Saat ini, Ye Jiaqi merasa dirinya seperti orang asing.
"Tuan Qiao sedang telepon dengan Nona Fang. Nona Ye tolong tunggu Tuan Qiao sebentar ya," kata Tuan Tang.
Mendengar penjelasan Tuan Tang, hati Ye Jiaqi seketika terasa sesak, seperti ada seseorang yang sedang memukulnya dengan kasar. Sakit, rasa sakit yang tidak biasa. Setelah menghindar selama 3 tahun, baru kali ini dia mendengar kembali nama 'Nona Fang'. Namun, ketika mendengar nama itu, perasaannya tetap saja merasa sakit.
Ye Jiaqi tahu, semuanya adalah kesalahan dia sendiri. Sejak dulu, Tuan Tang sudah berbicara kepadanya berkali-kali kalau Tuan Qiao memiliki kekasih. Namanya Fang Ya, dan dia tinggal di Inggris. Tuan Tang juga sudah menasihati agar dirinya tidak dekat terus dengan Tuan Qiao. Karena itu hanya akan membuang waktunya secara sia-sia.
Tapi Ye Jiaqi, apa dia mendengarnya? Sama sekali tidak. Sekarang bukan saatnya bagi dirinya untuk terus menyesali perbuatannya tersebut. Yang bisa dia lakukan hanyalah menenangkan diri. Lagi pula masalah itu sudah terjadi 3 tahun lalu, sudah seharusnya dia memulai kembali lembaran hidupnya yang baru.
Ye Jiaqi terlihat berdiri di depan pintu dan memerhatikan Qiao Qinian. Laki-laki ini memiliki garis muka yang tajam, aura wibawa yang kuat, ditambah suaranya yang seksi. Benar-benar seorang laki-laki yang tampan. Karena saat ini Ye Jiaqi masih muda, jadi dia masih bisa dibutakan oleh ketampanan seorang Qiao Qinian.
"Nona Fang apa sudah menikah dengan Tuan Qiao?" tanya Ye Jiaqi. Dia juga tidak tahu apa ada yang salah, jadi dia asal bertanya. Tapi, setelah selesai bertanya, rasanya perempuan itu ingin sekali menjitak kepalanya sendiri. Mau mereka sudah menikah atau belum, bukan urusanku, kan?! batinnya dengan kesal.
"Anak Tuan Qiao sudah berusia 3 tahun," jawab Tuan Tang dengan datar.
Anak Tuan sudah berusia 3 tahun. 3 tahun… batin Ye Jiaqi dengan perasaan campur aduk. Saat itu juga, dia merasa bahwa dirinya seperti sedang ditampar. Apa yang dia tebak tidak salah, sebab saat itu Fang Yan telah hamil. Karena itu, Qiao Qinian berani mengambil anaknya yang masih dalam kandungan. Andai saja anaknya masih hidup, dia juga pasti berusia 3 tahun sekarang. Tapi, kini sudah tidak ada perandaian lagi.
Qiao Qinian akhirnya menutup teleponnya dan menoleh. Saat itu, kebetulan dia langsung melihat Ye Jiaqi yang sedang berdiri di depan pintu. Ye Jiaqi sedang berdiri menghadang cahaya, tapi dirinya bisa melihat wajah Ye Jiaqi yang memucat. Sedangkan, Fan Tuan berdiri di sampingnya. Dia pun memasukkan ponselnya dan berjalan ke arah Ye Jiaqi.
Fan Tuan mengendus aroma sedap. Dia pun berlari ke sana kemari di ruang tamu untuk mencari dari mana asal aroma ini berada. Qiao Qinian yang merasa risih, kemudian menatap Fan Tuan dengan sinis dan membentak anjing itu, "Keluar!"
Fan Tuan sebenarnya tidak takut dengan manusia, tapi dia takut dengan Qiao Qinian. Mau bagaimana lagi, dia hanya bisa menundukkan kepalanya dan berjalan dengan sedih, lalu keluar. Tidak lama, Tuan Tang juga membungkukkan badannya dan memohon izin kepada Qiao Qinian, "Tuan Qiao, saya juga permisi dulu."
"Ehm." jawab Qiao Qinian.
Pintu ruang tamu pun tertutup, menyisakan Qiao Qinian dan Ye Jiaqi yang hanya berdua saja di ruang tamu yang amat luas itu.
"Makan," ucap Qiao Qinian.
"Tuan Qiao, apa aku bisa pergi setelah selesai makan?" tanya Ye Jiaqi sambil menampilkan wajah yang bersemangat. Matanya pun berbinar-binar.
"Kalau mau pergi ya pergi, tidak ada yang mencegahmu!" jawab Qiao Qinian dengan kesal. Wajahnya memerah karena kesal mendengar pertanyaan Ye Jiaqi. Makanan yang berada di depannya saja, bahkan belum dia makan! batinnya.
Ye Jiaqi pun berpikir, Benar juga. Tidak ada orang yang mencegahku kecuali Fan Tuan, batinnya.
Mereka berdua lalu duduk secara berhadap-hadapan di meja makan. Sepanjang mata memandang, meja makan tersebut penuh dengan masakan-masakan lezat, dan semuanya adalah masakan kesukaan Ye Jiaqi. Tanpa merasa sungkan dengan Qiao Qinian, perempuan itu pun langsung mengambil sepiring makanan.
"Makannya pelan-pelan saja, jangan sampai menimbulkan suara," kata Qiao Qinian.
"Iya, aku tahu!" jawab Ye Jiaqi.
Qiao Qinian pun juga mengambil sepiring makanan. Bedanya, laki-laki itu makan lebih pelan dan lebih anggun.
Dulu, Ye Jiaqi juga terkadang bersikap manis, anggun, dan feminin di depan Qiao Qinian. Tapi, saat itu dilakukannya hanya untuk memikat Qiao Qinian agar meliriknya. Dan terbukti, Qiao Qinian memang benar-benar meliriknya. Tapi, yang laki-laki itu ucapkan justru 'jangan banyak tingkah'. Rasa percaya yang ada pada dirinya seperti mendapat pukulan kuat. Berbeda dengan sekarang, Ye Jiaqi bahkan terlalu malas untuk melakukan banyak tingkah. Lagi pula untuk apa juga.
"Nanti malam masih pergi kerja paruh waktu?" tanya Qiao Qinian.
"Tuan Qiao, kalau makan jangan berbicara. Anda yang mengajariku." jawab Ye Jiaqi sambil menundukkan kepalanya dan kembali makan.
Ujung bibir Qiao Qinian pun terangkat dan kembali berbicara, "Banyak hal yang aku ajari sudah pergi. Kamu masih ingat yang mana saja?"
Ye Jiaqi menghentikan makannya, lalu mengangkat kepalanya, "Kalau begitu Tuan Qiao, apa Tuan ingin membeli kondom?" tanyanya dengan bersungguh-sungguh