Tanpa menunggu Tuan Qiao melanjutkan ucapannya, aliran darah di dalam tubuh Ye Jiaqi rasanya sudah berhenti. Terlebih, saat mendengar suara Qiao Qinian ketika memintanya naik ke dalam mobil, rasanya tubuhnya seperti membeku sekarang.
Matahari hari ini sangat terik, Ye Jiaqi pun rasanya tidak sanggup membuka matanya. Bagaimana mungkin dia bisa memandang mobil hitam mewah itu. Jadi, dia terus menunduk dan hatinya bergejolak karena ingin keluar dari sini. Padahal, ketika dia tinggal di rumah Qiao Qinian, dia sama sekali tidak takut dengan laki-laki itu.
Bahkan, terkadang Ye Jiaqi masih memiliki keberanian untuk mengikuti segala aktivitas yang dilakukan oleh Qiao Qinian, dan Qiao Qinian tidak merasa terganggu olehnya. Tapi itu hanyalah masa lalunya, sekarang rasa kebencian Qiao Qinian terhadap dirinya lebih banyak, dan dia tahu akan hal itu. Tentu saja, dia juga tidak menyukai dan tidak memiliki rasa apa-apa lagi kepada Qiao Qinian. Hubungan mereka saat ini telah kandas.
Hari ini, selain matahari yang terasa terik, angin pun juga tidak berhembus. Pepohonan yang berjajar di jalanan terlihat diam membungkuk seperti sedang menyentuh telinga. Debu-debu kecil juga tampak memenuhi dedaunan hijau tanpa ada angin yang biasa menyapunya.
Pintu penumpang sebelah sopir tiba-tiba terbuka. Lalu, memperlihatkan sepasang kaki panjang keluar dari mobil itu. Dengan langkah yang panjang dan tegap, Meng Chen berjalan menuju Ye Jiaqi, "Nona Ye, silakan masuk." katanya setelah itu.
Kalau enak didengar, namanya 'silakan'. Kalau yang tidak enak didengar namanya 'cepatlah', batin Ye Jiaqi. Karena kekuasaan yang dimiliki oleh Qiao Qinian, mau tidak mau sejak awal dia selalu menurut akan perkataan Qiao Qinian.
Meng Chen dengan segera membukakan pintu belakang untuk Ye Jiaqi. Sekali dibuka, Ye Jiaqi langsung melihat sosok Qiao Qinian yang sedang duduk tegap di kursi belakang...
Wajah Qiao Qinian terlihat tenang, tidak menampilkan ekspresi apapun. Tapi, karena tatapan yang tenang itulah, biasanya justru memiliki banyak misteri di dalamnya. Dia lalu menoleh ke Ye Jiaqi, "Duduklah!" katanya sambil melihat kursi penumpang yang kosong di sebelahnya.
"Tuan Qiao, aku sudah berkata kalau kita tidak saling mengenal. Aku harus kembali bekerja," tolak Ye Jiaqi. Perempuan itu dengan mantap menggelengkan kepalanya untuk menolak, tapi dia juga tidak memiliki jalan untuk keluar dari situasi ini.
"Kamu coba saja," jawab Qiao Qinian dengan enteng.
Sedangkan, tubuh Meng Chen yang tinggi berdiri di belakang Ye Jiaqi dan menghadang jalan keluarnya. Ye Jiaqi tetap terpaku pada tempatnya, dia tidak mau masuk, tapi juga tidak bisa mundur. Tidak ada pilihan lain, dengan terpaksa dia akhirnya melangkah masuk ke dalam mobil hitam mewah bermerek Rolls Royce milik Tuan Qiao.
Baru saja Ye Jiaqi duduk, Meng Chen langsung menutup pintunya. Tapi, dia tidak ikut naik ke dalam mobil juga. Melainkan, laki-laki tinggi itu masuk ke gedung perusahaan Zun Huang.
"Jalan," pinta Qiao Qinian.
"Baik, Tuan." jawab seorang sopir yang dengan segera menjalankan mobilnya.
Qiao Qinian lalu menoleh ke arah Ye Jiaqi, "Turunkan dulu lengan bajumu," katanya.
Mendengar ucapan Qiao Qinian, Ye Jiaqi lalu menundukkan kepalanya. Karena hampir saja dia bertengkar dengan Kakak Jin, dia sampai lupa tidak menurunkan lengan bajunya. Melihat penampilannya seperti ini, membuat dirinya tampak seperti seorang penjahat kecil.
Namun ketika melihat Qiao Qinian, dia hari ini mengenakan kemeja berwarna hitam yang rapi dan bersih. Bahkan, kancingnya pun dikancingkan dengan cermat. Rasa-rasanya, tubuhnya yang menawan tidak akan berubah meski tahun-tahun berganti.
Dulu, Ye Jiaqi dan Qiao Qinian pernah tinggal di atap yang sama. Tapi, Ye Jiaqi tidak merasakan perbedaan yang mencolok diantara mereka. Namun lihat sekarang, perbedaannya benar-benar seperti langit dan bumi. Tanpa berkata apa-apa, Ye Jiaqi kemudian dengan cepat-cepat menurunkan lengan bajunya.
"Sudah ku katakan berkali-kali, bersikaplah seperti seorang perempuan yang akan memiliki anak perempuan," ucap Qiao Qinian.
Ye Jiaqi tahu, saat ini Tuan Qiao lagi-lagi memulai menceramahinya. Perempuan itu kemudian hanya memainkan jemarinya sambil menundukkan kepalanya, bahkan semakin menunduk… Namun, setelah beberapa saat, Ye Jiaqi juga masih belum bersuara.
"Bisu?" tanya Qiao Qinian, tersirat rasa kurang puas dari pertanyaannya. Dulu, dia juga tidak sedikit mengajari Ye Jiaqi. Tapi sekali Qiao Qinian mengajarinya, perempuan itu langsung meledak seperti seekor singa kecil. Ketika Qiao Qinian berucap satu kalimat, perempuan itu bisa menjawab hingga 10 kalimat. Namun sekarang, Kenapa dia diam seribu bahasa? Ini benar-benar tidak mirip seperti Qi Qi yang aku ambil! batinnya.
"Iya, bisu." jawab Ye Jiaqi dengan rasa tidak puas juga. Suasana di dalam mobil itu kini terasa sedikit lebih menakutkan.
Lalu, bibir Qiao Qinian pun tampak terangkat. Seperti sedang tertawa, tapi terlihat juga seperti sedang mengejek, "Itu masih bisa ngomong." katanya. "Habis di bully orang lain?" tanyanya kemudian.
Melihat wajah Ye Jiaqi yang murung, Qiao Qinian refleks menjulurkan tangannya. Tapi, dengan cepat dia tersadar, jadi dia langsung menurunkan kembali tangannya di atas pahanya. Dulu, ketika Ye Jiaqi sedang murung, dia suka sekali mengelus kepala Ye Jiaqi. Mirip ketika sedang memberikan pelatihan kepada seekor singa kecil.
"Tidak, siapa yang berani mem-bully ku?" kata Ye Jiaqi sambil menahan satu kalimat paling akhir, Kecuali kau! batinnya.
"Aku sudah berkata berkali-kali, kalau kau di bully, bully saja kembali," jawab Qiao Qinian...