Chereads / Aku Bukan Pilihan Hatimu / Chapter 63 - Black Eagle

Chapter 63 - Black Eagle

Valen membuka pintu dilihatnya Ben yang berada disana.

" Maaf, Bos! Ini tentang Black Eagle!" ucap Valen.

" Kita bicara di luar!" jawab Valen. Mereka keluar dari kamar dan duduk di kursi yang berada di luar kamar Tata.

" Bicara!" ucap Valen dengan wajah penuh amarah.

" Black Eagle menyebarkan berita bahwa Bos sengaja menyerang kelompoknya dengan brutal! Dan para mafia yang merasa Bos telah melanggar batas permasalahan mereka, menyuruh para investor yang punya hubungan dengan mereka untuk menarik investasinya pada perusahaan kita, Bos!" tutur Valen.

" Brengsek! Bagaimana kondisi perusahaan?" tanya Valen.

" Seluruh perusahaan kita hampir colaps Bos! Banyak proyek besar yang baru setengah jalan!" ucap Ben.

" Berapa lama bisa bertahan?" tanya Valen.

" Tiga bulan Bos!" jawab Ben pelan.

" Kamu selidiki siapa dibalik Black Eagle sehingga bisa melakukan semua ini! Aku yakin pasti ada orang lain, karena dia hanya amatiran!" kata Valen.

" Siap, Bos!" jawab Ben. Valen menatap kearah lantai, dia berpikir keras guna mengatasi semua ini.

" Bos! Apa Bos akan ke Kota SS?" tanya Ben.

" Iya, Ben! Perusahaanku paling besar berada di negara itu, jadi aku harus kesana!" kata Valen frustasi, karena Tata pasti sangat kecewa jika dia meninggalkannya.

" Pergilah!" kata Valen, lalu Ben berdiri dan melangkah pergi disusul Valen yang masuk ke dalam kamar Tata. Dilihatnya Tata masih memejamkan matanya tapi posisinya telah berubah terlentang. Valen menuju sofa lalu membaringkan tubuhnya disana. Besok dia harus bicara dengan Tata tentang rencananya pergi ke negara S.

" Nenek! Reva pengen ketemu mama!" rengek Reva pada mama Valen yang sejak semalam menginap di apartement Tata, karena dia ingin ketemu dengan cucunya.

" Nanti saja kalo mama sudah pulang!" jawab mama Valen.

" Kapan, nek?" tanya reva.

" Nenek juga tidak tahu sayang!" jawab mama Valen.

" Kenapa kita nggak kesana saja searang?" tanya reva lagi.

" Kamu masih kecil sayang! Nggak boleh ke RS, disana banyak orang sakit!" jawab mama Valen.

" Kapan mama pulangnya?" tanya Reva penasaran.

" Kalo mama sudah tidak merasakan sakit, dia akan pulang hari ini!" jawab mama Valen dengan sabar, karena dia tahu reva adalah anak yang sangat kritis.

" Hore! Mama akan pulang!" teriak Reva senang.

" Ayo kita sarapan!" ajak mama Valen. Mereka pergi ke meja makan lalu makan bersama.

" Apa nenek tahu?" tanya reva.

" Apa?" tanya mama Valen.

" Reva akan punya adaik cowok namanya Varel!" kata Reva dengan mulutnya yang mungil. Mama Valen terkejut mendengar antusias cucunya, Dia diam tidak berani bicara apa-apa, dia takut jika cucunya akan kecewa saat diberitahu.

" Apa nenek nggak suka reva punya adik?" tanya reva sedih.

" Tentu saja suka sayang!" jawab mama Valen.

" Sudah siang! Nanti kamu terlambat!" kata mama Valen. Reva lalu turun dari kursinya dan pergi mencium neneknya dan melangkah ke arah pintu bersama Nanik.

Sementara di RS, Tata diperiksa oleh Vanya pagi itu setelah dia sarapan dan minum obat.

" Bagus! Lo bisa pulang hari ini!" kata Vanya. Tata tersenyum dan memeluk pinggang Valen yang berdiri di dekatnya. Valen mengecup puncak rambut Tata, membuat Vanya mengalihkan pandangannya ke catatan rekam medis Tata.

" Ok! Sampai ketemu lagi! Gue harap lo cepet hamil lagi! Gue tunggu kabar baiknya!" kata Vanya dengan tersenyum.

" Thanks, Nya!" jawab Valen pelan.

" Makasih, Nya!" kata Tata. Lalu Vanya keluar dari kamar Tata diikuti perawat yang menyertainya tadi.

" Aku bayar administrasi RS dulu, ya!" kata Valen. Tata menganggukkan kepalanya. Diluar Ben telah menunggu Valen, lalu mereka pergi ke kantin setelah membayar biaya RS.

