Chereads / STEVIANI ( Bahasa Indonesia ) / Chapter 6 - BAB 5 - PAIN ?

Chapter 6 - BAB 5 - PAIN ?

Seperti kala itu. Ani berangkat pagi untuk mampir mengambil buku diperpus. 

Ani berjalan melewati koridor yang biasa ia lewati. Tangannya mengangkut 32 buku paket bahasa.

Buku paket yang tebal nan berta. Sepertinya lagi - lagi perkataan Mars benar. Ini salahnya membawa buku terlalu banyak dengan tangan kecil.

"Eh... Ani. Mau gue bantu nggak ?"

Tanya Sandy. Kelas sebelah yang kebetulan lewat.

Ani mengangguk. Jujur saja tangannya bisa patah sesampainya dikelas nanti. Ani tersenyum lalu  bersama Sandy.

"Makasih ya San."

Ucap Ani sesampainya dikelas.

Sandy meninggalkan kelas Ani. 

Lita memandang kedua orang itu dengan mata lebar.

Lita berjingkrak kagum pada Ani yang mendapat bantuan dari cowok idaman sekolah ini. 

Sandy memang sangat populer disekolah. Banyak cewek - cewek yang mengidamkan.

Begitu juga dengan Mars. Ia juga populer disekolah. Tapi mereka berdua tak bisa dibandingkan. Sudut pandang populer nya berlawanan.

Ketika Sandy dikenal sebagai orang ganteng, pinter, keren, dan sedikit sombong yang membuat cewek - cewek berjingkrak.

Mars dikenal sebagai badboy sekolah, introvert, dan menakutkan. Hanya cewek fashionable yang bisa berdekatan dengan Mars. Walau Ani sendiri bukanlah cewek fashionable tapi parasnya tak dapat diremehkan ketika sudah  memegang make up. 

Ditambah lagi Ani memiliki gingsul yang menambah manis senyumannya.

"Omg. Ani !!. Lo dibantuin Sandy !!"

Lita memgang tangan Ani. Matanya berbinar - binar melihat sahabatnya berjalan dengan cowok idamannya.

Lita rela bila cowok idamannya jalan bersama sahabatnya. Itu mending dari pada sama orang lain.

Ani hanya tersenyum malu mendengar Lita yang terlalu berlebihan.

"Apaan sih !"

Ucap Ani tersipu. Ia duduk ditempat duduknya membuka buku tulisnya.

"Biasa an... Lagi panas dia"

Ucap Caca yang mengintip mereka berdua dikala ia tengah membaca novel. 

"Apaan sih lo. Oji !!"

Ketus Lita. Memutar kedua bola matanya. 

Ani terkekeh.

"Udah... Udah..."

Menenangkan kedua sahabatnya yang adu mulut.

"Btw, gimana hubungan lo sama Mars ?"

Tanya Lita.

Ani menghentikan kegiatan menulisnya sejenak. Ia menutup buku menaruh pena sebagai pembatasnya.

"Kan gue udah bilang. Gue itu bukan siapa - siapa Mars"

Caca terkekeh. Ia kagum dengan niat Ani yang bersi keras untuk menentang semua orang yang berkata mereka adalah berpacaran.

"Jelas - jelas lo pelukan ama dia. Tapi kalo diliat - liat sih. Mars ganteng uga"

Ucap Caca.

Tangan kanan dan kirinya kini tengah beradu argumen. 

Ia sedang menyukai 2 cowok dalam waktu bersamaan sekarang. Antara Oji dan Mars. Keduanya sahabat dekat. Tapi ia tak yakin untuk bisa berbicara dengan Mars. Bertatapan dia dari jarak jauh aja sudah bikin jantungnya terasa berhenti. Bulu kuduknya berdiri. 

Apalagi berbicara dengannya ?.

Ani mendengus kesal. Ia tak ingin mengecewakan ibunya. Ia tak peduli apa kata sosial media, apa kata orang - orang. Yang terpenting ia tak melakukannya.

Kini ia merasa lebih terbuka. Kini ia tahu apa rasanya menjadi korban gosip.

