Fang Chixia tidak bisa main-main dengan Luo Yibei. Ia juga tidak mungkin bersembunyi sehingga ia berpikir bahwa lebih baik ia ikut menikmatinya. Lagi pula, ia harus seperti ini hingga empat tahun ke depan.
———
Keesokan harinya, Fang Chixia bangun pagi-pagi sekali. Ia merasa sakit, perih, dan sangat lelah di sekujur tubuhnya. Rasanya ia tidak ingin menggerakkan tubuhnya. Ini lebih mengerikan jika dibandingkan saat di hotel dulu. Kini, kamar tampak begitu berantakan. Pakaian keduanya berserakan dan jejak mereka semalam ada di mana-mana.
Fang Chixia benar-benar merasa masih sakit dan kulitnya dipenuhi bekas luka seperti diserang binatang buas. Ia pun bangkit dari tempat tidur dan berjalan sambil berjinjit untuk mencari pakaiannya. Ia ingin mencari pakaian yang bisa dipakai, namun ia sadar bahwa ia sama sekali tidak punya pakaian di sini. Pakaiannya yang kemarin sudah tidak bisa digunakan lagi.
Fang Chixia mengalihkan pandangannya ke lemari yang ada di sebelahnya sebelum beralih menatap Luo Yibei yang masih tertidur. Kemudian, ia mengambil baju Luo Yibei yang ada di lemari dan mengenakannya. Setelah selesai mengurus dirinya sendiri, ia membalikkan badan dan turun dari tangga.
Beberapa saat kemudian, Fang Chixia sudah sibuk menyiapkan sarapan di dapur saat Luo Yibei turun dari tangga. Tulang Fang Chixia begitu tipis dan kecil sehingga kemeja yang seharusnya terlihat begitu ramping menjadi terlihat sangat lebar saat ia kenakan, bahkan terlalu longgar hingga memperlihatkan bahunya. Meskipun kemeja itu tidak pantas dikenakan Fang Chixia, entah kenapa ada suatu hal seksi yang tidak bisa dilukiskan ketika Luo Yibei melihat wanita muda itu mengenakannya. Belum lagi, Fang Chixia menggelung rambutnya agak longgar dan beberapa helai rambutnya jatuh terurai. Walaupun Luo Yibei masih merasa malas setelah bangun, namun saat matahari menyinari tubuhnya, ia merasa nyaman.
"Susu, roti keju, sosis panggang, seperti ini saja?" tanya Fang Chixia sambil mengeluarkan bahan makanan tersebut. Saat ia membalikkan badan dan akan berjalan keluar, ia melihat Luo Yibei dan merasa jantungnya hampir melompat. Pagi sekali. Dia mau pergi ke mana? batinnya. "Kamu sudah bangun," ia menyapa Luo Yibei sambil pura-pura berjalan dengan santai, "Aku tidak tahu makanan apa yang kamu suka, jadi aku hanya menyiapkan seadanya."
Sebenarnya, apa yang ingin Fang Chixia katakan masih berhubungan dengan pertanyaannya kemarin. Namun, Luo Yibei menolak untuk menjawab pertanyaannya dan malah berpura-pura menjadi dingin. Fang Chixia pun berpikir, Jika aku menyiapkan terlalu sedikit makanan dan dia tidak napsu untuk memakannya, bukan salahku jika dia mati kelaparan.
Luo Yibei berjalan dengan ekspresi dingin sambil menatap Fang Chixia dengan wajah dingin, lalu beralih ke arah makanan yang telah disiapkan oleh Fang Chixia. Ia menatap roti berlapis keju yang terlalu tebal dan memalingkan muka dengan wajah tanpa ekspresi. "Aku tidak suka dengan ini!"
"Karena kamu tidak memberitahuku apa yang kamu suka," jawab Fang Chixia. Ia menarik kursi, duduk, kemudian menyelipkan rambut ke belakang telinganya dan memakan rotinya dengan santai tanpa mempedulikan Luo Yibei.
"Sekarang aku sudah memberitahumu jika aku tidak suka itu!" kata Luo Yibei dengan suara yang sangat dingin.
"Sekarang aku sudah selesai memasak. Tidak ada gunanya berkata seperti itu," kata Fang Chixia sambil terus memakan rotinya.
Luo Yibei menunduk dan tidak menunjukkan tanda-tanda kemarahan. Namun, ia berkata dengan malas, "Jika dalam tiga detik kamu tidak mau mengganti roti yang ada di piring ini, aku tidak keberatan jika harus mengambilmu sebagai sarapan."
Fang Chixia langsung bergidik. Bahkan, tangannya yang memegang pisau ikut bergetar. Apakah dia mengancamku? batinnya.