" Ini semua data mereka, Bos!" kata Ben sambil menyerahkan dokumen pada Valen. Valen membuka dokumen itu dan membacanya lembar-demi lembar.

" Brengsek! Benar kataku! Ada yang berdiri dibelakang dia!" kata Valen.

" Apa langkah kita, Bos?" tanya Ben.

" Apa dia masih mau membantuku, Ben?" Valen bertanya dengan wajah bingung.

" Kenapa tidak dicoba dulu, Bos! Dia sangat menyayangi, Bos!" kata Ben. Valen menyalakan ponselnya dan menekan nomer seseorang.

- " Halo!" -

" Halo, Om!"

- " Temui aku besok ditempat biasa!" -

" Ya, Om!"

Valen mematikan ponselnya saat panggilannya terputus.

" Sepertinya dia tahu, Ben!" kata Valen.

" Pasti, Bos! Beliau selalu mengikuti berita tentang Bos!" kata Ben. Valen kemudian kembali ke kamar Tata, dilihatnya istrinya itu sedang tertidur di sofa.

" Sayang!" sapa Valen mengelus pipi istrinya. Tata membuka matanya dan tersenyum melihat pria yang sangat dicintainya berada di depannya.

" Sayang!" jawab Tata.

" Kita pulang!" ucap Valen, lalu Tata berdiri dan duduk di kursi roda yang tadi dibawa masuk oleh seorang perawat. Valen mendorong Tata keluar kamar, lalu digantikan oleh perawat RS. Ben membawa tas yang berisi pakaian Bos dan Nyonyanya. Setelah sampai di depan lobby, Ben membukakan pintu mobil dan Valen memegang tangan Tata untuk masuk ke dalam mobil kemudian dia memutar untuk masuk ke bagian sebelahnya lagi. Selama perjalanan Tata memeluk lengan Valen dengan erat, hal ini membuat Valen semakin gundah. Dia tidak tega untuk mengatakan rencananya yang akan pergi selama 1-3 bulan. Ben melihat kegelisahan Bosnya dari kaca spion, Kasihan Bos! Dia pasti sedang bingung! batin Ben. Valen hanya menatap keluar jendela, Tata yang menyadari jika suaminya tidak seperti biasanya, melepas pelukan tangannya. Valen tidak merasakan gerakan tangan Tata, Tata sedih melihat suaminya seperti itu. Tata merasa jika Valen pasti kecewa karena dia tidak bisa menjaga kandungannya dengan baik. Tanpa terasa airmata Tata menetes dipipinya dan Ben yang melihat menjadi kaget dan bertanya-tanya apa yang membuat Nyonya Bosnya menangis? Tata membuang pandangannya keluar jendela dan bersandar di sana. Valen masih belum menyadari keadaan Tata, karena pikirannya saat ini masih tertuju pada perusahaannya yang sedang mengalami kerugian.

" Bos! Kita sudah sampai!" ucap Ben pada Valen setelah mereka sampai di parkiran basement apartment Tata. Tata menghapus airmatanya dan membuka pintu mobil sendiri. Sedangkan Valen masih melamun ditempatnya.

" Bos!" panggil Ben, Valen terkejut dengan panggilan Ben, dia melihat kesamping tapi Tata tidak ada. Dia melihat Tata telah berdiri diluar mobil, lalu Valen keluar dan berjalan mendekati Tata sedangkan Ben pergi memarkir mobilnya.

" Ayo!" ajak Valen merangkul pundak istrinya. Tata hanya diam mengikuti langkah suaminya menuju lift yang akan membawa mereka ke apartement Tata. Didalam lift Tata hanya diam saja, Valen berpikir jika istrinya sedang lelah karena keadaannya. Tata masih berpikir suaminya benar-benar kecewa padanya karena dia hanya diam saja, bahkan tidak menatapnya. Mereka sampai di depan pintu apartement lalu membukanya dan masuk. Tata langsung masuk ke dalam kamarnya dan berbaring diranjang dengan mata berurai airmata, sedangkan Valen duduk di ruang tengah dan membuka laptopnya untuk mengecek berita dan emailnya.

" Sudah pulang, Al?" tanya mama Valen. Valen hanya diam saja tidak mendengar sapaan mamanya. Mamanya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, dia tahu Valen pasti sedang serius bekerja, karena itu kebiasaannya dari dulu hingga sekarang. Mama Valen pergi ke dapur untuk membuatkan putranya kopi.

" Minum dulu, Al!" kata mamanya sambil meletakkan kopi di samping Valen.

" Mama! Mkasih, ma!" jawab Valen.

" Tata mana?" tanya mamanya.

" Tadi langsung masuk kamar! Mungkin masih capek!" jawab Valen.

" Apa ada masalah?" tanya mamanya.

" Sedikit! Makanya Al harus ke Negara S besok pagi! Tapi Al nggak tahu cara ngomongnya ke Tata, ma!" tutur Valen sedih.

"