Sepertinya ia harus menghilangkan kebiasaan alamiah seorang wanita dalam dirinya. Apalagi kalau bukan bergosip.

"Dari pada ribut mending kekelas aja"

Caca berdecak kesal. Tugas nya belum selesai. Dirinya tak pernah nyaman main tanpa menyelesaikan tugas terlebih dahulu.

"Tugas gue gimana ?"

Tanya Caca. Menutup buku novel nya lalu memasukannya kedalam tas.

"Yaelah. Lo juga dari tadi baca novel"

Lita memutarkan kedua bola matanya.

"Yok dah. Nanti kita kerjain bareng"

Ani memainkan kedua alisnya menarik - narik tangan Caca.

"Demi contekan"

Ucap Caca pelan. Ani yang masih dapat mendengarnya menggeleng - gelengkan kepalanya. Heran pada sahabatnya yang satu ini.

...

Lita dan Caca tertawa. Mereka asik mengobrol.

"Lo tau nggak katanya. Reza punya tai lalat besar dipantatnya"

Seru Caca diakhiri tawa dhasyat.

Yah. Mereka masih menyelipkan bumbu gosip didalamnya.

Chellyn dengan kedua budaknya lewat.

"Iya. Katanya Mars nggak berangkat 3 hari matanya belekan, kepalanya berdarah, kakinya memar..."

Ucapan dari Ratna sekilas terdengar ketika mereka berpas - pasan tapi tak saling menyapa layaknya musuh.

Ani berhenti ditempatnya. Ia tak mempedulikan Lita dan Caca. Ani berlari kearah kelas XII IPS 1. Kelas Mars.

Ia menyelisik meja guru. Menemukan surat berjudulkan 'Mars'.

Dapat dilihat amplop itu sudah tersobek. Artinya seorang guru sudah membukanya.

Ani membuka surat yang ada didalamnya. Sekilas memiliki firasat aneh dengan tulisan tangan ini. Tapi Ani menepisnya jauh - jauh. Seorang teman sedang sakit mengapa ia masih memikirkan hal buruk tentangnya.

...

"Mars. Makan dulu !. Lo udah dari kemaren gak makan loh"

Perintah Inata Sari, kakak Mars.

Mars tak menghiraukan perkataan nya. Ia masih berkutat dengan samsak nya.

Inata atau yang sering dipanggil Nina berdiri menyandarkan diri nya dikosen. Menatap adiknya yang semakin lama semakin brutal untuk memukul samsak.

Mars berhenti. Menetralkan napasnya yang tersendat - sendat.

Ia sengaja meliburkan diri. Untung dirinya sudah ahli dalam meniru tanda tangan ayahnya.

Bel rumah berbunyi. 

"Makan !, gue bukain pintu !"

Nina membukakan pintu. 

Mendapati seorang gadis berambut ikal lengkap dengan seragamnya tengah tersenyum.

"Mars nya ada ?"

Tanya Ani.

"Ada. Tunggu bentar ya..."

Nina menghampiri Mars yang terduduk dikursi dekat tempat ia latihan bela diri. Berbisik padanya.

"Lo pacaran ya Mars ?"

Mars melotot mendengarnya. Ia menatap heran sekaligus menebak - nebak siapa tamunya.

"Ani ?"

Tanya Mars. Jujur saja dirinya sangat bahagia ketika Ani datang kemari. Namun itu akan menambah kesulotan untuk move on baginya.

Sial sekali. Mengapa nasib begini yang harus ia terima.

"Suruh masuk aja"

Ucap Mars.

Nina sangat tak setuju bila Mars berpacaran. Mars hanyalah anak kecil yang menganggap remeh segalanya. Menganggap enteng segala hal. Bahkan dirinya sangatlah jauh dari kata peka. Bukan nya melarang. Mungkin belum saatnya saja.

"Masuk aja..."

Ucap Nina.

Setelah dipersilahkan, Ani terduduk disofa ruang keluarga. Menunggu kedatangan Mars. Ia sudah membawakan nya bubur ayam buatan sendiri.

Mars berjalan kehadapan Ani. Menampilkan dirinya yang begitu tampak segar dan sehat sehabis olahraga.

