Aura dalam kolam renang itu berubah sedikit lebih mencekam ketika detik demi detik berlalu. Bahkan, udara yang ada di sekitar mereka pun terasa menurun tajam. Hati Ye Jiaqi merasa tidak tenang, Apa aku salah bicara lagi? Batinnya. Dia lalu mengarahkan tangannya ke belakang dan kepalanya menunduk karena tidak berani menatap wajah Qiao Qinian. Wajah laki-laki itu terlihat tegang dan dingin, mirip seperti kalau Ye Jiaqi mengambil banyak uang dari kekayaan laki-laki itu.
"Tuan Qiao…" panggil Ye Jiaqi.
Baru saja Ye Jiaqi ingin berkata, "Tuan Qiao, kalau anda tidak ada urusan lagi, aku pergi dahulu." Tapi justru di waktu ini, ucapannya terpotong karena ponsel Qiao Qinian yang tiba-tiba berdering. Nada deringnya memecah keheningan di kolam renang sebesar ini.
Qiao Qinian kemudian menundukkan kepalanya, lalu menatap layar ponselnya. Setelah itu, dia berbalik dan berjalan menjauh dari Ye Jiaqi, "Halo?" katanya.
"Ayah!" panggil seseorang. Suara riang dari seorang anak kecil terdengar dari dalam ponsel itu. Qiao Qinian kemudian dengan langkah yang tergesa-gesa pergi ke ruang ganti. Lalu, raut wajahnya juga terlihat tidak sedingin barusan.
Sedangkan Ye Jiaqi, dia tampak terdiam di tempatnya berdiri. Tempat ini terlalu hening, saking heningnya hingga dia bisa mendengar suara anak kecil dalam ponsel itu, saat dia memanggil Qiao Qinian dengan sebutan 'ayah'. Ye Jiaqi yakin kalau dia tidak salah dengar.
Ternyata, laki-laki itu sudah menikah sejak awal? Benar juga, aku sejak awal mendengar kalau hubungan Qiao Qinian dan Fang Ya cukup dekat, batin Ye Jiaqi kemudian.
Fang Ya adalah seorang perempuan muda konglomerat yang diakui oleh keluarga Qiao. Dan dia juga telah hidup di keluarga Qiao selama belasan tahun. Meskipun Ye Jiaqi belum pernah bertemu dengan sosoknya, tapi karena mengetahui Qiao Qinian yang sering pergi ke Inggris membuatnya tahu tentang berita ini.
Sesaat, Ye Jiaqi merasa hatinya kosong, seperti tidak tahu sedang merasakan sesuatu atau tidak. Karena laki-laki yang pernah menempati hatinya, kini telah memiliki keluarga, yaitu punya istri, punya anak. Bisnis yang laki-laki itu jalankan juga berjalan lancar. Sungguh pernikahan yang bahagia. Tapi Ye Jiaqi, dirinya tidak punya apapun.
Tidak kaget kalau 3 tahun lalu Qiao Qinian menyuruh orang untuk mengambil anak Ye Jiaqi. Ternyata, sejak awal dia sudah menikah dan melahirkan seorang anak dengan Fang Ya. Apa karena itu Qiao Qinian takut kalau ketahuan melahirkan anak lain dan bingung menjelaskannya? tanyanya dalam hati.
Kaki Ye Jiaqi seketika terasa berat, karena darah yang ada di dalam tubuhnya terasa mengalir lebih cepat. Kemudian, dia merasa sesak napas, dan merasa napasnya hampir berhenti. Dingin, dingin sekali! batin Ye Jiaqi yang merasa seluruh tubuhnya kedinginan.
Qiao Qinian pun kini sudah masuk ke dalam ruang ganti dan tidak lagi mengurus Ye Jiaqi. Setelah beberapa lama, dia baru tersadar dari lamunannya. Kemudian, dia membungkuk dengan kaki yang gemetaran untuk mengambil tasnya. Mumpung Qiao Qinian belum kembali, dia pun segera keluar dari sana dan berjalan ke arah lift. Pandangannya penuh dengan kebingungan, dan tidak ada cara untuk menghadapinya.
Di satu sisi, Qiao Qinian yang berada dalam ruang ganti mendengar suara langkah demi langkah Ye Jiaqi. Hanya saja dia tidak mencegahnya.
"Ayah, ayah kapan kembali? Aku kangen," kata anak kecil itu. Anak kecil itu tampak sedang cemberut, hal itu terdengar dari suaranya yang sedih.
"Berikan teleponnya ke baby sitter sebentar." perintah Qiao Qinian kemudian.
Cahaya lampu ruang ganti itu seperti menyadari wajah Qiao Qinian. Dan kini, wajahnya terlihat jauh lebih hangat. Hanya saja, ujung-ujungnya tetap tertutupi oleh wajah dingin yang dibawanya sejak lahir.
"Iya Tuan Qiao," ucap baby sitter itu dengan hormat.
"Beberapa hari lagi bawa Fan kemari." perintah Qiao Qinian.
"Tuan Qiao, apa anda sudah tidak kembali ke London lagi?" tanya baby sitter itu.
"Iya." jawab Qiao Qinian dengan singkat.
"Baiklah, kalau begitu dalam beberapa hari saya akan membawa Tuan muda kembali." kata baby sitter tersebut.
"Ayah, ayah!" kata anak kecil itu yang terus memanggil tidak berhenti. Mendengar suara anaknya, bibir Qiao Qinian terangkat sedikit, membentuk simpul manis tipis di wajahnya yang kaku.
"Jam segini kok belum tidur sih?" tanya Qiao Qinian dengan lembut. Dia lalu melihat jam tangannya. Sekarang, di negaranya menunjukkan pukul setengah 11 malam, dan itu artinya pukul 4 pagi di London.
Anak kecil itu langsung mengambil ponsel tersebut dan mendekatkan ke telinganya, "Aku terbangun dan tidak melihat ayah. Aku jadi kangen…" jawabnya. Dia terdengar memanjangkan suaranya pada kata yang paling akhir.
"Dengarkan kata ayah, sekarang pergilah tidur." perintah Qiao Qinian.
"Baiklah…" jawab anak kecil itu dengan enggan.
Telepon antara ayah dan anak itu akhirnya berakhir. Setelah menutup teleponnya, Qiao Qinian lalu melihat ke luar. Ternyata, dia sudah tidak melihat Ye Jiaqi di sana. Saat ini, Ye Jiaqi sudah berada di luar hotel.
Saat musim panas dan angin malam hari yang berhembus terasa lumayan dingin. Ye Jiaqi tampak berjalan ke halte dekat Hotel Lanqite sambil mengayunkan air yang ada dalam tasnya...