Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 61 - Kepercayaan Valen

Chapter 61 - Kepercayaan Valen

" Sayang! Reyn! Sayang!" panggil Valen sambil menggoyang-gyangkan pipi Tata. Valen kemudian menekan bel yang ada di dekat brankar Tata, beberapa saat kemudian seorang perawat masuk dan melihat keadaan Tata lalu memanggil dokter untuk memeriksa Tata.

" Mama?" panggil Tata yang melihat mama mertuanya saat dia bangun dari pingsannya.

" Sayang!" jawab mama Valen lalu mengecup pipi menantunya dan memeluknya.

" Aku kehilangan anakku ma!" ucap Tata lalu menagis. Mama Valen sangat sedih melihat menantunya.

" Sudah! Sabar! Kamu masih muda, sayang!" jawab mama Valen. Akhirnya Tata sedikit tenang setelah berbicara banyak dengan mama Valen. Valen yang duduk di sofa menyadari jika dia sangat beruntung memiliki dua wanita yang hebat dalam hidupnya.

" Maafkan aku yang nggak bisa menjaga anak kita!" ucap Tata saat Valen duduk di kursi sambil menyuapinya makan.

" Sudahlah! Ini kesalahan dia!" ucap Valen.

" Dia? Siapa?" tanya Tata penasaran.

" Sudahlah! Tidak perlu dibahas! Kamu harus menghabiskan ini! Setelah itu aku akan pergi ke kantor dulu!" ucap Valen setelah Tata menghabiskan makanannya.

" Kamu akan pergi?" tanya Tata mulai dengan kemanjaannya.

" Perusahaanku harus jalan sayang! Karyawanku bisa kelaparan jika aku tidak bekerja!" jawab Valen yang naik ke atas brankar dan memeluk istrinya. Tata melingkarkan tangannya dipinggang Valen dan bersandar didada bidang pria itu, Harum tubuh Valen menenangkan hati Tata tercium oleh hidungnya. Mama Valen tersenyum melihat keintiman anak dan menantunya. Dia senang sekali Valen telah menemukan cintanya dan bisa hidup bahagia.

" Tapi aku masih ingin bersamamu!" ucap Tata pelan.

" Nanti aku pasti kembali kesini!" kata Valen menenangkan istrinya.

" Lagian kan ada mama yang menemanimu!" ucap Valen mengecup lembut kening Tata.

" Iya! Cepet kesini, ya!" ucapa Tata.

" Iya!" jawab Valen, dia sebisa mungkin menghindari pembicaraan tentang Reva.

" Aku pergi!" ucap Valen lalu mencium mesra bibir Tata hingga Tata merona merah.

" Aku selalu suka jika kamu tersipu malu!" ucap Valen menyentuh cepat hidung Tata.

" Ma! Aku ke kantor dulu!" pamit Valen.

" Iya! Hati-hati, nak!" pesan mamanya. Lalu Valen pergi meninggalkan dua wanita yang telah membuat hidupnya sempurna.

Sementara ditempat lain penyergapan ke markas Lewis tidak memerlukan waktu yang lama, karena mereka semua tidak lebih hebat dari anak buah Valen. Black Eagle adalah geng mafia yang masih baru dalam dunia hitam dan Valen memiliki anak buah yang telah berpengalaman dalam dunia hitam lebih dari cukup. Hans adalah bekas anggota mafia yang sangat ditakuti di negaranya dan dia diselamatkan Valen saat akan dibunuh oleh Ketuanya. Sejak saat itu dia menyerahkan hidupnya pada Valen.

" Bos! Kami telah membawanya ke markas!" kata Hans lewat telpon kepada Valen. Valen menutup ponselnya dan pergi ke markasnya. Reva telah diantar pulang ke apartement Tata dan sedang tidur. Semua anggota Black Eagle di bawa ke pejara oleh Polisi yang sengaja mereka beritahu. Valen tiba di markasnya dengan wajah penuh amarah. Valen masuk ke sebuah gudang miliknya yang dipakai untuk menyimpan bahan bangunan. Dia bersama beberapa orang pengawalnya menuju ke bagian tengah gudang, lalu seorang pengawalnya menekan tombol yang terdapat di sebuah rak besar, lalu rak tersebut tergeser dan terlihat sebuah pintu di lantai. Pengawal Valen membuka pintu tersebut dan mereka masuk ke lantai bawah gedung. Mereka menyusuri lorong yang hanya muat untuk 2 orang saja. Lalu mereka tiba di sebuah pintu. Pengawal Valen membuka pintu tersebut dan terlihat sebuah ruangan yang cukup besar. Valen menatap ke lantai bawah, dilihatnya seorang pria dengan kepala tertutup kain duduk terikat di tengah ruangan. Sedangkan disebelah kirinya terdapat sebuah ruang besar untuk pertemuan dan di sebelah kanan adalah sebuah kamar untuk Valen beristirahat. Dibawah terdapat kamar panjang untuk tidur pengawal Valen saat disini. Valen turun dengan lift yang ada disamping pintu.

