Shabi baru saja akan tidur ketika ponselnya berdering, Saat panggilan Vcall masuk siapa lagi bukan Athur.
Dengan malas cewek itu menggeser tombol jawab.
Athur terihat sedang dikelilingi perempuan-perempuan cantik dan seksi, dari latar belakang tempatnya melakukan Vcall.
Jelas pria itu sedang berada dalam ruang khusus di klub.
Perempuan-perempuan itu tanpa malu bermanja ria, bahkan ada yang mencumbu leher pria itu tanpa malu penuh nafsu.
Seperti biasa reaksi Shabi biasa saja, selama mereka bersama selama ini bukan hal aneh jika pria itu melakukan hal seenak hatinya.
"Mau dibawain apa buat oleh-oleh?Tas? jam tangan?atau ada hal lain,sebutin aja. Aku bakal bawain buat kamu,Sayang."
Ucap Athur lembut, pria itu pasti selalu menanyakannya ingin dibelikan apa?
Setiap kali akan kembali dari bisnisnya.
"Apple Watch Hermes juga kalung berlian." Dengan gaya cueknya cewek cantik ini menyebutkan benda yang diinginkannya.
Tak ada senyuman, seperti biasa.
Athur tak mempermasalahkanya selama Shabi patuh.
Sedikitpun tak ada mimik cemburu pada mukanya.
Meskipun tengah melihat kelakuan-kelakuan para jalang yang sedang menyumbui calon suaminya tersebut begitu tak tahu malu.
Athur tersenyum. "Itu aja?"
Shabi mengagguk.
"Oke, aku beliin. Yaudah kamu tidur sana."
Penggilan Vcall pun terputus.
Iya meskipun Athur tegas dan suka mengatur, Dominan dalam hubungan tapi nyatanya pria itu sangat memanjakan dan menyanyangi Shabi.
Memori Shabi kembali ke beberapa tahun silam saat dia pertama kali bertemu pria itu, semuanya berjalan indah.
Mereka saling mencintai dan melekapi satu sama lain.
Bahkan saking cintanya Shabi rela memberikan mahkotanya pada Athur, membiarkan pria itu menikmati tubuhnya kapanpun dan dimanapun.
Menuruti apapun perkataaan Athur.
Hanya dengan Athur dia merasa bahagia, kesedihan akibat kematian kakek-neneknya tak begitu menyakitkan karena kehadiran Athur.
Sampai suatu hari Athur menghancurkan semua.
Membuat Shabi terluka berat dan memutuskan untuk kabur.
"Kenapa si lo harus hadir ke dalam kehidupan gue lagi?!Nggak puas apa lo udah bikin gue hancurrr."
Dengan perasaan emosi Shabi melempar fotonya bersama Athur ke lantai dan kembali menangis.
Menutup wajahnya dengan telapak tangan.
"Dasar pria bajingan!"
-
-
-
Kepala Guntur masih sedikit pusing akibat terlalu banyak minum sake semalem, Brian malah tak mengalami hal tersebut karena semalam dia minum tak sebanyak Guntur.
Brian juga pada dasarnya kuat minum meskipun bukan peminum.
"Makanya lain kali minum jangan terlalu banyak."
Guntur yang diperingati malah cuek bebek, cowok itu beranjak dari ranjang masuk ke dalam kamar mandi.
Brian sibuk membuat sarapan untuk mereka.
15 menit kemudian Guntur keluar kamar mandi, memakai pakaian lalu menata rambut.
"Menu kita hari nih nasi goreng omelet plus jus alpukat."
Brian meletakan dua pering berisi nasi goreng omelet juga dua gelas jus diatas meja makan.
Duduk manis, menyantap sarapan paginya duluan saking tak bisa menahan rasa lapar.
Mendengar omelet Guntur bahagia..
Ya omelet adalah salah satu makanan favoritnya.
Apalagi omelet buatan Brian asli enak.
Ada sebuah betto berisi nasi goreng omelet untuk pacar Brian, setiap pagi cowok itu akan membawakan betto untuk pacarnya.
