Dasar tidak tahu malu! umpat Fang Chixia dalam hati. Seluruh tubuhnya saat ini masih sakit. Ia tidak punya energi untuk menemani Luo Yibei dan bolak-balik ke dapur lagi.
Setelah beberapa saat, Fang Chixia kembali dan membawa roti bakar untuk Luo Yibei. Ancaman Luo Yibei rupanya memiliki efek yang lumayan. Setelah memberikan sarapan untuk Luo Yibei, ia mengawasi pria itu dengan saksama dan tidak kembali memakan makanannya sendiri. Ia juga berbalik, lalu berjalan menuju ke ruang tamu untuk mengambil pena dan selembar kertas.
Fang Chixia kemudian menarik kursi dan duduk di sebelah Luo Yibei. Ia meletakkan kertasnya di atas meja dan bersiap untuk menulis. "Apa yang kamu suka dan yang tidak kamu suka? Ucapkan semuanya sekaligus!" perintahnya. Ia akan hidup bersama dengan pria ini selama empat tahun dan ia tidak ingin menderita karena masalah kecil seperti ini.
Luo Yibei berhenti makan dan menatapnya sejenak. "Aku suka makanan Prancis, Spanyol, Italia, Brasil. Aku tidak suka makanan Jepang, Korea, Thailand, India. Aku suka makanan yang masih segar, benci makanan yang berbau aneh dan makanan laut yang mentah. Suka makanan yang tidak berminyak, tidak suka makanan yang rasanya terlalu kuat. Aku benci bawang merah dan bawang putih. Aku suka makanan yang rasanya masih alami. Benci permen, benci semua warna mencolok. Suka warna hitam, putih, dan abu-abu. Aku suka warna yang dingin dan benci warna yang hangat. Dan yang paling penting..." Luo Yibei menatap ke arah Fang Chixia dan meneruskan kata-katanya, "Aku suka ketenangan dan benci keributan!"
Luo Yibei mengatakan banyak kata dengan begitu cepat seperti tembakan mesin senapan, sedangkan Fang Chixia begitu sibuk menulis apa yang dikatakan Luo Yibei di atas kertas. Akhirnya, ia selesai menulis walaupun tidak mudah. "Baiklah, aku sudah mengerti," kata Fang Chixia. Ia sangat puas karena melihat sebagian besar hal yang sudah berhasil dicatatnya.
Luo Yibei melirik sekilas catatan yang ditulis Fang Chixia. Ia tidak menyangka bahwa Fang Chixia bisa menulis semua yang telah dikatakannya. Lagi-lagi, wanita ini mengejutkannya. Ia pun berdeham, lalu meminum susu di gelas dan kemudian berkata, "Hari ini aku akan memindahkan semua barang yang biasa aku pakai. Nanti, jika tidak ada kepentingan, setiap malam aku akan menjemputmu di kampus."
Setiap malam? batin Fang Chixia. "Baiklah," balasnya. Sebenarnya, ia agak bingung dengan Luo Yibei yang tiba-tiba begitu. Bukankah saat sudah menikah, tidur bersama setiap hari adalah hal yang sangat normal?
Luo Yibei tidak banyak berkata-kata. Ia hanya diam dan fokus menghabiskan sarapannya. Luo Yibei melihat jam tangannya, kemudian berdiri dan bersiap-siap untuk keluar dari vilanya. Ia memberikan sebuah kartu kepada Fang Chixia dan berkata, "Ambil ini!"
Fang Chixia tidak menolak seperti waktu itu dan kali ini ia menerima kartu tersebut dengan ikhlas. Sekarang di rumah ini ada dua orang. Fang Chixia tidak akan cukup menghidupi dirinya sendiri jika harus memakai uangnya sendiri untuk, apalagi jika harus membeli keperluan untuk dua orang. Ia pun harus menerima kartu tersebut.
Setelah Luo Yibei masuk ke mobil dan hendak meninggalkan vila itu, tiba-tiba Fang Chixia berlari keluar. Ia terlihat begitu tergesa-gesa dan wajahnya menjadi memerah. Luo Yibei menurunkan jendelanya dan menatap Fang Chixia dengan tenang. "Ada apa?" tanya Luo Yibei sambil menaikkan alisnya.
"Aku ingin pergi ke kampus untuk mengurus sesuatu. Kamu mau pergi ke mana? Bisakah kamu memberiku tumpangan? Aku akan telat sebentar lagi," kata Fang Chixia sambil berdiri di luar pintu dan menatap Luo Yibei dengan penuh harap. Luo Yibei tidak menjawab, namun ia hanya menyipitkan matanya dan memberi isyarat kepada Fang Chixia melalui gerakan matanya.