" Buka!" kata Valen pada Hans. Hans membuka penutup kepala seorang pria yang duduk terikat di sebuah kursi.

" Brengsek! Siapa kalian?" teriak pria itu marah. Matanya silau dengan lampu yang diletakkan diatas kepalanya dan sekeliling ruangan lainnya terlihat gelap.

"Selamat datang, lewis! Atau gue sebut, kakak?" ucap Valen.

" Valen? Brengsek! Maju lo! Jangan jadi pengecut!" teriak Lewis lagi.

" Pengecut? Apa gue nggak salah denger?" ucap Valen, lalu dia mendekati lewis.

" Bukannya lo yang menculik anak gue?" tanya Valen.

" Gue nyesel nggak ngebunuh anak sialan itu!" ucap Lewis kasar.

" Lo...!"

" Gue masih nganggep lo karna mama! Kalo lo mau mengaku pada polisi, gue akan ampuni lo!" ucap Valen.

" Gue nggak sudi lo kasihani! Lepasin gue! Kita lihat siapa yang kuat diantara kita!" ucap Lewis. Valen tahu jika dari dulu lewis memang ingin mengalahkannya dalam segala hal. Dia sebenarnya kasihan dengan kakak angkatnya itu, arena dia telah dicuci otaknya oleh papanya. Papa Valen telah memberikan kata-kata ataupun didikan yang buruk pada lewis, karena itu sifat aslinya terlihat saat dia marah. Valen membuka jasnya, lalu menggulung lengan kemejanya.

" Lepaskan dia!" ucap Valen. Kemudian tanpa menunggu lama setelah talinya terlepas dari tubuhnya, dia menyerang Valen dengan brutal. Valen yang kaget tidak sempat menghindar dan terkena pukulan bertubi di wajahnya. Hans dan Ben yang melihat akan menarik Lewis.

" Jangan ada yang mendekat!" teriak Valen disela pukulan Lewis yang membabi buta, membuat langkah mereka terhenti. Dengan cepat Valen menahan pukulan Lewis dan mendorongnya dengan kuat, Lewis tersungkur ke belakang.

" Masih suka main curang?" ucap Valen sambil meludahkan darah yang terdapat di dalam mulutnya.

" Majulah! Gue akan memuaskan hasrat terpendam lo yang sangat ingin menghabisi gue!" kata Valen membuat darah Lewis mendidih. Kemudian dia menyerang Valen dan mereka saling pukul dan tangkis. Lewis kalah jauh dengan Valen yang memiliki kemampuan beladiri diatas rata-rata. Valen berlatih tinju dan beladiri dengan keras saat dia merasa papanya tidak menyayangi atau memperhatikannya.

" Apa masih mau lagi?" tanya Valen yang melihat lewis terkapar bersimbah darah.

" Breng...sek...lo!" ucap lewis terbata sambil berusaha untuk bangun, tapi tubuhnya terasa remuk dan sakit.

" Sebenarnya gue mau lo mati, karena lo culik reva Tata kaget dan keguguran! Tapi gue akan kasih lo kesempatan sekali lagi untuk berubah! Kalo lo masih berani mendekati keluarga gue! Lo denger keluarga gue! Gue nggak akan segan-segan buat hancurin lo sampai lebur! Lo inget itu! Bawa dia pergi ke RS!" ucap Valen.

" Tapi, Bos..."

" Hans! Apa kamu meragukanku?" teriak Valen saat Hans akan protes tentang keputusannya.

" Maaf, Bos!" jawab Hans lalu menyuruh anak buahnya untuk membawa Lewis.

" Lo akan...menyesal...telah melepas...gue!" ucap Lewis.

" Sepertinya begitu!" jawab Valen sinis. Kemudian mereka membawa Lewis pergi dari tempat itu.

" Apa saya panggilkan dokter?" tanya Ben melihat luka di wajah dan tubuh Bosnya.

" Aku bisa berobat di RS tempat Tata dirawat!" ucap Valen.

" Kita kemana, Bos?" tanya Ben.

" Aku mau mandi dulu lalu ke RS!" ucap Valen kemudian naik menggunakan lift yang langsung ke kamarnya di lantai atas