" Gue mau lihat Tata!" ucap Fero. Valen berdiri dan mendekati Fero. Dicengkeramnya kerah kemeja Fero.
" Gue nggak mau lo ada disini!" kata Valen. Tapi Fero hanya tersenyum.
" Tapi lo harus mau!" jawab Fero.
" Apa maksud lo?" tanya Valen denan pandangan marah.
" Al! Ada apa ini? Kenapa kamu seperti itu pada Fero?" tanya mama Valen sambil mendorong dan memisahkan mereka berdua.
" Al, nggak suka lihat dia ada disini, ma!" jawab Valen menunjuk Fero.
" Tapi kamu harusnya berterima kasih padanya!" kata mamanya.
" Apa? Apa maksud mama?" tanya Valen menatap mamanya.
" Kalo Fero nggak datang dan mendonorkan darahnya, Tata pasti tidak akan bisa selamat!" jawab mamanya.
" Apa?" Dia..."
" Valen!" sapa seorang dikter yang keluar dari ruang IGD.
" Vanya! Bagaimana Tata?" sapa Valen mendekati Vanya.
" Lo harus berterima kasih pada pendonor darah Tata, karena kalo dia terlambat datang, lo pasti kehilangan mereka berdua!" tutur Vanya dan itu membuat Valen seperti tertampar harga dirinya.
" Apa?" ucap Valen kaget.
" Tata mengalami pendarahan besar, karena itu dia kehilangan banyak darah! Terlebih setelah gue melakukan kuretase, pendarahannya semakin parah!" jelas Vanya.
" Sekarang bagaimana keadaan dia ? Apa gue boleh liat?" tanya Valen dengan wajah sedih.
" Saat ini dia masih dalam keadaan yang harus terus diobservasi! Jadi dia harus di ruang ICU dulu, kalo malam ini dia bisa melewati dengan baik, besok dia bisa dipindah di kamar biasa!" jawab Vanya.
" Thanks ya Nya!" ucap Valen.
" Sama-sama! Lo yang sabar, ya!" ucap Vanya balik. Valen menganggukkan kepalanya.
" Trima kasih Vanya!" ucap mama valen.
" Sama-sama Tante!" jawab Vanya.
" Ok, gue harus pergi dulu!" pamit Vanya.
" Nya! Bisa kita bicara berdua?" tanya Valen.
" Boleh! Kita keruangan gue! Tapi gue masuk sebentar!" jawab Vanya diikuti anggukan kepala oleh Valen. Vanya masuk kembali ke dalam IGD.
" Ma! Mama kalo mau pulang biar Ben yang antar!" ucap Valen.
" Iya! Mama lumayan capek mendengar berita yang kamu berikan!" jawab mamanya.
" Ben! Antar mama pulang!" perintah Valen pada Ben yang sedang berdiri di dekat lorong.
" Siap, Bos!" jawab Ben.
" Apa sama Fero kamu nggak akan mengatakan apa-apa?" tanya mamanya. Valen menghembuskan nafas panjangnya.
" Meskipun gue nggak suka lo yang donorin darah lo pada istri gue, tapi gue pribadi dan atas nama keluarga ngucapin trima kasih sama lo!" tutur Valen dengan malas.
" Gue ngelakuin ini semua demi Tata! Karena gue cinta sama di!" ucap Fero yang membuat hati Valen menjadi panas dan akan memukul Fero jika saja Ben tidak memegangi tubuhnya.
" Lo..."
" Al! Sudah! Cukup! Kalian berdua ini seperti anak kecil aja!" kata mamanya marah.
Mereka berdua terdiam mendengar kemarahan mama Valen. Ben melepaskan Bosnya lalu menundukkan kepalanya karena mendapatkan tatapan tajam dari Valen.
" Apa kalian ingin dilihat seisi RS ini? Mama nggak habis pikir!" cerca mamanya.
" Fero! Kamu pulang saja dulu! Besok kalo mau kesini kamu hubungi Tante dulu, kita pergi sama-sama!" ujar mama Valen.
" Mama?" kata Valen heran mendengar ucapan mamanya yang seakan membela Fero.
" Iya, Tante! Terima kasih!" jawab Fero sumringah.
" Ayo, Ben! Antar aku pulang!" ucap mama Valen pada Ben.
" Pulang sama saya saja, Tante!" Fero menawarkan diri.
" Nggak perlu!" jawab Valen tegas.
" Ayo! Antar Tante pulang!" kata mamanya.
" Ma!" panggil Valen.
