"Lo itu gimana sih, pacaran. Tapi nomer aja gak punya."
kagum Nina. Menggeleng - gelengkan kepalanya.
Mars mendesis pelan, ia mengambil remot tv.
"Gue kan baru PDKT. Lagian di juga punya goal plan dia sendiri. Dan gue juga nggak mungkin ngancurin gitu aja kan ?."
Jelas Mars dengan malas. Matanya sibuk menonton acara tv setingan.
Nina memajukan kepalanya. Matanya sekian melebar. Terheran.
Selama ini ia pikir Ani adalah pacarnya. Semakin yakin ketika cara mereka bercanda layaknya pasangan dan bukan sekadar teman.
"Lo serius ?. Tapi sumpah lo cocok ama dia."
Mars mengangkat kepalanya. Matanya berbinar, kupingnya terasa hangat ketika mendengar itu. Bukan hangat karena marah atau apa. Ini hangat yang begitu menyenangkan.
Ia menolehkan kepalanya.
"Serius cocok ?"
Tanya Mars dengan semringah.
Bibirnya mulai mengembang.
Yah. Ia pikir dirinya dengan Ani memang cocok. Tapi ternyata bukan cuma dia yang merasa cocok.
"Nggak deh boong"
Nina tertawa kencang lalu beranjak dari sofanya.
Bibir Mars spontan melengkung ke bawah.
Sialan.
"Kak"
Panggil Mars. Nina menoleh kesumber suara. Mengangkat alisnya sebagai bahasa isyaratnya.
"Ajarin gue PDKT dong, QUEEN OF BOY"
Menekankan pada kata terakhir.
Nina memutar bola matanya kembali melangkah. Menghiraukan ocehan Mars yang terus memohon.
Yah.. Bisa dibilang Nina memang jagonya para lelaki. Selain parsnya yang bisa membuat orang melongo, senyuma manisnya juga bisa bikin orang mimisan.
Itu juga salah satu alasan kenapa Nina sering mengurung dirinya dirumah. Minimal identitasnya tertutupi selagi diluar rumah.
Diajak foto sudah menjadi ritual tersendiri selagi keluar rumah.
Mars mengangkat HPnya berpura - pura menmpelkan pada telinganya.
"Boy... Queen dirumah nih. Foto 50.000 aja"
Mars tersenyum licik.
Nina lari dan mengambil cepat HP Mars.
"Ngapain lo !"
"Bantu dulu..."
Mars kembali mengerjapkan matanya.
Nina menggeram kesal lalu meng-iyakan perkataan "
Mars.
"Yes !!!"
Ucap Mars dengan semringah. Ia meloncat - loncat seperti burung merak yang akhirnya berhasil terbang.
Nina mengembangkan bibirnya ketika melihat adiknya yang mulai gila akan cewek ini.
Di tebarin pesona apa lo sama dia sampe se-ngarep ini.
"Tapi ada syaratnya,"
Semua rasa senang spontan meluntur.
...
"Syaratnya apa kak ?"
tanya Mars, tak sabar. Mereka berdua berada dikamar dengan pintu yang tertutup rapat.
Tapi suara pintu terbuka tetap terdengar. Suara yang sering terdengar pada pukul 5 sore.
"Mama pulang..."
Setelahnya. Mereka berdua melihat kearaha sumber suara. Siapa lagi kalau bukan Yuli, ibu mereka.
"Minta do'a ke mama"
Ucap Nina setelah kembali menatap Mars.
Ia memainkan kedua alisnya, berbanding terbalik dengan Mars yang berdecak kesal. Menolak keras persyaratan tersebut.
"Syaratnya simpel dan nggak ada negosiasi !"
Imbuh Nina setelah melihat raut wajah Mars.
Mars mendesah berat. Merasa kerepotan akan persyaratan yang menurut kakak nya simpel itu.
"Gue pikir - pikir dulu deh !"
Ucap Mars dengan wajah kecewa.
Mars bangkit dari tepi ranjang, ia meninggalkan Nina sendirian.
...
Mars terduduk tepat dihadapan Yuli. Memandang masakan yang siap disantapnya. Masakan yang masih mengeluarkan asap dan bau menggoda.
Mulut Mars menunggu kedatangan ayam bakar buatan mamanya itu. Tapi otaknya masih sibuk menimbang sebuah keputusan yang berat.
"Mikirin apa Mars ?"
tanya Yuli bersiap - siap untuk menyantap makanannya.
Mars mengerjapkan matanya, menyadarkan dirinya.
Mars menggelengkan kepalanya.
Nina yang berada tepat disebelah Yuli tak mempedulikan Mars yang masih memusingkan sebuah persyaratan yang Nina buat.
Ia berkutat pada piring dan sendoknya.
Mereka memang sering makan bertiga tanpa keberadaan Harto, ayahnya. Setidaknya mereka masih bersyukur ayah mereka pulang malam karena kerja dan bukan hal lain.