"Lo tuh nggak bosen apa tiap hari bawain bekal buat Yuri?Lagian gue heran kok bisa lo jatuh cinta sama cewek galak kayak dia?"
Hubungan Guntur dan Yuriko memang tak terlalu baik, karena keduanya sama-sama cuek.
Brian dengan santai menggelengkan kepala.
"Nggaklah, sesuatu lo lakuin tulus dari dalam hati nggak bakal bosen. Dia nggak galak kok cuma sedikit jutek aja tapi justru itu bikin gue cinta."
Yuriko adalah cewek jepang yang berhasil mengambil hati Brian, cewek imut itu merupakan pemegang sabuk hitam juga atlet karate dikampus mereka.
Bahkan cewek itu sering menjurai pertandingan karate.
Padahal banyak cewek jepang lembut yang mengejar Brian tapi nyatanya Brian malah jatuh cinta dengan sosok cewek tomboy itu.
"Oh, iya kampus kita lusa bakal kedatangan tamu istimewah. Gue denger dia alumnus kampus ini juga sebagai donatur tetap kampus. Dia pengusaha luar biasa sukses dan katanya dia juga lulusan terbaik di kampus sampai detik ini."
Sejujurnya Guntur tak peduli akan hal ini, siapa yang peduli dengan sosok yang menurut Guntur biasa saja.
"Gue nggak peduli, kita wajib nyambut?"
"Iyalah, karena itu udah jadi kewajiban setiap mahasiswa/mahasiswi di sini kalo nggak hadir kita bakal kena nilai jelek disemua mata kuliah."
Guntur tak menyangka sosok alumnus tersebut begitu berpengaruhnya di universitas.
Untuk hal ini Guntur mengakui sosok itu hebat karena berhasil Universitas terkemuka mereka menyambut kedatangannya.
Guntur duduk disamping Brian lalu menyantap sarapan paginya.
Dalam hati menyimpulkan bahwa siapapun orang itu berarti dia bukan orang sembarangan dan pasti mempunyai pengaruh yang kuat dikampusnya atau mungkin di negara sakura ini.
-
-
-
Sepulangnya dari Paris , Athur langsung menemui Shabi di rumah.
Shabi sedang diajarkan oleh seorang profesor, Athur memang memutuskan agar Shabi berkuliah di dalam rumah.
Karena dia tak mau Shabi berkuliah diluar, pria itu tak mau Shabi sampai dekat dengan cowok lain.
Bukan hal sulit untuk Shabi memikat lawan jenis.
Menyadari kedatangan Athur, profesor itu menyapa lalu kembali mengajar Shabi.
Athur tak mau menganggu jadi dia masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian kemudian beristirahat.
Menonton acara Tv.
Satu setengah jam kemudian Shabi menyusul masuk ke dalam kamar.
Cewek cantik imut itu naik ke atas ranjang lalu mencium Athur.
"Bagaimana kuliahmu hari nih?lancar?"
Pertanyaan yang sama selalu dilontarkan Athur saat Shabi selesai kuliah.
Cewek ini mengangguk.
"Lancar seperti biasa."
Athur membelai sebelah pipi Shabi. "Good Job,Baby."
Pria itu memberikan papper bag berisi benda permintaan Shabi.
Shabi seperti biasa mengucapkan terimakasih dan meletakan papper bag diatas nakas tanpa melihat isinya terlebih dulu.
"Besok kamu temenin aku ya." Kata Athur santai.
Shabi menggerutkan dahi."Kemana?"
"Universitas Tokyo." Balas Athur singkat.
"Dalam rangka acara apa?"
"Kunjungan biasa aja."
Shabi sebenarnya malas menemani tapi dia tak mungkin menolak. "Yaudah kalo begitu."
Senyuman kepuasan terbentuk pada bibir pria itu.
Athur menarik Shabi lalu melumat bibir Shabi dengan kasar.
"I miss you." Ucap pria itu setelah melepas tautan bibir mereka
Shabi dengan terpaksa tersenyum dan kembali berbohong.
"Miss you,Too."
Tbc