melihat ke arah sumber suara dan memanggil pemilik langkah kaki itu, "Bibi Li."
Bibi Li yang melihat ke arah Chen Youran baru saja turun dari lantai atas dan meletakkan makanan untuknya di atas meja makan. Dia berjalan mendekati meja makan, kemudian duduk tepat di seberang Gu Jinchen dan menyapa, "Pagi."
Gu Jinchen sedikit terkejut sebelum akhirnya menjawab, "Pagi."
Chen Youran merasa ada yang aneh. Saat ini, waktu menunjukkan sudah hampir jam delapan. Mengapa jam segini dia masih duduk santai disini dan membaca koran? Apa dia tidak pergi bekerja? Pikirnya.
Di meja makan ada Gu Jinchen, sandwich, segelas susu dan sepotong roti panggang. Chen Youran hanya memakan dua potong sandwich dan meminum segelas susu. Saat sudah merasa kenyang, dia menyeka sudut mulutnya dengan tisu.
"Sarapan itu penting. Kamu makan terlalu sedikit." Gu Jinchen berkata sembari menutup koran yang ada di tangannya. Dia merasa nafsu makan Chen Youran terlalu kecil.