Mars mengambil nasi. Ia mulai melahap sepotong ayam bakar yang ada dipiringnya. Kecap yang melumpuri ayam itu menempel pada bibirnya. Masakan ibunya memang dapat menumbuhkan suasana yang harmonis.
"Mah" panggil Mars disela - sela makannya.
"Hmm"
"Dulu mamah pernah pacaran?"
Tanya Mars. Sukses membuat Yuli tersedak dan 2 pasang mata disebelah Yuli melirik.
Mars memberikan tisu pada Yuli.
"Maaf mah..."
Ucap Mars setelah Yuli menegak segelas air putih dan merasa baikan.
Seketika suasana menjadi canggung dan hening untuk beberapa saat.
Nina yang tadinya asik makan juga ikut mendalami suasana yang baru dibuat Mars.
"Dulu mama nggak suka pacaran. Sekalinya pacaran, ya. Sama papah. Cinta emang indah. Asal yakin dulu, bahwa itu adalah cinta sejati yang gak akan pernah sirna"
Jelas Yuli. Mars mendengarkan dengan seksama seraya mengangguk - anggukan kepalanya.
"Kenapa kamu tanya begitu ?"
Tanya Yuli.
"Biasa mah. Ada yang lagi Jatuh Cinta..."
Celetuk Nina tak merasa berdosa.
"Apaan sih kak !"
Sahut Mars. Dibalas dengan tawa kecil Nina yang mengitu menohok.
...
Sesuai dengan instruksi Nina. Pagi ini Mars mandi jauh lebih awal dari yang biasa. Tak seperti biasanya, Mars mengambil jalur kanan hari ini. Menghentikan motornya tepat didepan sebuah gerbang.
Ani yang sedang membuka gerbang, melongo melihat Mars dengan motor kesayangannya. Mars membuka kaca helmnya.
"Ada helm satu nganggur nih."
Mars menepuk sebuah helm berwarna pink dengan senyum manisnya.
"Gue sama kakak gue"
Ketus Ani. Menolak tumpangan yang Mars berikan.
"An... Sama die aja. Kaka lagi banyak urusan. Oke ?"
Teriak Aldo dari dalam rumah.
Ani menggeram dan terpaksa harus mengambil tumpangan tersebut.
Dengan bibir yang melengkung ia menerima helm dari uluran tangan Mars. Setelah siap, Mars melajukan motornya menembus jalanan yang sudah mulai ramai dipagi hari.
"Kamu tau bedanya kamu sama Hawa ?"
Ucap Mars keras. Mengalahkan suara angin.
"Tau"
Ucap Ani singkat padat dan jelas.
"Jawab dulu nggak !"
Pinta Mars.
"Loh.. Tapi kan gue tau !"
"Gombalin kamu itu susah. Sama kaya dapetin kamu."
Ucapan Mars sukses membuat tawa kecil terdengar dari arah belakang. Mars tersenyum melihat tawa manis dari balik kaca spion.
Sebegitu beruntungnya dia bisa menubruk Ani pasca Ani membawa buku dari perpus.
Beruntungnya dia bersiul seraya manatap atas ketika jalan di koridor sekolah dekat perpustakaan.
...
Ani menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. Ketika puluhan pasang mata mengarah pada kedua orang yang berboncengan itu.
Beruntung Mars cukup cepat menarik gas motor. Membuatnya cepat sampai pada parkiran motor.
Setelah benar - benar berhenti. Dengan cepat Ani turun dari motor.
Dilanjut dengan Mars yang ikut turun dari motor seraya melepas helm.
Mereka berdua saling menatap. Menciptakan keheningan untuk beberapa saat.
Cantik, imut. itulah 2 kata dari seorang gadis yang ada didepannya ini.
Mars menggelengkan kepala. Lagi - lagi ia melamun karena parasnya.
Memang paras cantik Ani selalu sukses membutakan Mars. Bahkan ia rela menanggung malu pada ibunya hanya untuk memenuhi persyaratan tips PDKT ala kak Nina.
Ani tampak bingung ketika menerima sebuah uluran tangan dari Mars.
Apa ini ?. Apa yang dimaksud dengan uluran tangan ini.
Apa Mars ingin menggandeng tangannya sampai kekelas ?. Nggak mungkin kan ?.
Ani mengangkat alisnya tak mengerti dengan situasi.
"Salim"
Ucap Mars singkat padat dan jelas.
Perlahan tapi pasti Ani mengambil uluran tangan Mars. Dirinya cukup tegang untuk menerima situasi seperti ini.
Menempelkannya pada kening Ani.
Mulut Mars mengembang pesat. Mars mengacak rambut Ani gemas. Entahlah. Memang tingkahnya yang polos dan sok berani sukses membuat jantung nya tertarik. Maksudnya hati.