Ani mengerutkan dahinya.

"Bentar gue mandi dulu ya"

Ucap Mars. Kata aku-kamu sudah tidak berlaku lagi sepertinya.

Mars berlalu begitu saja setelah mendapat anggukan lemah dari Ani.

Nina terduduk disebelah Ani.

"Nina, kakak nya Mars"

Nina mengulurkan tanganya yang langsung direspon oleh Ani.

"Ani."

Ucapnya singkat.

"Biasa Mars kalo nggak masuk mandi nya siang."

Jelas Nina, disambut tawa kecil oleh Ani. Ia sudah mengetahui itu. Dapat dilihat dari sifatnya sudah menggambarkan hatinya.

"Ani dari mana ?"

Tanya Nina.

"Dari sekolah kak. Tadi mampir kerumah bentar buat ini..."

Ani mengeluarkan wadah makan berisikan bubur. Menaruhnya diatas meja.

"Oh... Makasih ya. Ngerepotin kamu aja"

"Oh,, nggak ap kok kak. Maaf tadi cuman bikin satu."

"Iya. Aku udah makan kok"

Ani menundukan kepalanya. Memainkan kukunya. Dirinya seperti terkutuk menjadi patung. Sungkan untuk berkata maupun bergerak.

"Kalian itu..." Nina tampak berpikir sebentar.

"Cuma temen kok kak."

Celetuk Ani. Ia tak mau dirinya dianggap lebih oleh kakak Mars.

"Owh.." Memang Nina sedikit terkejut dengan itu.

"Mars udah pernah peluk kamu ?"

Tanya Nina menaikan kedua alisnya.

Ani meringis. Enggan untuk menjawab tapi ia harus menjawabnya. Segera.

"U...udah kak. Mars yang tiba - tiba meluk sendiri. Maaf kak kalo lancang"

"Oh nggak apa. Mars emang gitu. Dia suka anggap remeh sesuatu."

Mars keluar dari kamarnya. Ani melihat nya dengan pupilnya yang melebar. 

Kenapa disaat begini Mars tampak begitu tampan. 

Kaos abu - abunya sangat cocok dengan Mars. Rambut hitamnya masih basah karena air.

Ani mengerjapkan matanya. Membuang wajah nya. Jangan. Mereka cuma teman. Nggak lebih, dan nggak bakal lebih.

HP Ani bergetar. Ia mengambilnya melihat nama 'Abang Aldo' tengah menelponnya.

Telpon itu langsung dimatikan sebelum diangkat. Chat line masuk dari Aldo. 

"Telpon balik"

Pinta Aldo.

Giginya Ani menggigit kuat. Betapa pelitnya Aldo.

"Gak maoo!!. Aku juga lagi dirumah temen kak"

Ani mengirim pesan.

"Mars ?. Bangke tu anak."

"Kak. Saru !. Mars lagi sakit, makanya aku jenguk"

Ani melirik kembali Mars. Tidak melihat sedikitpun tanda - tanda sakit pada diri Mars.

"Serius ?. Ya udah. Cepet balik. Ikut kagak ?"

"Ikut dong. Tunggu otw"

Mengingat Ani sudah berencana akan pergi menonton film terbaru dibioskop dengan kakaknya.

Ani hendak memasukan HPnya. Tapi Mars menyambarnya.

Ani terkaget. Matanya melotot. Apa yang sedang Mars lihat dengan HPnya. 

"Balikin".

Pinta Ani.

"Bentar dek".

"Kok adek ?"

Tanya Ani. Menggerutu ingin HPnya cepat kembali.

"Di abad ke 6. Derajat orang diliat dari tingginya."

Ani tak mendengarkan ucapan Mars. Ia terus menggerutu. Takut akan kelakuan Mars yang sembrono.

Mars mengembalikan HP gepeng itu kepada Ani.

Muncul sebuah notifikasi saat Ani memegangnya.

"Ping"

Pesan dari kontak yang baru saja ditambahkan oleh Mars yang bernamakan 'MarsQ'.

Ani memutar kedua bola matanya.

...