" Sudah! Mama mau istirahat! Besok mama kesini lagi!" ucap mamanya lalu pergi meninggalkan Valen yang kecewa dengan keputusan mamanya. Fero yang mengikuti mama Valen di belakangnya tersenyum smirk dan Valen melihat senyuman itu.
" Ben! Ikuti mereka!" kata Valen.
" Siap, Bos!" jawab Ben. Tidak lama kemudian Vanya keluar dengan pakaian bebas tanpa jas putihnya.
" Apa kita bisa makan dulu? Gue lapar!" kata Vanya.
" Tentu saja! Dimana?" tanya Valen.
" Di kantin saja!" jawab Vanya.
" Tata?" tanya Valen.
" Gue udah menyuruh perawat untuk memberitahu jika terjadi sesuatu!" kata Vanya. Kemudian mereka berjalan beriringan ke kantin RS. Vanya memesan makan malamnya sedangkan Valen hanya memesan kopi saja.
" Apa yang pengen lo bicarakan?" tanya Vanya.
" Kenapa Tata bisa mengalami pendarahan?" tanya Valen. Vanya menatap pria tampan di depannya itu. Lo masih tidak berubah, Valentino Abiseka! Kenapa lo sangat mencintai Renata? batin Vanya.
" Baru dua hari yang lalu dia pulang dari kram diperutnya!" kata Valen lagi.
" Apa yang dikatakan dokter?" tanya Vanya sambil menikmati makannya yang baru saja diantar oleh pelayan kantin.
" Sebenarnya kami tidak boleh berhubungan dulu! Tapi waktu itu Tata memaksa!" jawab Valen malu.
" Hmm! Istrimu ternyata agresif juga!" sahut Vanya. Siapa juga yang nggak jika suaminya seperti dirimu! Jika aku jadi Tata mungkin tidak akan membiarkanmu bekerja di kantor! batin Vanya. Issshhh! Gue mikir apa, sih? batin Vanya tersedak. Valen yang melihat langsung memberikan minuman Vanya.
" Pelan-pelan, Nya!" kata Valen.
" Sorry! Tapi kalo itu membuat Tata rileks, hal itu tidak akan berbahaya!" jawab Vanya.
" Jadi kenapa dia sampai mengalami pendarahan?" tanya Valen penasaran.
" Dia pasti mengalami depresi ato stres! Tekanan batin juga bisa mempengaruhi terjadinya hal itu, Valen!" tutur Vanya. Sialan lo, Lewis! Lo harus bayar semua ini! Gue nggak akan lepasin lo! batin Valen, tangannya mengepal sempurna hingga kukunya menyebabkan telapak tangannya menjadi putih. Vanya belum menyadari wajah Valen yang telah berubah menakutkan.
" Apa dia mengalami sesuatu sebelum dia dibawa kesini?" tanya Vanya sambil melihat makanannya.
" Nya! Gue harus pergi! Thanks buat semuanya!" ucap Valen pada Vanya tiba-tiba.
" Ok! Gue akan pantau terus kesehatan istri lo!" jawab Vanya kecewa. Valen kemudian membayar makanan Vanya dan pergi meninggalkan dokter itu sendiri. Valen menghubungi Hans.
" Bagaimana?"
- " Dia bekerja sama dengan mafia, Bos!" -
" Aku sudah menebak! Dia tidak akan berani melakukan sesuatu yang buruk jika hanya seorang diri! Dasar pengecut!"
- " Apa yang harus kita lakukan, Bos!" -
" Kamu tahu siapa mereka?"
- " Black Eagle, Bos!" -
" Bodoh! Dia mengira dia aman bersama mereka!"
- " Iya, Bos!" -
" Tempatkan beberapa orang di RS! Temui aku bersama Ben di tempat biasa!"
- " Siap, Bos!" -
Valen menutup panggilannya. Dasar amatiran! Kamu akan mengetahui bagaimana rasanya telah menyentuh gue, lewis! batin Valen. Valen meninggalkan RS dan menuju tempat yang di maksudnya untuk bertemu Ben dan Hans.
" Pa!"
- " Ya?" -
" Apa papa tahu tentang Al?"
- " Kenapa dengan anak itu?" -
" Dia telah menikah dan akan punya anak dengan Tata!"
- " Lalu?" -
" Apa maksud papa lalu? Kenapa papa tidak terkejut? Apa papa tahu sesuatu yang mama tidak?"
- " Sudahlah! Aku tidak mau membicarakan hal tidak penting begini!" -
" Tidak penting? Selama ini aku hanya diam melihat perlakuanmu pada Al! Tapi sudah cukup!"
- " Apa maksudmu?" -
" Sebaiknya kita berpisah!"
-